Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
195
menentukan kata kunci yang terdapat dalam kalimat pertanyaan yang dimasukkan pengguna. Untuk menentukan validitas pertanyaan, hal pertama yang dilakukan adalah menghilangkan semua kata-kata yang termasuk dalam stopwords dari kalimat pertanyaan. Setelah itu kalimat pertanyaan akan dibagi (parsing) dalam satuan-satuan kata. Kemudian akan dilakukan pengecekan dari kata pertama. Kata pertama harus berupa kata tanya. Kata tanya yang dapat dikenali oleh sistem adalah kata: siapa, apakah, bagaimana, kapan, dimana dan berapa. Kata berikutnya ditentukan berdasarkan kata tanya yang telah ditemukan. Lampiran 3 merupakan flowchart untuk menentukan validitas kalimat pertanyaan. Setelah kalimat pertanyaan dinyatakan valid, langkah selanjutnya adalah menentukan katakata kunci, termasuk kata kunci tambahan. Kata-kata kunci tersebut akan digunakan pada modul QR untuk menentukan variabel query dan statementstatementquery. Lampiran 4 merupakan flowchart untuk menambahkan kata kunci yang bersesuaian. 3.4 Analisis dan Rancangan Modul QR Modul QR melakukan tiga tugas utama yakni, menentukan variabel query, menentukan statement-statement query dan melakukan query jawaban. Variabel query berfungsi untuk menampung jawaban pertanyaan yang diperoleh dari ontologi untuk kemudian diteruskan ke pengguna. Variabel query ditentukan berdasarkan kata kunci yang mewakili datatype property. Statement-statement query ditentukan berdasarkan kata-kata kunci yang diperoleh dari modul QP. Sebuah statement terdiri atas tiga bagian yakni subject, predicate dan object (S, P, O). Setiap kata kunci mewakili properti tertentu dalam ontologi. Properti mewakili predicate sebuah statement, sedangkan domain dan range dari properti tersebut mewakili subject dan object sebuah statement. Lampiran 5 memperlihatkan daftar kata kunci dan statement yang bersesuaian.
4.
Ontologi diimplementasikan dalam bahasa OWL DL. Untuk membangun OWL digunakan perangkat lunak Protege-OWL editor. Sistem QA diimplementasikan dengan menggunakan JSP sebagai antarmuka sistem dengan pengguna, dan JENA sebagai antarmuka sistem dengan ontologi. Implementasi sistem meliputi implementasi antarmuka pengguna, antarmuka ontologi dan implementasi modul QP dan modul QR. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk pengujian sistem adalah pertanyaanpertanyaan faktual yang telah dikumpulkan sebelumnya melalui email. Evaluasi dilakukan dengan melihat apakah sistem mampu menentukan validitas kalimat secara tepat, dan apakah kalimat yang valid mampu diproses oleh sistem secara tepat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem berhasil menentukan validitas kalimat pertanyaan yang dimasukkan pengguna sebesar 96,7%. Kegagalan sistem terjadi saat menentukan validitas kalimat pertanyaan nomor 14 dan 15. Pertanyaanpertanyaan tersebut dianggap valid oleh sistem. Pada pertanyaan nomor 14: Siapa aktor yang berperan sebagai Jack Dawson dalam film Titanic?, sistem menemukan kata kunci nama dan aktor. Sehingga pola yang ditemukan adalah “KTOP”. Pola ini dianggap valid oleh sistem. Demikian pula pada pertanyaan nomor 15: Siapa nama pemeran james bond di film James Bond Casino Royale?, sistem menemukan kata kunci nama dan pemeran. Jawaban yang diberikan adalah seluruh nama pemeran James Bond. Hal ini terjadi karena sisa kalimat pertanyaan pada bagian setelah kata kunci tokoh ditemukan dianggap sebagai nilai dari sebuah datatype property (VP). Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menambahkan polapola kalimat yang mampu dikenali sistem. Kegagalan menentukan pola kalimat menyebabkan sistem memberikan jawaban salah. Secara keseluruhan, apabila kalimat tersebut dinyatakan valid, modul QP dan QR mampu memproses pertanyaan dan jawaban dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.
196
KESIMPULAN
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem QA sederhana berbasis ontologi sebagai sebuah aplikasi SW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sistem QA sederhana berbasis ontologi mampu memroses pertanyaan-pertanyaan faktual dan tunggal secara signifikan dengan tingkat keberhasilan mencapai 96,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa perpaduan teknologi QA dan teknologi SW dapat menjadi sebuah pilihan baru dalam membangun aplikasi pencarian berbasis web pada domain yang terbatas. 6.
DAFTAR PUSTAKA [1]. August, S., 2006, Perancangan dan Penerapan Question Answering System pada Alkitab Digital Berbahasa Indonesia dengan Menggunakan Natural Language Processing, Skripsi, Fakultas Teknik Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya. [2]. Cooper, R.J., dan Ruger, S.M., 2000, A Simple Question Answering System. Proceedings of the 9th Text REtrieval Conference. [3]. Frank, A., Krieger, H., Xu, F., Uszkoreit, H., Crysmann, B., Jorg, B., Schafer, U., 2005, Querying Structured Knowledge Sources. Proceedings of AAAI-05 and Workshop on Question Answering in Restricted Domains. [4]. Gunawan dan Lovina, G., 2006, Question Answering System dan Penerapannya pada Alkitab. Jurnal Informatika. No. 1, Vol 7, hal 1-9. [5]. Kangavari, M.R., Ghandchi, S., dan Golpour, M., 2008, A New Model for Question Answering Systems. Proceedings of World Academy of Science, Engineering and Technology, Vol 32. Agustus 2008 [6]. Katz, B., Lin, J., dan Quan, D., 2002, Natural Language Annotations for the Semantic Web. Proceedings of the International Conferences on Ontology, Databases, and Applications of Semantics (ODBASE 2002), Oktober 2002.
Pacific Association for Computational Linguistics (PACLING 2007). [8]. Litkowski, K.C., 2003, Question Answering Using XML-Tagged Documents. Proceedings of the 11th TREC. [9]. Lopez, V., Pasin, M., dan Motta, E., 2005, AquaLog: An Ontology-Portable Question Answering for the Semantic Web. Proceedings of the 2nd European Semantic Web Conference. [10]. Lopez, V., Motta, E., dan Uren, V., 2006, PowerAqua: Fishing the Semantic Web. Proceedings ofEuropean Semantic Web Conference 2006. [11]. Mahendra, R., Larasati, S.D., dan Manurung, R., 2008, Extending an Indonesian Semantic Analysis-based Question Answering System with Based Linguistic and World Knowledge Axioms. The 22nd Pacific Asia Conferences on Language Information and Computation (PACLIC22). [12]. McGuinness, D. L., 2004, Question Answering on the Semantic Web. IEEE Inteligent Systems .No. 1, Vol 19, hal 82-85. [13]. Moldovan, D. dan Surdeanu, M., 2003, On The Role of Information Retrieval dan Information Extraction in Question Answering Systems, Pazienza, M.T., Information Extraction in the Web Era. LNAI 2700. Springer, Berlin. [14]. Noy, N.F. dan McGuinness, D.L., 2001, Ontology Development 101: A Guide to Creating Your First Ontology, htpp://protégé.stanford.edu/ publications/ontology_development/ontolog y101.pdf, diakses tanggal 12/10/2008. [15]. Perez-Coutino, M., Solorio, T., Montes-y-Gomez, M., Lopez-Lopez, A., Villasenor-Pineda, L., 2004, Toward A Document Model for Question Answering Systems. Advances in Web Intelligence. LNCS 3034. Springer, Berlin
[7]. Larasati, S.D. dan Manurung, R., 2007, Towards a Semantic Analysis of Bahasa Indonesia for Question Answering. Proceedings of the 10th Conference of the
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
197
Perancangan Perangkat Ajar Visualisasi Eksekusi Flowchart dan Konversinya ke Dalam Algoritma
Ahmad Suryan Politeknik Telkom [emailprotected] ABSTRAK Pengajaran algoritma untuk pemula seringkali mengalami banyak hambatan, terutama ketika menjelaskan alur dari programnya. Untuk membantu mengatasi masalah di atas, biasanya digunakan flowchart sebagai alat untuk menjelaskan bagaimana instruksi-instruksi pada algoritma dikerjakan, bagaimana caranya memilih atau mengulang perintah dan lain sebagainya. Bagaimana membuat flowchart dan bagaimana instruksi-instruksi yang ada di dalamnya dikerjakan dan bagaimana melakukan konversi dari flowchart ke dalam notasi algoritma akan sangat membantu bagi pemula untuk memahami urutan pengerjaan perintah-perintah dalam algoritma dan setelah memahami, tentunya akan membantu pemula untuk menulis algoritma yang diinginkan. Tulisan ini akan membahas bagaimana merancang struktur data dan gambaran implementasinya dalam pembuatan perangkat ajar yang berisi fasilitas untuk membangun flowchart, memvisualisasikan pengeksekusian flowchart tersebut dan bagaimana mengkonversi flowchart tersebut ke dalam algoritma.
Kata kunci:Perangkat Ajar Algoritma, visualisasi eksekusi flowchart, konversi flowchart ke algoritma. PENDAHULUAN Menjelaskan alur program atau algoritma kepada orang yang baru belajar memprogram merupakan suatu kesulitan sendiri. Penjelasan yang kurang tepat dapat membuat peserta didik menjadi tambah bingung dan bisa menyebabkan patah semangat. Tulisan ini mencoba menyajikan sebuah rancangan untuk aplikasi yang dapat membantu pengguna untuk menggambar flowchart, kemudian dapat mencoba mengeksekusi flowchart yang dibuatnya dalam bentuk visual dimana secara bertahap dapat dilihat alur pelaksanaan instruksi pada flowchart, Selain itu pengguna dapat mengenerate teks algoritma secara otomatis dan dapat pula melihat alur eksekusi baris demi barisnya secara jelas.
pemula atau kepada mereka yang memiliki tingkat kesulitan lebih dalam mempelajari algoritma. •
MODEL, ANALISA, DESAIN, DAN IMPLEMENTASI Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana merealisasikan program yang akan dibuat, akan dijelaskan mulai dari rancangan antarmuka, struktur data internal, struktur file untuk menyimpan, mekanisme eksekusi flowchart dan konversinya ke dalam bentuk teks algoritma.
Rancangan program aplikasi ini apabila diimplementasi akan sangat bermanfaat pada proses belajar atau mengajarkan algoritma kepada para 198
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
b) Teks Algoritma dan file xml
2.1. Rancangan Antarmuka
Digunakan list berkait dengan doublepointer dimana tiap elemen memiliki bagian-bagian yang dapat ditulis sebagai berikut:
type PBaris = pointer to Baris type Baris = record Gambar 1. Rancangan Antarmuka
teks : string
Seperti terlihat dalam gambar-1, antarmuka berbentuk MDI Form (Form utama ysng di dalamnya dapat dibuat form anak untuk penyuntingan gambar flowchart, form anak untuk melihat struktur file (xml) dan form anak untuk melihat hasil konversi ke algoritma.
Prev,Next: PBaris
2.2. Struktur Data Internal Struktur data berikut digunakan untuk penanganan flowchart dan penanganan teks hasil konversi flowchart ke algoritma. a) Flowchart
Next1,Next2: PBaris end record Digunakannya list berkait ganda (double pointer) ini untuk kemudahan dalam penyisipan di tengah (sebelum suatu gambar tertentu). 2.3. Struktur Data Eksternal (File) File teks yang digunakan sebagai penyimpan flowchart dapat dibuat menggunakan format xml, sebagai contoh, flowchart pada gambar-2 berikut :
Digunakan list berkait dengan doublepointer dimana tiap elemen memiliki bagian-bagian yang dapat ditulis sebagai berikut:
type PGambar = pointer to Gambar type Gambar = record id : integer nama : string jenis : char posisi : TPoint lebar,tinggi : integer Prev,Next,Next1,Next2 : PGambar end record
Gambar 2. Contoh flowchart dapat disimpan dalam file xml sebagai berikut :
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
199
<START> n
mampu pula untuk membaca file eksternal dan mengkonversinya menjadi struktur internal yang sesuai. Untuk dapat menyajikan flowchart ke layar grafik, maka setiap gambar harus dapat ditentukan secara otomatis pola perhitungan koordinatnya sehingga dapat digambar dengan benar.
2.5. Eksekusi Flowchart Flowchart dieksekusi dengan menggambarkan posisi perintah yang sedang dijalankan dari satu gambar ke gambar yang lain. Proses perpindahan eksekusi ini dapat mudah dilakukan dengan menelusuri gambar sesuai dengan strukturnya.
2.6. Konversi ke algoritma Proses konversi ini sama dengan konversi ke struktur file xml sebelum disimpan secara permanen, Untuk mengkonversi dari struktur internal ke algoritma dilakukan dengan menelusuri gambar, dimana bila menemukan gambar input, output atau proses maka dikonversi menjadi sebuah perintah algoritma. Namun bila yang ditemukan adalah gambar struktur IF, maka langsung dibuat 3 buah baris :
if (kondisi) then
else
end if
dan sesuai dengan alur YES dan NO, perintahperintah tersebut akan disisipkan diantara 3 baris tersebut. Bila digunakan contoh gambar flowchart pada gambar-1, maka tahapan pembentukan teks algoritma adalah sebagai berikut:
2.4. Penanganan Editor Flowchart Editor ini harus memandu user untuk menggambar flowchart dengan benar. Untuk itu dibuat bentuk-bentuk gambar dasar dan bantukbentuk paket sesuai dengan pola-pola penulisan algoritma. Bentuk paket yang dimaksud antara lain : bentuk if, bentuk while dan bentuk repeat. Selain itu editor harus mampu menyimpan apa yang telah digambar ke dalam bentuk file eksternal (xml) dan 200
tiga perintah pertama akan menghasilkan : input(“Masukkan Nilai n =”,n) jml=0 i=1 selanjutnya :
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
input(“Masukkan Nilai n =”,n)
jml=0
jml=0
i=1
i=1
while (i<=n) do
while (i<=n) do
if (i<3) then jml=jml+1
end while
else
selanjutnya : input(“Masukkan Nilai n =”,n)
jml=jml+2
jml=0
end if
i=1
i=i+1 end while
while (i<=n) do
output(“jml = “,jml)
if (i<3) then
3. HASIL DAN DISKUSI Penelitian masih sebatas rancangan yang belum terimplementasi menjadi program, namun sudah terlihat bagaimana struktur data harus dibuat dan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengimplementasikannya.
else end if end while selanjutnya : input(“Masukkan Nilai n =”,n) jml=0 i=1 while (i<=n) do
Beberapa bidang yang sangat diperlukan dalam mengimplementasi ini antara lain : grafika komputer untuk menangani editor flowchartnya, kemudian struktur data untuk penanganan list berkait untuk gambar maupun teks hasil konversinya. 4. KESIMPULAN
if (i<3) then jml=jml+1 else jml=jml+2 end if end while selanjutnya : input(“Masukkan Nilai n =”,n)
Pengajaran algoritma maupun belajar mandiri algoritma dapt ditunjang perangkat bantu yang dapat menjelaskan secara lebih menarik dan dapat memberikan pengertian yang lebih dalam. Rancangan dari perangkat ajar ini diharapkan akan dilanjutkan dengan merealisasikannya menjadi nyata sehingga dapat dimanfaatkan secara luas untuk membantu jutaan peserta didik khususnya pemula sehingga dapat menjadi senang mempelajari algoritma dan lebih cepat mengerti, dengan demikian perkembangan jumlah tenaga ahli di bidang pemrograman dapat berkembang dengan pesat.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
201
5. DAFTAR PUSTAKA [1]. Suryan, Ahmad, 2000, “Perangkat Lunak Pembangkit Interpreter Dari Deskripsi Grafis”, Thesis Magister Teknik Informatika ITB, Bandung. [2]. Suryan, Ahmad, 2006, “Pengembangan Interpreter Universal sebagai upaya Membangun Komunitas Open-Source Software”, Makalah seminar OSS, LIPI, Bandung [3]. Tremblay, Jean-Paul and Paul G. Sorenson, 1985, “The Theory and Practice of Compiler Writing”, McGraw Hill, Singapore
202
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Perancangan Sistem Informasi Supply Chain Management (Pengadaan Barang) Bengkel Perawatan dan Penjualan suku cadang Pesawat Studi kasus: Bengkel perawatan Pesawat Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Pos Indonesia Bandung [emailprotected]
__________________________________________________________________________________ Abstrak Ketersediaan suku cadang pesawat terbang baik bahan baku, bahan setengah jadi, maupun produk akhir dari suatu perusahaan seringkali menjadi isu penting dalam sebuah perusahaan. Ketersediaan suku cadang pesawat terbang menentukan produktivitas dari suatu perusahaan. Tanpa suku cadang pesawat terbang perusahaan tidak dapat melakukan aktivitas produksi. Ketersediaan suku cadang pesawat terbang yang melebihi kapasitas produksi dapat menyebabkan kerugian bagi suatu perusahaan. Sebaliknya, kurangnya persediaan suku cadang pesawat terbang dapat membuat perusahaan kehilangan banyak peluang. Hal ini berlaku baik untuk perusahaan dagang maupun jasa. Pengelolaan ketersediaan suku cadang pesawat terbang ini biasa disebut dengan Supply chain management (SCM). Supply chain management menangani aliran suku cadang pesawat terbang mulai dari pemasok melalui manufaktur dan distribusinya ke end user. Direktorat Aircraft Services (ACS) PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu contoh perusahaan yang bergerak dalam jasa perbaikan dan perawatan pesawat terbang serta penjualan suku cadang pesawat terbang ke customer. Kata Kunci : Pesawat terbang, Suku cadang,SCM __________________________________________________________________________________________
1.Latar Belakang Ketersediaan suku cadang pesawat terbang baik bahan baku, bahan setengah jadi, maupun produk akhir dari suatu perusahaan seringkali menjadi isu penting dalam sebuah perusahaan. Ketersediaan suku cadang pesawat terbang menentukan produktivitas dari suatu perusahaan. Tanpa suku cadang pesawat terbang perusahaan tidak dapat melakukan aktivitas produksi. Ketersediaan suku cadang pesawat terbang yang melebihi kapasitas produksi dapat menyebabkan kerugian bagi suatu perusahaan. Sebaliknya, kurangnya persediaan suku cadang pesawat terbang dapat membuat perusahaan kehilangan banyak peluang. Hal ini berlaku baik untuk perusahaan dagang maupun jasa. Pengelolaan ketersediaan suku cadang pesawat terbang ini biasa disebut dengan
Supply chain management (SCM). Supply chain management menangani aliran suku cadang pesawat terbang mulai dari pemasok melalui manufaktur dan distribusinya ke end user. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan ketersediaan suku cadang pesawat terbang selain pengelola perusahaan. Pihak tersebut adalah pemasok dan end user (konsumen). Dalam SCM terdapat berbagai macam proses, salah satu proses yang penting adalah pengadaan suku cadang pesawat terbang. Pengadaan suku cadang pesawat terbang ini berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Strategi pengadaan suku cadang pesawat terbang bergantung pada kebutuhan akan suku cadang pesawat terbang tersebut dan bisnis dari perusahaan. Pengadaan suku cadang pesawat terbang dipengaruhi oleh jumlah dan waktu permintaan (demand), daur hidup produk (product life cycle), variasi produk, dan pasar dari produk itu sendiri. Untuk itu, cara dan waktu pengadaan suatu suku
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
203
cadang pesawat terbang akan berbeda-beda untuk setiap suku cadang pesawat terbang, hal ini ditentukan dengan melihat sifat dari suku cadang pesawat terbang tersebut. Direktorat Aircraft Services (ACS) PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu contoh perusahaan yang bergerak dalam jasa perbaikan dan perawatan pesawat terbang serta penjualan suku cadang pesawat terbang ke customer. Ketersediaan suku cadang di ACS adalah untuk mendukung dua aktivitas perusahaan yaitu yang pertama memberikan pelayanan akan kebutuhan proses perawatan dan perbaikan pesawat milik customer dan yang kedua adalah suku cadang untuk di jual ke customer domestik mapun customer luar negeri. Jenis jasa perawatan pesawat yang dilakukan di ACS sangat bervariasi terdiri dari pesawat helicopter dan pesawat fixed wing buatan beberapa manufaktur dalam dan luar negeri. Sedangkan customer Direktorat ACS terdiri dari customer dalam negeri (Perusahaan swasta, BUMN, Instansi pemerintah dan Hankam) dan customer luar negeri (Malaysia, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Thailand, Brunei, Pakistan dan lain-lain). Akibatnya, jenis permintaan terhadap jasa perawatan maupun jasa penjualan suku cadang pesawat bervariasi baik dari segi jumlah, variasi suku cadang pesawat terbang, waktu pengiriman, dan lain-lain. Selain itu, dari segi teknologi pengelolaan yang digunakan, belum ada best practise dan masih menggunakan telepon, fax dan email sebagai alat komunikasi. Dari sisi bisnis, perusahaan perawatan dan penjualan suku cadang, persaingan telah bergeser ke bagaimana mengelola jaringan yang ada agar proses-proses di dalamnya lebih efektif dan efisien sehingga dapat menekan harga jual jasa yang bersaing namun pelayanan yang diberikan tetap optimal. Oleh karena itu, perancangan tentang cara pengadaan suku cadang pesawat terbang yang tepat untuk SCM pada Direktorat ACS PT. DI akan di kaji lebih lanjut. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, permasalahan utama yang akan dikaji dalam paper ini adalah bagaimana bentuk model proses pengadaan suku cadang pesawat terbang pada SCM Bengkel Pesawat dan penjualan suku cadang dengan kasus pembelian pada Direktorat Aircraft Services PT. DI. Berikut ini adalah rincian masalah yang akan dikaji dalam tugas akhir ini: 1.
204
Bagaimana analisis dan bentuk model dari aliran proses pengadaan suku cadang pesawat
2. 3. 4.
2.
terbang pada SCM Direktorat Aircraft Services PT. DI Bagaimana bentuk rancangan sistem informasi pengadaan suku cadang pesawat terbang di Direktorat Aircraft Services PT. DI Bagaimana rancangan basis data untuk sistem informasi pengadaan suku cadang pesawat terbang Direktorat Aircraft Services PT. DI. Bagaimana bentuk aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan suku cadang pesawat terbang di Direktorat Aircraft Services PT. DI Tujuan
Berikut ini adalah rincian tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah didefinisikan sebelumnya: 1. Menganalisis dan dapat memodelkan aliran proses pengadaan suku cadang pesawat terbang di Direktorat Aircraft Services PT. DI sesuai dengan prinsip-prinsip SCM. 2. Merancang sistem informasi pengadaan suku cadang pesawat terbang di Direktorat Aircraft Services PT. DI 3. Merancang basis data untuk sistem informasi pengadaan suku cadang pesawat terbang Direktorat Aircraft Services PT. DI. 4. Merancang prototipe aplikasi yang sesuai untuk proses pengadaan suku cadang di Direktorat Aircraft Services PT. DI.
4. Batasan Masalah Batasan masalah yang perlu diperhatikan dalam tugas akhir ini adalah: 1. End user atau customer dalam proses pengadaan suku cadang pesawat terbang adalah bagian pengadaan dan suplier 2. Suku cadang pesawat terbang yang dianalisis meliputi suku cadang untuk pesawat helicopter maupun fixed wing dari beberapa manufaktur. 2. Landasan Teori 2.1. Supply chain management Supply Chain didefinisikan sebagai rangkaian proses bisnis dan informasi yang menyediakan produk atas layanan dari pemasok melalui proses manufaktur dan distribusi ke konsumen paling akhir (Schroeder, 2000). Pelaku-pelaku yang terlibat dalam supply chain ini antara lain pemasok, pusat produksi/manufaktur/pabrik,warehouse, distributor, dan outlet. Struktur komponen dari supply chain dapat dibagi menjadi tiga layer atau lapisan supply chain yaitu:
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
1. Upstream supply chain, merupakan lapisan yang terdiri dari rangkaian pemasok mulai dari pemasok tingkat pertama hingga tingkat akhir sebelum masuk ke dalam manufaktur. 2. Internal supply chain, merupakan lapisan yang terdiri dari seluruh rangkaian proses untuk melakukan pengiriman produk ke konsumen akhir. 3. Down supply chain, merupakan lapisan yang terdiri dari seluruh rangkaian proses untuk melakukan pengiriman produk ke konsumen akhir. Customer sebagai sasaran merupakan penentu utama pola kegiatan yang dilakukan oleh pelaku supply chain. Kegiatan para pelaku ini sangat didasarkan pada kebutuhan (demand) yang ada di sisi customer. Maka, kegiatan supply chain biasanya diidentifikasi secara mundur atau backward. Persoalan utama dalam mengatur supply chain yaitu perkiraan permintaan/kebutuhan (deman forcasting) dan waktu pengiriman. Kedua persoalan ini bersifat tidak pasti dan dipenaruhi oleh banak faktor (SAI06). Lima hal penting agar SCM lebih produktif dan efisien, yaitu: 1. Tetapkan SCM sebagai aspek strategis bagi perusahaan 2. Rancang proses SCM dari ujung ke ujung 3. Rancang struktur Organisasi supply chain manajement 4. Kembangkan model kolaboasi yang tepat 5. Gunakan alat ukur kinerja yang tepat Dalam perancangan SCM terdapat tiga hal yang perlu dirancang, yaitu: 1. Aliran barang/material Aliran baran mulai dari pemasok hinga konsumen akhir melalui seluruh bagian SCM dan sebaliknya termasuk juga pengembalian barang, daur ulang, dan penghancuran (disposal). 2. Aliran informasi Aliran informasi dan pengetahuan meliputi perkiraan kebutuhan (demand forecasting), transmisi permintaan/order, dan laporan status (status report) 3. Aliran finansial Aliran dan informasi finansial meliputi informasi kartu kredit, credit terms, jadwal pembayaran, konsinyasi, dan rencana serta persetujuan kepemilikan dan pembayaran (Kalakota&Robinson,2000).
2.2
Fase-Fase Perancangan dan Pembangunan Sistem Informasi
Tahapan-tahapan dan langkah-langkah dari setiap perancangan dan pembangunan sistem informasi adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab masalah yang dihadapi. Salah satu model yang digunakan adalah Classic Life Cycle Paradigm (Model Water Fall/Model Siklus Hidup Klasik). Siklus pembangunan aplikasi dan
sistem
Informasi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
System Engineering Analisis kebutuhan perangkat lunak Perancangan Coding Testing Maintenance
3.
Proses bisnis SCM Bengkel dan penjualan suku cadang pesawat terbang
Adapun proses-proses umum yang membangun proses bisnis SCM Bengkel dan penjualan suku cadang pesawat terbang di antaranya sebagai berikut: 1. Proses permintaan suku cadang dari cusomer 2. Proses permintaan suku cadang dari bengkel 3. Proses pemenuhan permintaan suku cadang dari bagian inventory 4. Proses permintaan pengadaan barang 5. Proses pembelian barang ke pemasok 6. Proses pengiriman barang dari emasok ke bengkel 7. Proses penerimaan barang dari pemasok 8. Proses pembayaran Proses bisnis sistem berjalan pengadaan barang di bengkel perawatan dan pejualan suku cadang pesawat terbang dapat di lihat di gambar 1. Sebagai berikut:
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
205
5.1 Diagram Konteks Dibawah ini adalah diagram konteks Perancangan sistem informasi supply chain manajement (pengadaan barang) di ACS PT. DI.
Gambar 1. Proses bisnis pengadaan suku cadang pesawat 4.
Analisis Kebutuhan Aplikasi
Gambar 2. Diagram kontek SCM Pengadaan Suku cadang 5.2. Data Flow Diagram
Pemakai adalah pihak yang membutuhkan informasi perihal proses permintaan penawaran ke supplier, proses pembelian, proses pengembalian barang, dan proses penerimaan barang serta proses pengelolaan supplier. 4.1 Analisis Sistem Yang Dibangun Sistem informasi manajemen perancangan sistem informasi supply chain manajement (pengadaan barang) di ACS PT. DI ini, dibangun untuk memudahkan pengguna dalam melakukan pembelian khususnya untuk fungsi departemen procurement dan manajemen yang dapat diakses dan dilakukan dengan mudah melalui sistem client server. Gambar 3. Data Flow Diagram SCM Pengadaan Suku cadang level 1
5. Perancangan Berikut ini adalah suatu gambar analisa data pada Perancangan sistem informasi supply chain manajement (pengadaan barang) di ACS PT. DI menggunakan DFD yang terdiri dari context diagram (DFD level 0) DFD level satu, sampai pada level yang kedua, ketiga, dan seterusnya.
206
6. Perancangan Database Dalam perancangan sistem informasi supply chain manajement (pengadaan suku cadang) pesawat terbang terdapat 13 tabel data yang di butuhkan yaitu Master RFQ, Detail RFQ, Master Quotation, Detail Quotation, Master Purchase Order, Detil Purchase Order, Supplier, Master Part, master Material
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Return, detil Material Return, table user dan table referensi Negara.
c. Antar muka Request for Quotation
Detal rancangan basis data adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Relasi database sistem informasi SCM (pengadaan suku cadang)
Gambar 7. Antar muka Request for Quotation
7. Perancangan Interface Antar muka adalah suatu media yang digunakan untuk komunikasi antara manusia (user) dengan komputer, oleh sebab itu aplikasi ini didesain agar user dapat dengan mudah menggunakannya atau mengoperasikannya. a.
f. Antar muka Purchase Order
Antar muka pengelolaan Supplier
Gambar 8. Antar muka Purchase Order Gambar 5. Antar muka pengelolaan data supplier b. Antar muka Pengelolaan Data Suku cadang Pesawat
8. Referensi [1]. Council, Supply Chain Team, (2008), Supply chain operation reference models, Supply chain council press. [2].Jogiyanto H.M. (1990). Analisis dan Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Aplikasi Bisnis. Andi Offset, Yogyakarta. [3]. Saphiro, Jeremy S. (2001), Modeling the Supply Chain, Duxbury Thomson Learning.
Gambar 6. Antar muka pengelolaan data suku cadang
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
207
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SEBAGAI ANALISIS PEMILIHAN REKANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 1
Nugroho Agung Prabowo, 2Auliya Burhanuddin
Program Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Magelang 1
[emailprotected],[emailprotected]
ABSTRAK Dalam pemilihan rekanan / penyedia barang jasa pada sebuah lembaga pendidikan sangat sulit dilakukan karena karakter kebutuhan di perguruan tinggi sangat spesifik dan unik karena di dalam lembaga pendidikan barang dan jasa yang dominan dibutuhkan adalah untuk kebutuhan transfer teknologi dan untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan. Pengadaan barang bukan saja semata menyediakan kebutuhan yang diinginkan user tetapi diperlukan juga transfer knowledge yang memadai sehingga kebutuhan bukan berupa barang saja tetapi juga ilmu pengetahuan. Seringkali user terjebak dengan rekanan yang hanya menyediakan barang saja tetapi tidak ada transfer knowledge-nya, sehingga tujuan dari user untuk peningkatan mutu pendidikan tidak tercapai. Decision Support System (DSS) yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari hubungan antara kualitas dari kriteria-kriteria evaluasi prakualifikasi terhadap kinerja yang dihasilkan. Penilaian meliputi kinerja waktu, kinerja biaya, dan kinerja kualitas. Pembuatan model base dilakukan dengan mencari suatu formula yang dilakukan dengan analisis diskriminan untuk membedakan kelompok yang kinerjanya berhasil dan yang gagal. Kriteria penilaian yang dipergunakan mengacu pada Petunjuk Teknis pelaksanaan prakualifikasi dari pemerintah Indonesia, kriteria yang dikembangkan Russel, dan HOLT, yaitu meliputi kriteria keuangan, pengalaman, kinerja masa lampau, dan manajemen dan organisasi. Output dari DSS dapat memprediksi kinerja dan memilah kinerja rekanan berdasarkan nilai indeks kinerja yang dipergunakan. DSS berhasil memprediksi kinerja rekanan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Kata
Kunci:
Decision
Support
System,
rekanan,
evaluasi
hubungan proses yang bertujuan manfaat yang tinggi dan efisiensi.
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pengadaan dalam sebuah institusi atau perusahaan sudah menjadi kegiatan rutin yang selalu ada dari waktu ke waktu, karena pengadaan adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan institusi baik berupa barang maupun jasa. Dalam setiap proses pengadaan harus selalu ada perencanaan yang matang agar terjadi kecocokan antara jumlah kebutuhan dan anggaran yang ada sehingga terjadi 208
prakualifikasi
teknik
memperoleh
Kegiatan pengadaan barang dan jasa di sebuah institusi khususnya institusi pemerintah dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu dengan metode penunjukan langsung, pemilihan langsung dan melalui proses tender. Aturan baku dan ketentuan hukum yang mengatur tentang Proses Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa di Instansi pemerintah diatur dalam Kepres No. 80 tahun 2003 beserta
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
aturan-aturan perubahan yang selalu perbaharui setiap tahunnya. Berkaitan dengan fenomena diatas maka sudah selayaknya Politeknik Negeri Semarang mulai berbenah diri dalam mempersiapkan perubahan status tersebut termasuk dalam menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan di Politeknik Negeri Semarang. Dalam proses pengadaan barang dan jasa didahului dengan terbentuknya panitia pengadaan barang dan jasa dengan dipimpin oleh ketua panitia dan di bawah pengawasan pejabat pembuat komitmen yang biasanya di isi oleh Direktur / Kepala Dinas atau Rektor. Kemudian untuk mempermudah dalam tahap seleksi pemilihan calon rekanan, panitia sering menggunakan suatu sistem aplikasi yang disebut dengan e-procurement. Dalam sistem aplikasi pengadaan barang dan jasa, inputannya masih dalam bentuk variabel yang terstruktur seperti data prakualifikasi, nilai penawaran dan lain sebagainya. Padahal untuk menentukan prakualifikasi rekanan tidaklah mudah dan bukan saja mengutamakan variabel-variabel yang terstruktur. Ada pula data atau variabel yang tidak terstruktur, dimana data atau variabel yang tidak terstruktur itu sulit untuk dilakukan perhitungan matematis seperti contoh data tentang, pengalaman kerja, politis, kepercayaan dan data-data informasi lainnya yang dibutuhkan oleh seorang pengambil keputusan (decision maker) sebelum menentukan keputusannya. Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang Sistem Pendukung Keputusan dalam Prakualifikasi Rekanan Pengadaan Barang dan Jasa di Polteknik Negeri Semarang. Prinsip Prakualifikasi di Polines sering dipilih karena disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan barang/jasa yang sifatnya spesifik, terbatas, dan kontinyu. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didominasi untuk kebutuhan pemenuhan peralatan pendidikan dan laboratorium yang khas sehingga tidak banyak rekanan yang dapat mengikuti dan hanya kalangan rekanan yang menyediakan peralatan dan alat pendidikan yang dapat ikut serta dalam pelelangan tersebut. Sehingga peneliti melakukan penelitian ini terfokus pada proses pelelangan dengan sistem prakualifikasi.
1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. 2.
3.
Merancang system yang tepat untuk menentukan rekanan bagi pengadaan barang dan jasa di Polteknik Negeri Semarang. Merumuskan model yang tepat untuk Sistem Pendukung Keputusan dalam Prakualifikasi Rekanan Pengadaan Barang dan Jasa di Polteknik Negeri Semarang. Diperoleh model Sistem Pendukung Keputusan sebagai penyempurnaan Analytical Hierarchy Process (AHP).
2. Landasan Teori 2.1 Decision Support System Decision Support System (DSS) sebagai suatu istilah umum untuk menggambarkan semua sistem terkomputerisasi yang mendukung pengambilan keputusan pada suatu organisasi. Model sistem simulasi reguler, suatu modifikasi dapat menghabiskan banyak waktu. DSS memberikan analisis yang cepat. DSS fleksibel dan cukup responsif untuk membolehkan intuisi dan penilaian manajerial digabungkan ke dalam analisis. Sistem pendukung keputusan (DSS) memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. DSS adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani masalah-masalah tidak terstruktur. Survei mengindikasikan banyak alasan mengapa perusahaan-perusahaan besar mengembangkan sistem pendukung keputusan skala besar. Alasan tersebut meliputi (9): a. Perusahaan bekerja dalam ekonomi yang tidak stabil dan berubah dengan cepat. b. Adanya kesulitan untuk melacak berbagai operasi bisnis. c. Meningkatkan persaingan. d. Perdagangan elektronik (e-commerce) e. Sistem yang sudah ada tidak mendukung pengambilan keputusan. f. Departemen SI terlalu sibuk dan tidak dapat mengatasi semua inkuiri manajemen. g. Diperlukan analisis khusus terhadap profitabilitas dan efisiensi. h. Diperlukan informasi yang akurat i. DSS dinilai sebagai organization winner
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
209
j. k. l. m. n. o. p.
Diperlukan informasi baru Manajemen mengharuskan suatu DSS Kualitas keputusan yang lebih tinggi Peningkatan komunikasi Peningkatan kepuasan pelanggan dan karyawan Adanya informasi yang umurnya dibatasi oleh waktu Berkurangnya biaya (biaya dan penghematan waktu, produktivitas meningkat).
Alasan lain pengembangan DSS adalah meningkatkan kemampuan komputer tingkat tinggi dan juga Web di antara para manajer. Sebagian pengguna akhir bukanlah progremer, karena itu mereka memerlukan alat dan prosedur pengembangan yang mudah digunakan. Banyak metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Konsep metode ini adalah merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif, sehingga keputusan yang diambil lebih objektif. Kelebihan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi kriteria yang berdasarkan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki (8). Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Suatu tujuan yang lebih bersifat umum dapat dijabarkan dalam beberapa sub tujuan yang lebih terperinci yang tepat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan pertama. Penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh tujuan yang bersifat operasional. Dan pada hirarki terendah inilah dilakukan proses evaluasi atas alternatif-alternatif, yang merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama, dan pada hirarki terendah inilah dapat ditetapkan dalam satuan tujuan apa kriteria diukur. Dalam penjabaran hirarki tujuan, tidak ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambilan keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Pengambilan keputusanlah yang menentukan saat penjabaran tujuan ini berhenti, dengan memperhatikan keuntungan atau kekurangan yang diperoleh bila tujaun tersebut diperinci lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses penjabaran hirarki tujuan, yaitu (8): a.
b.
c.
2.1 Analitycal Hierachiy Process Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (8).
210
Pada saat penjabaran tujuan ke dalam subtujuan, harus diperhatikan apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya pembagian yang terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertikal Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki tujuan yang lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, ”Apakah suatu tindakan/hasil yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses evaluasi.
Penjabaran tujuan dalam hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditunjukan agar memperoleh kriteria yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran objektif dari kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
proses analisis pengambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Bila demikian keadaanya, salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapainnya adalah dengan menggunakan skala subjektif.
3. Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan 3.1 Identifikasi Masalah Dalam melaksanakan tugasnya selama ini panitia pengadaan barang dan jasa Politeknik Negeri Semarang belum optimal dan obyektif. Hal ini disebabkan belum adanya metode untuk mendukung pengambilan keputusan oleh tim, dengan memanfaatkan data-data profil rekanan yang sudah tersimpan di database. Untuk mendukung fungsinya melaksanakan seleksi calon rekanan, sistem yang akan dibangun adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan untuk penentuan rekanan yang tepat.
3.2 Menganalisis Permasalahan
dengan menggunakan model-model melakukan proses perhitungan.
Proses perancangan sebuah sistem pendukung keputusan untuk penentuan calon peserta dan pemenang lelang merupakan suatu sistem yang bermanfaat bagi panitia pengadaan barang dan jasa Politeknik Negeri Semarang dalam pengambilan keputusan penentuan calon pemenang lelang. Keuntungan dari sistem antara lain ketelitian dalam membaca dan memproses data, juga dengan menggunakan sistem juga tidak mengenal waktu dan kondisi sehingga dapat memperkecil kesalahan manusiawi. 3.3 Memahami Kerja Sistem Perencanaan dan penjaringan seleksi calon rekanan didasarkan pada kriteria-kriteria yang dikelompokkan kedalam 3 variabel yaitu: variabel dasar, variabel perencanaan, dan variabel tak terstruktur. Untuk lebih jelasnyadapat digambarkan sistem yang sedang berjalan pada proses seleksi dan penentuan pemenang rekanan Polines sebagai berikut:
MULA
Permasalahan yang dihadapi oleh panitia pengadaan barang dan jasa Politeknik Negeri Semarang adalah bagaimana panitia secara obyektif dapat menentukan peserta yang akan diikutsertakan dalam lelang. Tentunya menjadi satu kendala dan juga tuntutan bagi panitia dalam menyelesaikan masalah ini, dengan memanfaatkan data-data profil peserta lelang yang sudah tersimpan di database, yang berisi datadata riwayat dan hasil lelang yang pernah diikuti. Bagaimana panitia dapat menentukan dari banyaknya calon peserta yang sudah memenuhi syarat yang akan diseleksi untuk mengikuti lelang dan penentuan pemenang lelang. Salah satu solusi alternatif dalam pemecahan masalah ini adalah dengan merancang dan membangun sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat memberikan daftar nominatif calon peserta lelang secara obyektif, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk digunakan oleh tim seleksi, pimpinan dalam menentukan peserta yang akan diikutsertakan dalam lelang. Sistem pendukung keputusan mampu mengevaluasi calon peserta lelang
untuk
Pemilihan dan
Proses Lolos
Proses Calon
AHP P i
k t
SELES
Gambar 1. Alur Proses Penentuan Pemenang Lelang 3.4 Diagram Konteks (Context Diagram) Diagram ini untuk menggambarkan secara garis besar sistem pertama kali dan hubungan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
211
antara sistem dengan eksternal entitas atau pihak dari luar sistem. Dari sistem yang akan dirancang dapat dijelaskan bahwa SPK penentuan peserta lelang terdiri dari 3 entitas yaitu, database, Tim Seleksi Peserta Lelang (TSPL), dan pemenang lelang. 3.5 Entity Relationship Diagram Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan suatu gambaran rancangan sistem yang dilambangkan dengan simbol-simbol tertentu untuk memberikan gambaran umum tentang aliran data antara satu komponen dengan komponen yang lainnya. Aturan-aturan dasar secara umum digambarkan dalam bentuk suatu hubungan data sehingga terlihat jelas bahwa konsep suatu sistem dapat berjalan sesuai dengan aturan dan hubungan data yang tergambar dalam diagram. 4 Implementasi dan Pengujian Sistem 4.1 SPK Penentuan Pemenang Lelang dengan Metode AHP Pada langkah implementasi sistem, aplikasi SPK dalam penentuan pemenang lelang dengan metode AHP ini diharapkan dapat memilih rekanan yang dapat melakukan transfer knowledge, sehingga kebutuhan bukan berupa barang saja tetapi juga ilmu pengetahuan. Aplikasi penentuan pemenang lelang dengan metode AHP sebagai penunjang terhadap proses pengambilan keputusan oleh pihak-pihak eksekutif maupun pejabat di Polteknik Negeri Semarang. Dengan demikian aplikasi SPK juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan pemenang lelang di Polteknik Negeri Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Politeknik Negeri Semarang khususnya bidang yang menangani pengadaan barang dan jasa atas permasalahan yang dihadapi, maka dapat dibuatkan suatu sistem untuk dapat membantu mengatasi permasalahan penentuan pemenang lelang. Secara garis besar permasalahan yang dihadapi adalah: 1.
212
2.
Belum tersedia model multikriteria pada institusi Politeknik Negeri Semarang dalam menilai, menentukan dan pengambilan keputusan dalam memilih rekanan yang tepat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka, dibangun Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemenang Lelang dengan harapan dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu dapat membantu proses penentuan pemenang lelang dalam proses pengadaan barang dan jasa di Politeknik Negeri Semarang. Data peserta pada aplikasi SPK Penentuan Pemenang Lelang akan mempengaruhi perubahan parameter penilaian pada aplikasi SPK Penentuan Pemenang Lelang, data tersebut yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Identitas perusahaan Akte pendirian Akte perubahan perakhir Bukti pelunasan pajak Data pengalaman kerja Formulir isian kualifikasi Laporan PPh/pendapatan Neraca Keuangan Nomor NPWP Pembayaran pajak SIUP/UJK/TDP
4.2 Penentuan Aspek Penilaian dan Pemberian Bobot/Skor Evaluasi peserta lelang dibuat dalam pembuatan sistem pendukung keputusan penentuan pemenang lelang pengadaan barang/jasa ini dibagi menjadi empat aspek penilaian, yaitu: aspek penawaran dan modal kerja, aspek pengalaman, aspek kemampuan, dan aspek sumber daya. Pembobotan masingmasing aspek berdasarkan ketentuan Kepres No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa. Berikut ini bobot untuk masingmasing aspek:
Saat ini Politeknik Negeri Semarang belum memiliki sistem yang tepat dalam menentukan rekanan bagi pengadaan barang dan jasa.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Tabel 1. Pembobotan Masing-masing Aspek Penilaian Aspek
Aspek penawaran dan modal kerja -
Modal Kerja Penawaran
Bobo t
Lama Pengalaman - Jumlah Proyek Yang Diselesaikan Aspek kemampuan -
Lama Pengerjaan Aspek sumber daya -
Jumlah Peralatan - Jumlah Personil Jumlah
4.4 Proses Program Hasil analisis pada system dengan metode AHP ini adalah dihasilkan bobot prioritas dari masingmasing peserta lelang berdasarkan criteria yang telah ditetapkan. Peserta lelang yang mempunyai bobot paling tinggi dinyatakan sebagai pemenang lelang yang akan direkomendasikan dalam keputusan penentuan pemenang lelang dalam proses pengadaan barang dan jasa di Politeknik Negeri Semarang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa CV. Media Informasi mempunyai bobot yang paling tinggi, sehingga dinyatakan sebagai pemenang lelang.
Bobo t 0,40
0,15 0,25
Aspek pengalaman -
memasukkan data pada setiap aspek. Hasil penilaian peserta dapat pada tampilan berikut.
0,25 0,10 0,15
4.5 Output Grafik Analisis Program Untuk memberikan informasi yang lebih informatif dan menarik pada sistem ini disertakan juga fasilitas pembuat grafik urutan prioritas bobot peserta lelang.
0,15 0,15 0,20
5
0,10
Dengan telah dibangunnya Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemenang Lelang, maka diharapkan dapat mampu membantu Panitia pengadaan barang dan jasa Politeknik Negeri Semarang untuk melakukan pertimbangan sebagai berikut:
0,10 1,00
Kesimpulan
1,00
Penentuan pemenang lelang dilihat dari nilai akhir dari masing-masing peserta lelang. Cara perhitungan nilai akhir adalah sebagai berikut: Nilai Akhir = {Skor aspek penawaran dan modal kerja × Bobot penawaran dan modal kerja} + {Skor aspek pengalaman × Bobot Pengalaman} + {Skor aspek kemampuan × Bobot Kemampuan} + {Skor aspek sumber daya × Bobot Sumber daya}
1.
Sistem Pendukung Keputusan dibangun atas persyaratan pengadaan barang dan jasa serta rumusan kebijakan bersama panitia pengadaan, sehingga diperoleh sistem yang tepat untuk menentukan rekanan bagi pengadaan barang dan jasa di Politeknik Negeri Semarang, sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
2.
Model multikriteria dihasilkan dari metode seleksi peserta lelang yang berdasarkan permodelan dari seleksi administrasi, aspek penawaran dan modal kerja, aspek kemampuan, aspek pengalaman dan aspek sumber daya.
3.
Model Analytical Hierarchy Process, disempurnakan dengan mengkombinasikan model multikriteria yang ada dalam karakteristik pengadaan barang dan jasa diantaranya, penyempurnaan pada sisi optimation dan objektive sehingga akan menjadi model pada pengembangan AHP selanjutnya.
4.3 Analisis Profil Peserta Lelang Para peserta lelang kemudian dinilai berdasarkan aspek-aspek yang telah ditetapkan. Aspek yang diperlukan ada empat yaitu: penawaran dan modal kerja, aspek kemampuan, aspek pengalaman, dan aspek sumber daya. Panitia hanya
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
213
6.
Daftar Pustaka [1] Heri Suprapto, Sri Wulandari (2006). Jurnal Decision Support System (DSS) Dalam Prakualifikasi Kontraktor : Surabaya. International Civil Engineering Conference ”Towards Sustainable Civil Engineering Practice [2] Julius Hermawan (2005). Membangun Decision Support System. Yogyakarta : Andi Offset. [3] Kadarsah Suryadi, Ali Ramdhani (2002). Sistem Pendukung Keputusan, Suatu WacanaStruktural Idealisasi dan Implementasi konsep Pengambilan Keputusan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. [4] Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah. [5] Kosasi, S. (2002). Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System). Pontianak : Departemen Pendidikan Nasional.
[6] Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Penerbit PT Grasindo.
[7] Saaty, T.L. (2001). Decision Making For Leaders. Forth edition, University of Pittsburgh, RWS Publication.
[8] Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. (2002). Sistem Pendukung Keputusan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
[9] Turban, Efraim., Aronson, Jay E., dan Liang, Ting-Peng. (2005). Decision Support Systems and Intelligent Systems. Yogyakarta : Penerbit Andi,. [10] Turban E. (1996). Decision Support Systems and Expert System Manajemen SupportSystem, Prectice Hall International, inc
[13] Moldovan, D. dan Surdeanu, M., 2003, On The Role of Information Retrieval dan Information Extraction in Question Answering Systems, Pazienza, M.T., Information Extraction in the Web Era. LNAI 2700. Springer, Berlin. [14] Noy, N.F. dan McGuinness, D.L., 2001, Ontology Development 101: A Guide to Creating Your First Ontology, htpp://protégé.stanford.edu/ publications/ontology_development/ontology10 1.pdf, diakses tanggal 12/10/2008. [15] Perez-Coutino, M., Solorio, T., Montes-yGomez, M., Lopez-Lopez, A., VillasenorPineda, L., 2004, Toward A Document Model for Question Answering Systems. Advances in Web Intelligence. LNCS 3034. Springer, Berlin.
214
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Sistem Informasi Geografis Pencegahan Wabah Demam Berdarah Dengan Pendekatan Medical Geography Yus Sholva1, Eva Faja Ripanti2, Indra Azimi3 Laboratorium Multimedia dan Sistem Informasi Geografis
1,2 3
Progam Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Pontianak
1
[emailprotected], [emailprotected], [emailprotected]
Abstrak Penyakit demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang sulit penanganannya, karena belum ditemukan obatnya dan terjadinya wabah DB belum dapat diprediksi dengan tepat. Upaya pencegahan seperti fogging, gerakan 3M, dan abatesasi belum dapat mencegah mewabahnya DB, karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda. Penelitian ini mengusulkan suatu pendekatan alternatif pencegahan DB dengan cara memetakan kasus DB yang terjadi. Dengan pemetaan kasus DB ini, akan dapat dianalisis data historis kasus DB sebelumnya, analisis penyebaran kasus DB dan pola penyebarannya (jika ditemukan), serta tempat-tempat yang angka kejadian kasus DB cukup tinggi. Pendekatan yang digunakan adalah medical geography yang pernah digunakan Dr. Jhon Snow tahun 1854 saat menanggulangi wabah kolera di Kota London dengan memetakan penderitanya. Hasil pemetaan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan kondisi lingkungan atau mengetahui pola penderita berdasar rumah tinggalnya.Dengan cara yang sama kasus DB dipetakan berdasarkan penderitanya untuk kemudian dianalisis. Aplikasi sistem informasi geografis dikembangkan untuk memudahkan pengelolaan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasimampu menangani data historis kasus DB dalam bentuk peta, menunjukkan pola penyebaran kasus DB (jika ada), membantu menganalisis pengaruh tindakan pencegahan (terutama fogging) terhadap jumlah kasus DB serta membantu perencanaan tindakan fogging selanjutnya. Hasil analisis sangat bergantung pada ketersediaan data penderita DB dari instansi terkait.
Kata kunci:sistem informasi geografis, data historis, demam berdarah, medical geography, analisis spasial
1.
Pendahuluan
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang belum ditemukan obatnya, di beberapa kota di Indonesia pernah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) kasus demam berdarah, tidak terkecuali Kota Pontianak yang sejak tahun 2000 sampai 2009 terjadi tiga kali KLB demam berdarah dengan siklus 3-4 tahun. Upaya penanggulangan penyakit demam berdarah sudah sering dilakukan misal pengasapan (fogging),
membersihkan lingkungan sekitar yang dikenal dengan 3M, abatesasi, atau menggunakan predator alami misalnya ikan cupang. Namun upaya yang dilakukan tersebut belum mampu mencegah terjadinya wabah demam berdarah, sering penanganan kasus demam berdarah baru dilakukan setelah jumlah penderita semakin banyak atau ditemukan kasus penderita yang meninggal dunia. Sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda untuk mencegah mewabahnya demam berdarah yaitu dengan pemetaan.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
215
Penaanggulangan wabah pennyakit denggan memanfaaatkan ilmu pemetaan sudah lam ma dilakukann, sala satunyya Dr. Jhon Snnow pada tahhun 1854 unntuk menanggulangi wabahh kolera di Koota London yang y saat itu belum ada obatnya. o Denggan memetakan penderita penyakit koolera, Dr. Jhhon Snow meenemukan suatu pola yang sama dimaana penderitaa penyakit koolera adalah penduduk yaang bermukim m di bagian hilir h Sungai Themes T Londoon. Dengan analisis spasial yang dilakukannya d ia berhasil menemukan sumber pennularan kum man T yang menjadi sumbber kolera addalah Sungai Themes air minum m penduduk London dan ia mengusulkkan agar sum mber air diallihkan. Berkaat usahanya ini penyakit kolera dapat dicegah d penyeebarannya. Mediical geographhy adalah pennggabungan dua d disiplin ilmu, i yaitu geografi g dan kesehatan. Ide I penggunaaan medical geography untuk demaam berdarah pernah dituulis secara siingkat di Sittus Geografi Populer Indoonesia [4] paada tahun 20004. m berdarah Dengue D di Koota Analisis spasial demam Jogjakarta untuk periode 2004-20005 juga pernnah mahasisswa Fakulttas oleeh dipresentasikan Kedokterran Universitaas Gajah Maada pada tahhun 2007. Akan A tetapi, penelitian mengenai m sisteem informasii geografis unntuk menangaani data histooris kasus dem mam berdarahh belum diadakkan.
Untuk m mengembangka an aplikasii sistem in nformasi geografis demam m berdarah (SIGDB) diiperlukan infoormasi spasiall berupa alam mat tempat tin nggal pendderita demaam berdaraah yang diipresentasikann dalam bentuuk titik (poin nt). Untuk keeperluan analisis spasial ddiperlukan petta tematik baatas administrratif dan jariingan jalan di d wilayah stu udi. m geoggraphy dalam penelitian Penerapan medical in ni adalah dennan memetakkan penderitta demam beerdarah yangg tercatat paada Dinas Kesehatan K beerdasarkan tem mpat tinggalnnya. Representtasi secara sp pasial (peta) tempat tingggal penderita demam beerdarah meruppakan upayakkan pendekattan karena tid dak dapat diipastikan apaakah penderitta tertular viirus demam berdarah ddi lingkungan n tempat tin nggalnya atauu ditempat lainn. Wilayah studi s adalah K Kota Pontianaak dengan leetak geografis pada garis 0ºº 02' 24" Linttang Utara saampai 0º 01' 37" 3 Lintang Selatan dan 10 09º 16' 25" Bu ujur Timur saampai 109º 23' 04" Bujur Tiimur [8].
Peneelitian ini berrtujuan untukk menghasilkkan sistem innformasi yanng mampu menangani m daata historis kasus demaam berdarahh, memberikkan informasii daerah yangg paling serinng terjadi kassus demam berdarah, penyebaran p kasus demaam berdarah dan pola penyyebarannya (jjika ditemukaan), sehingga pada akhirnyya sistem inii dapat menjaadi d pihak-pihhak solusi altternatif bagi pemerintah dan terkait unntuk mendukuung upaya pencegahan demaam berdarah. m medical geeography, kaasus-kasus yaang Dalam terjadi diipetakan dan data historiss kasus tersebbut dicatat. Diharapkan, D dengan pengggunaan sisteem informasii geografis dan pendeekatan mediccal geographhy dapat dijelaskan d teentang konssep kesehatann dan pennyebaran pennyakit demaam berdarah di wilayah stuudi.
216
Gambar 1.Peta Adminisstratif Wilayah h Studi
2.. Penyakit Demam D Berdaarah Demam berrdarah atau deemam berdaraah dengue ad dalah penyakkit febril akuut yang ditem mukan di daaerah tropis, dengan penyyebaran geogrrafis yang mirip m dengan malaria. m Penyaakit ini disebaabkan oleh saalah satu darri empat serootipe virus dari d genus Fllavivirus, fam mili Flaviviriddae. Demam m berdarah diisebarkan keppada manusiaa oleh nyam muk Aedes
Seminar dan Call For Pape er Munas Ap ptikom P Politeknik Tellkom B Bandung, 9 Oktober O 2010 0
aegypti. [6]. [ Hingga saaat ini belum ditemukan obbat untuk peenyakit ini sehingga penncegahan yaang dilakukann adalah penaanganan padaa nyamuk Aeddes aegypti seebagai pembaawa virus. Faktorr-faktor penyyebab kembbali munculnnya wabah demam d berdaarah adalah sebagai berikkut [10]: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
mlah penduduuk yang tiddak Pertuumbuhan jum mem miliki pola terteentu. Urbaanisasi yang tidak terencanaa dan terkontrool. Sisteem pengelolaaan limbah dann penyediaan air bersiih yang tidak memadai. m Berkkembangnya penyebaran dan kepadattan nyam muk-nyamuk. Kuraangnya sistem m pengamatann nyamuk yaang efekttif. Meniingkatnya pergerakan dan penyebarran viruss dengue. Perkeembangan hipperendemisitass. Meleemahnya infrastrukturr kesehattan masyyarakat.
s 10 tahhun Pada wilayah studi tercatat sejak m kej ejadian luar biiasa (KLB) paada terakhir mengalami tahun 20002, 2006, dann 2009 sebagaimana Gambbar 2. Namunn setiap tahunn tetap terjaddi kasus demaam berdarah.
mpermudah peenyebaran pennyakit yang aakhirnya memp da alam penangganan wabah penyakit. Nama N lain medical geograaphy adalah hhealth geograp phics. Medical geography g ddikembangkan n pertama kaali di Londonn pada pertenggahan tahun 1854 oleh Dr. D John Snow w. Dia mengggunakan suaatu teknik yaang kemuddian dikenaal sebagai medical geeographyuntuk mengidentiifikasi suatu wilayah w di Lo ondon (Broadd Street) yanng merupakan n wilayah peenyebaran penyakit p kolera terparah h dengan memetakan m lokkasi penyebaraan penyakit ko olera pada su uatu peta. Daari penelitiann ini, Dr Sn now dapat menyimpulkan m bahwa penyyakit kolera menyebar man, bukan dari melalui m makannan dan minum d udara yaang tercemar. Dan akhirnyya dia dapat mengambil m keesimpulan waabah kolera yyang melanda London waktu w itu menyyebar melalui air [2]. Dari hasil pemetaan wabah koleera yang diilakukan Dr. Snow, S ditemuukan bahwa konsentrasi k peenyebaran wabah w kolera tertinggi teerdapat di wilayah w kota yang sumbeer air minum mnya dari peerusahaan denngan sumberr air dari hillir Sungai Th hemes. Dr. Snow juga m menemukan bahwa di wilayah w tersebuut jumlah kem matian yang disebabkan d wabah w kolera mencapai m 5000 jiwa dalam waktu 10 haari. Dari hasiil penelitian D Dr. Snow ini,, akhirnya peerusahaan yanng sebelumnyya mengamb bil sumber aiir dari hilir Sungai S Them mes, mengubaah sumber aiirnya dari hullu Sungai Theemes. Akhirny ya, wabah ko olera di Londoon dapat diataasi [2]. Peta penyebaran wabah w kolera oleh o Dr. John S Snow dapat diilihat pada Gambar G 3 berikkut.
mbar 2.Jumlahh Kasus Demaam Berdarah Gam T Tahun 2000-20009 di Kota Poontianak Med dical Geograp phy Mediical geograpphy is a hybrid h betweeen geographhy and meedicine dealling with the t geographhic aspects off health and healthcare [7]. Medical geography mempelajari m p pengaruh lokasi dan iklim m terhadap kesehatan. k Haal ini bertujuuan untuk meeningkatkan pemahaman terrhadap berbaggai faktor yang berpeengaruh paada kesehattan masyarakkat. Dengan kata lain, penggabunggan antara duua disiplin illmu ini, dapaat meningkatkkan pemaham man tentangg konsep kesehatan k d dan 3.
Gambar G 3. Peeta Penyebaraan Wabah Kolera Dr. Johnn Snow [3]. Pendekatann spasial meddical geograp phy dalam menanggulangi m i penyakit yanng mewabah atau yang diisebabkan penngaruh lingkuungan hinggaa saat ini
Semin nar dan Call For Paper Munas M Aptikom Politteknik Telkom Bandung, 9 Oktober 201 10
217
terus dikembangkan sebagai upaya penanggulangan penyakit terlebih pada penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti HIV/AIDS. 4.
Sistem Informasi Geografis Menurut U.S. Geological Survey [9], “A GIS is a computer system capable of capturing, storing, analyzing, and displaying geographically referenced information; that is, data identified according to location. Practitioners also define a GIS as including the procedures, operating personnel, and spatial data that go into the system.” Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang dikembangkan untuk mengelola, menganalisis dan menampilkan informasi geografis. SIG menawarkan suatu sistem yang mengintegrasikan data yang bersifat keruangan (spasial) dengan data tekstual yang merupakan deskripsi menyeluruh tentang obyek dan mempermudah pengguna menyebarluaskan kaitannya dengan obyek lain di ruang muka bumi. Dengan sistem ini data dapat dikelola dan dimanipulasi untuk keperluan analisis secara menyeluruh dan sekaligus menampilkan hasilnya dalam berbagai format baik dalam bentuk peta maupun berupa tabel atau laporan [5]. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik (point), bentuk garis (line) dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat (x,y) yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sampel dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titiktitik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontur dan lainlain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain-lain. 218
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area [1].
5. Perancangan SIG Demam Berdarah Perancangan sistem meliputi perancangan basis data dengan entity relationship diagram (ERD), perancangan data flow diagram (DFD), perancangan antarmuka sistem.
5.1 Perancangan Basis Data dengan ERD Entitas yang ada pada sistem ini ada lima sebagai berikut: 1.
Rumah sakit, yaitu rumah sakit dimana penderita dirawat. 2. Penderita, yaitu orang yang menderita sakit demam berdarah. 3. Kelurahan, yaitu wilayah dimana penderita tinggal, fogging dan tindakan pencegahan lainnya dilakukan. 4. Fogging, yaitu tindakan fogging yang dilakukan. 5. Pencegahan lainnya, yaitu tindakan pencegahan selain fogging. Relasi antara tiap-tiap entitas dapat dituliskan dalam enterprise rules sebagai berkut: seorang penderita dirawat di satu rumah sakit dan satu rumah sakit merawat banyak penderita. Seorang penderita tinggal di satu kelurahan dan di satu kelurahan tinggal banyak penderita. Satu kegiatan fogging dilakukan di satu kelurahan dan di satu kelurahan dapat dilakukan banyak kegiatan fogging. Satu kegiatan pencegahan dilakukan di satu kelurahan dan di satu kelurahan dapat dilakukan banyak kegiatan pencegahan. Diagram ER berdasarkan enterprise rule di atas diperliihatkan pada Gambar 4.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Gambar 6. Diagram konteks sistem.
Gambar 4. Diagram ER Sistem.
Gambar 5. Diagram Relasi Antartabel Data Tabular Gambar 5, memperlihatkan hasil rancangan database berupa tabel dengan field yang sudah lengkap beserta relasi antara tabelnya. 5.2 Perancangan DAD Sistem informasi geografis demam berdarah yang dirancang hanya memiliki satu level pengguna. Pengguna yang dimaksud dalam sistem ini adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, ataupun pihak-pihak terkait seperti organisasi kemasyarakatan dan lembaga penelitian yang ingin menggunakan sistem ini.
Gambar 7. Diagram Overview Sistem
Terdapat 7 (tujuh) proses dalam sstem ini yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Proses 1.0 Manajemen Peta. Proses 2.0 Manajemen Kelurahan. Proses 3.0 Manajemen Rumah Sakit. Proses 4.0 Manajemen Fogging. Proses 5.0 Manajemen Pencegahan Lainnya. Proses 6.0 Manajemen Kasus Demam Berdarah. 7. Proses 7.0 Analisis Data. Secara skematik, ketujuh proses digambarkan dalam diagram overview sebagaiaman Gambar 7.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
219
5.3 Peraancangan Anttar Muka Antaarmuka sistem m dirancang dalam benttuk form-form m yang mem miliki fungsi tertentu sesuuai dengan prroses-proses yang y ada. Form m-form tersebbut diakses melalui m menuu pada form utama. Strukttur menu daan antarmukka sistem yang y dirancaang sebagaim mana Gambar 8 dan Gambarr 9.
Referensi Kelurahan Referensi Referensi Rumah Sakit
Pencegahan Fogging Pencegahan Kasus Pencegahan Lainnya
Form Utam ma (Manajemen Peta)
Gambar 10. 1 Tampilan A Antar Muka Utama U
Data Kasus
Analisis Data
Gambar 8. Struktur Menu M
Panel Menu
Panel Keterangan Lokasi
Panel Peralatan Peta Peta
6..2 Pengelolaaan Data Pengelolaaan data atribbut (tabular) dilakukan paada form Tam mbah Data dann Ubah Data. Pada saat daata atribut yanng berisi uraiaan tentang kasus demam beerdarah yang dialami seoraang pasien diimasukkan maka m selanjutnnya data spasiaal berupa lokaasi tempat tin nggal pasieen harus ddibuat deng gan cara menambahkan m titik pada peeta sesui deng gan alamat ru umah penderrita. Selanjutkkan dilakukaan proses reelasi antribut-spasial. Denggan cara ini maka m data attribut dapat ditampilkan d m melalui data spasialnya s deemikian pula sebaliknya. s
Panel Pencarian Objek
Panel Status
Gambar 9. Layout Anntara Muka Peengguna 6.
Hasiil Perancangaan dan Analissis
Sisteem yang tellah dirancanng memerlukkan komputerr dengan sisteem operasi miinimal Windows XP. Padaa komputer juuga harus terppasang MySQ QL, MySQL ODBC Coonnector dann MapObjects Runtime. 6.1 Antaar Muka Utam ma Antaara muka utam ma terdiri darii 5 (lima) pannel terdiri daari panel petta, panel ketterangan lokaasi, panel perralatan peta, panel pencarrian objek, dan d panel stattus. 220
Gamb bar 11. Form Tambah Dataa 6..3 Analisis Data D Fitur analiisis data berfu fungsi untuk membantu m peengguna daalam melakkukan analisis data beerdasarkan pilihan p tertenntu. Penggu una dapat
Seminar dan Call For Pape er Munas Ap ptikom P Politeknik Tellkom B Bandung, 9 Oktober O 2010 0
menganallisis data-dataa berdasarkan tahun dan bullan data. Penngguna juga daapat menentukkan kriteria daata kasus dem mam berdarahh yang akaan dianalisis berdasarkan b jeenis kelamin dan d umur pennderita. Penggguna dapat memilih m untukk menampilkkan peta hasiil analisis daalam empat pilihan p tampillan yang berbbeda, yaitu: 1.
2.
3.
4.
ClasssBreaksRendeerer. Pada piilihan ini, tiaaptiap kelurahan k akaan ditampilkann dalam gradasi warnna berdasarkann jumlah kasuus per kelurahaan. Titikk-titik kasus tiidak ditampilkkan. Gambar 12 mem mperlihatkan tampilan annalisisnya. Jiika wilayyah kelurahann pada peta berwarna sam ma berarrti jumlah kasus k demam m berdarah di kelurrahan tersebuut berada satuu kelas (jumllah hamppir sama). CharrtRenderer. Pada P pilihan ini, di tiap-tiiap kelurrahan akan ditampilkan grafik bataang (barcchart) yang menunjukkan m juumlah kasus per p kelurrahan. Titik-tiitik kasus tiddak ditampilkaan. Gam mbar 13 memperlihatkkan tampillan analiisisnya. DotD DensityRenderrer. Pada pilihhan ini, di tiaaptiap kelurahan diitampilkan tittik-titik tertenntu yangg jumlah dan kerapatannyya menunjukkkan jumlaah kasus perr kelurahan. Titik-titik T kassus sebennarnya tidakk ditampilkann. Gambar 14 mem mperlihatkan taampilan analissisnya. ValueMapRendereer. Pada pilihhan ini, tiap-tiiap kelurrahan akan ditampilkan dalam warnnawarnna tertentu seesuai pengatuuran penggunna. Titikk-titik kasus sebenarnyaa ditampilkaan. Gam mbar 15 memperlihatkkan tampillan analiisisnya.
Gambar 12. Tampilaan Analisis Data Mengggunakan Classsbreaksrenderrer
Analsis daata dapat dillakukan untuk melihat treend jumlah kasus k demam m berdarah yaang terjadi beerdasarkan waktu w tertentu (dalam perio ode bulan attau tahun) yaang berarti daata terdahulu atau data hiistoris masih dapat d ditampiilkan dalam beentuk peta un ntuk keperluann analisis lebiih lanjut
Semin nar dan Call For Paper Munas M Aptikom Politteknik Telkom Bandung, 9 Oktober 201 10
221
Gambarr 13. Tampilaan analisis dataa menggunakaan ChaartRenderer
Gambar G 15.T Tampilan analiisis data meng ggunakan ValueMapReenderer
Gambarr 14. Tampilann analisis dataa menggunakaan DotDennsityRendererr
Gambar G 16. Peta Sebaran K Kasus Demam m Berdarah Bulan Januarri 2006.
222
Seminar dan Call For Pape er Munas Ap ptikom P Politeknik Tellkom B Bandung, 9 Oktober O 2010 0
Sebaggaimana Gam mbar 16, anaalisis dilakukkan pada dataa bulan Januuari 2006 denngan mengam mati sebaran kasus k demam m berdarah. Analisis A denggan menggunnakan data historis dipperlukan unttuk melihat kecenderungan k n kejadian demam d berdarrah disuatu tempat. Denngan cara tumpang t sussun (overlay) data historiis akan diperroleh informasi lokasi/tem mpat/wilayah yang palingg sering terjaadi kasus dem mam berdasar. Analissis juga biisa dilakukaan berdasarkkan tindakan penanggulanggan wabah demam d berdarrah yang suddah dilakukann. Misal, padaa bulan Januuari 2006 dilaakukan kegiaatan fogging disuatu temppat, maka datta fogging akaan tesimpan untuk u keperluuan analisis. Untuk melihhat efektivitass fogging yaang 2 dilakukkan telah dilaaksanakan paada Januari 2006 dengan caara melihat daata pada Febrruari 2006. Paada Gambar 17 memperllihatkan anallisis efektivittas u menurrunkan angkaa kasus demaam fogging untuk berdarah di suatu kelurahan. k Paada contoh ini B padaa bulan Januuari Kelurahann Bangka Belitung 2006 terrdapat 4 kassus, sementaara pada bullan Februari 2006 2 terdapatt 1 kasus.
peenderita sehinngga dapat ddilakukan analisis lebih laanjut. s berdasarkan dataa historis Analisis spasial beerguna untuk menampilkann wilayah-wilaayah yang memiliki m jumlaah kasus dem mam berdarah h tertinggi paada satu periiode waktu atau beberap pa periode waktu. w Hal ini penting untuuk mengetahu ui wilayah yaang paling seering terjadi kkasus demam m berdarah ag gar dapat dilakkukan perencaanaan pencegaahannya. Data histooris penangaanan demam berdarah seeperti foggingg, abatesasi, dan sebagain nya dapat diianalisis efekttivitasnya meelalui overlay y dengan daata kasus dem mam berdarah. 7..2 Saran Untuk hassil analisis yyang lebih baik, b peta diigital yang digunakan oleh sisteem perlu diilengkapi. layer Penambahann RT/RW memungkinkan m n pembagian wilayah untu uk analisis daata menjadi leebih sempit (sm mall area anallysis). Dalam pennelitian ini hhubugan kasu us demam beerdarah dengan kawasan kumuh atau elit atau hu ubungannya dengan d kawaasan banjir atau a tidak, beelum dapat diketahui d karrena tidak teersedianya laayer tematik yang y diperlukkan. Perlu penambahan laayer-layer tem matik lain seperrti parit/selokan, daerah raawan banjir, daerah miskiin, dan lain--lain, agar sistem dapat melakukan m annalisis hubung gan kasus deemam berdaraah dengan objeek yang ada pada p layerlaayer tersebut. 8 Daftar Pusttaka
mbar 17. Tamppilan Analisiss Efektivitas Gam F Fogging
1] Barus, B. daan U.S. Wiraddisastra, 2000,, Sistem [1 Informasi Geografis, G Boggor: Sarana Manajemen M Sumberdayaa. Lab. Penginnderaan Jauh dan d Kartografi, Departemen D T Tanah, Fapertaa, IPB
7. Kesim mpulan dan Saran S 7.1 Kesimpulan Penddekatan mediccal geography yang digunakkan dalam penelitian p inni dilakukan dengan caara memetakan kasus deemam berdarrah berdasarkkan tempat tiinggal pendeerita. Data attribut berisikkan keterangaan terkait denngan kasus demam d berdarrah direlasikaan dengan data d spasial tempat tingggal
[2 2] Briney, Am manda, 2009, A History and Overview of Medical Geography, G O Oktober 22, 20 009. http://geograaphy.about.coom/od/ culturalgeoggraphy/a/mediicalgeograph.h htm
Semin nar dan Call For Paper Munas M Aptikom Politteknik Telkom Bandung, 9 Oktober 201 10
223
[3] Electronic Visualization Laboratory, 2009, Information Exploration, Presentation Styles, Mei 04, 2010. http://www.evl.uic.edu/aej/422/week02.html [4] Geografiana, 2004, Peta Bisa Menghentikan Wabah Penyakit, Oktober 22, 2009. http://geografiana.com/index.php?option=com_c ontent&task=view &id=1& Itemid=55 [5] Husein, Rahmad, 2007, Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Geographics Information System), Oktober 29, 2009. http://www.ilmukomputer.org/wpcontent/uploads/2007/01/rahmat-sig.zip [6] Klik Dokter, 2008, Demam Berdarah Dengue. Mei 04, 2010. http://www.klikdokter.com/illness/detail/219 [7] MedicineNet.com, 2004, Definition of Medical Geography, Nopember 29, 2009. http://www.medterms.com/script/main/art.asp?a rticlekey=18879 [8] Pemerintah Kota Pontianak, 2010, Deskripsi Wilayah, Mei 04, 2010. http://www.pontianakkota.go.id/?q=tentang/des kripsi-wilayah [9] U.S. Geological Survey, 2007, Geographic Information Systems. Mei 04, 2010. http://egsc.usgs.gov/isb/pubs/ gis_poster/ [10] Widodo, Arif. 2007. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Ibu-Ibu PKK Desa Makam Haji Mengenai Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Warta. Vol. 10. Hlm. 10-18.
224
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
MAFIA PAJAK GAME DATABASE DESIGN Purba Daru Kusuma Institut Teknologi Telkom [emailprotected] Abstract Mafia Pajak Game is one of the games in the game collection web site, www.tombongantuk.com. This is a game with the economic and law background. Mafia pajak are parties who participate in activities that cause tax payment reduction so the payment is less than it should be. In this game, players act as members of anti-mafia task force. The task is to identify person or institution that reduces tax illegally. The primary purpose of this research is to produce a database design that can facilitate the game scenario of Mafia Pajak. The secondary purpose of this research is to analize the growth of data volume of Mafia Pajak database. Testing is conducted by collecting Mafia Pajak database size data on August 21, 2010. The collected data are number of records and data size which is measured in kilobytes. The analysis will be done to calculate data size needed by one player. The data is very useful for determining the volume of data which is required to facilitate a certain number of players. Through this research, Size of data needed by one player is four kilobytes.
Keywords: game, economy, tax, online, database 1.Introduction Mafia Pajak Game is one of the games in the games collection web site, www.tombongantuk.com. Its theme is economics and law. Mafia Pajak is a web-based game. With web based, players can play it easily. Players do not need to install specific software. It’s enough for players to connect with the internet and operates its web browser. Mafia Pajak is a multiplayer game. Some interactions between players in the Mafia Pajak are as follows. Players can interact with other players. Players can monitor other players’ activities. Players can communicate with other players. Players can take advantage of other players to support their mission. One of the jobs in the development of the Mafia Pajak is to build a database system. Mafia Pajak needs database system to be able to operate. The database is needed to store the main data and transaction data. The primary purpose of this research is to produce a database design that can facilitate the game scenario of Mafia Pajak. The secondary
purpose of this research is to analize the growth of data volume of Mafia Pajak database. The design must be able to cover all existing features in this game. The analysis will be done to calculate data size needed by one player. The data is very useful for determining the volume of data which is required to facilitate a certain number of players. Coverage in this study are as follows. The database was developed using MySQL. The database was developed only for the Mafia Pajak and is not used for other games. Data is tested in unit of bytes and records. This research was conducted with the following methodology. First, The entities in the Mafia Pajak is collected. Second, the tables are designed as a representation of these entities. Third, the relationships among tables are designed. Fourth, the database design is implemented. Fifth, the volume of database is collected. Sixth, the data is analyzed. Seventh, the documentation for this study is created.
2.Basic Theory Modern database systems use the concept of Relational Database Management System
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
225
(RDBMS). In the RDBMS, data is represented using a table [1]. Queries are used to access the data. The data is also displayed in table form. A table has a name that is unique and different from the other table name in one database. One unit of data in the database is record. The column is made to classify the data in records that have the same type and meaning in the table. A data type of the column must be defined. These types of information that are stored in the table are defined in the tables when they are created. There are two groups of instructions id RDBMS, namely Data Definition Language (DML) and Data Manipulation Language (DML). DDL is a set of instructions which is related to the construction of the table. Instructions that are included to DDL commands are creating new table, creating constraints, and removing existing table. DML is a set of instructions which is related to the manipulation of records in the table. DML consists of the commands for retrieving records, creating new record, modify data within the records, and delete records. There are join instruction in RDBMS, which their function is taking data that consists of several tables at once and subsequently represented in a table. 3.Game Scenario Mafia Pajak is a game with the economic and law background. Mafia pajak are parties who participate in activities that cause tax payment reduction so the payment is less than it should be. In this game, players act as members of anti-mafia task force. The task is to identify person or institution that reduces tax illegally. In one session, players deal with 30 cases. There are clues that can be read on each case. The players’ task is to determine the status of these cases, clean or indicated of corruption. A player will face the next case after he decides the status of the case that is being faced. In one session, player is allowed to make wrong decision up to five times. If players make mistakes more than five times the player is determined to have failed and must repeat the new session. If a player can finish a game session, he can continue the session at a higher level. 226
Player can perform audit a case. Audit can be done if the player hesitant in making decisions. In one session, player can audit up to 10 cases. To get an opportunity to audit, the player must report the cases which are handled by other players. Reporting activities can be done only if the player is not in the playing sessions. Mafia Pajak is divided into three levels. At level one, player identifies the tax officials which are indicated of corruption. The key points which are available in cases in level one are the level of tax official and the brand of the new car he bought. At level two, player identifies the private employees which are indicated manipulating their revenue report to reduce tax. The key points which are available in cases in the level two is the the employee’s position, his company’s business sector, and the income which is reported by the employee. At level three, the player identifies firms that manipulate their profit tax reports. The key points which are available in cases in level three are the business sector of the company, the value of the company's sales for one year, and net income during the year which is reported by the company. 3.Database Design 3.1 Entity Design There are several entities in the Mafia Pajak. These entities are as follows: • players, • activities, • Announcement, • cases • records of performance, • tax official, • car • private sector employees, • and the company. A player is a representation of the people who play Mafia Pajak. The player has several attributes, namely name, password, level, number of opportunities to audit, the number of opportunities to make mistakes, and status. Name is the player's identity in the Mafia Pajak. Player’s name must be unique to differentiate players from one another. Password is the keyword which is used by player to get into the Mafia Pajak. The system will verify the
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
name and password which are entered by the player. Level is a player’s current position. The number of opportunities to audit is a number that represents the number of cases that can be audited. That amount could increase if the player reports other players’ cases. This value is reduced if the player performs the audit. The number of opportunities to make mistakes is a value that represents the number of mistakes can still be done by player in handling cases before the player is determined to have failed in one session. Status is a number that represents the player’s current state. There are several types of status, namely: • not currently in session, • is in session, • have completed a session, • fails to complete the session, • and have completed the entire session. Activity is entity that contains the activities of players during playing Mafia Pajak. Activity has several attributes, namely time, description, and player. Time is the time for an activity is carried out by player. Description describes the type of activity complementary information regarding to the event. Player is player who performs the activity. The following are the types of activities in Mafia Pajak.
• Player gets into the game. • initiating a session. • Player handles the case correctly. • Player handles the case wrongly. • Player performs audit. • Player reports other players’ cases. • Player has completed the session. • Player fails to complete the session. • Player has completed the entire sessions. • Player goes to the next level. • Player announces something that later will be read by all players. Announcement is entity which contains information submitted by the player and it can be read by all other players. Announcement has several attributes, namely time, content, and player. Time is time when the announcement is announced by the players. Content is the material of the
announcement. Player is the player who wrote the announcement. Case is the entity that represents the cases which is handled by the players. The case has several attributes namely number, contents, answers, reasons, and player. Number is the serial number of the case. Number is made because the case will be shown one by one based on serial number. Numbering is relative to the case owner. Content are descriptions of the case. Answer is the status of the case. The answer value is 1 if the case is clean. The answer value is 0 if the case is indicated of corruption. The reason is an explanation of the case so that it can be clean or indicated of corruption. Player is the player who handles the case. Performance record is entity that describes the performance of players in each level. Performance records have several attributes, namely player, level, amount, time, and status. Player is the player who has a track record of performance. Level is a description that explains the level of performance related. Attribute level note added for players at all levels of performance. Number is the number of sessions that have been run by the players at each level. Time is an indicator that describes the time a player has successfully completed the session at any level. Status value is 1 if the player has successfully completed the session at those levels. The status value 0 if the player has not successfully completed the session at those levels. Tax official is the entity that represents employees of the finance department at every level. Tax official has several attributes, namely grade, class, and income [4]. Grade has value range from 1 to 27 [4]. Grade has a unique value. Class has value range from 1a to 4e [4]. Income is the tax official total revenue. Income is the sum of basic salary with allowances remuneration [4]. Car is the entity that represents the new car which is purchased by the tax official. Car has a few attributes, namely brand, minimum price and maximum price [3]. Brand is a combination of car brand and type [3]. Minimum price is the cheapest car prices for the brand [3]. Maximum price is the price of the most expensive car for the brand [3].
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
227
The minimum price is obtained from the car with the lowest specification on a particular brand. The maximum price is obtained from the car with the best specifications on a particular brand. Private sector employee is entity that represents employee who works in private companies. Private sector employee has several attributes, namely position, industrial sector, minimum salary and maximum salary [2]. Position is the position of employee within the company [2]. Industrial sector is the industrial sector of the company where the employee works [2]. The minimum salary is the lowest salary for employee with a particular position and industrial sector [2]. The maximum salary is the highest salary for employee with a particular position and industrial sector [2]. Company is an entity that represents the company who will pay tax. Company has some attributes, namely industrial sector and average net profit margin (NPM) [5]. Industrial sector is the field of industry which is run by the company. Average NPM is the average value of the ratio of sales to net income of companies engaged in a particular industrial sector.
Table tbl_mp_aktivitas represents activity entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_aktivitas table with the attributes of activity entity.
Table 1. Columns of tbl_mp_aktivitas table.
Columns
Data type
Atrribute
F_tanggal
Datetime
time
F_owner
Varchar(20)
player
F_aktivitas
Varchar(100)
content
Table tbl_mp_karyawan represents private sector employee entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_aktivitas table with the attributes of private sector employee entity.
Table 2. Columns of tbl_mp_karyawan table. 5.1 Table Design Columns Designing tables is activity to define the tables which is used in Mafia Pajak. Tables should represent entities that exist in the Mafia Pajak. The table design is also represents all the attributes which is related to the entities. The tables in the Mafia, Pajak, namely:
• Tbl_mp_aktivitas, • Tbl_mp_karyawan, • Tbl_mp_mobil, • Tbl_mp_npm, • Tbl_mp_pidato, • Tbl_mp_player, • Tbl_mp_pns, • Tbl_mp_rekor, • And Tbl_mp_soal. 228
Data type
Atrribute
F_posisi
Varchar(20)
position
F_sektor
Varchar(20)
Industrial sector
F_min
Int
Minimum salary
F_maks
Int
Maximum salary
Table tbl_mp_mobil represents car entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_mobil table with the attributes of car entity.
Table 3. Columns of tbl_mp_mobil table.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Columns
Data type
and data type column in the tbl_mp_player table with the attributes of player entity.
Atrribute
F_merek
Varchar(20)
Brand
F_min
Int
Minimum price
F_maks
Int
Maximum price
Table 6. Columns of tbl_mp_player table.
Table tbl_mp_npm represents company entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_npm table with the attributes of company entity.
Table 4. Columns of tbl_mp_npm table.
Columns
Data type
Atrribute
Columns
Data type
Atrribute
F_nama
Varchar{20}
Name
F_password
Varchar(20)
Password
F_validasi
Varchar(20)
-
F_nomor
Smallint
-
F_level
Tinyint
Level
F_status
Tinyint
Status
F_industri
Varchar(30)
Industrial sector
F_firstlogin
Datetime
-
F_npm
Float
Average NPM
F_lastlogin
Datetime
-
F_peluru
Tinyint
Audit
F_salah
Tinyint
Mistakes
Table tbl_mp_pidato represents announcement entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_pidato table with the attributes of announcement entity.
Table tbl_mp_pns represents tax official entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_pns table with the attributes of tax official entity.
Table 5. Columns of tbl_mp_pidato table.
Columns
Data type
Table 7. Columns of tbl_mp_pns table.
Atrribute
F_tanggal
Datetime
Time
F_owner
Varchar(20)
Player
F_isi
Varchar(100)
Content
Columns
Table tbl_mp_player represents player entity. The following table is a relation between the column
Data type
Atrribute
F_pangkat
Varchar(10)
Grade
F_golongan
Varchar(3)
Class
F_gaji
Int
Income
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
229
Table tbl_mp_rekor represents performance record entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_rekor table with the attributes of performance record entity.
5.2 Table Relationship Design As an RDBMS, there are relationship among tables in the database design of Mafia Pajak. The relation between these tables will be described with the image below.
Table 8. Columns of tbl_mp_rekor table.
Columns
Data type
Atrribute
F_nama
Varchar(20)
Player
F_level
Tinyint
Level
F_counter
Smallint
Amount
F_waktu
Datetime
Time
F_status
Tinyint
Status
Table tbl_mp_soal represents case entity. The following table is a relation between the column and data type column in the tbl_mp_soal table with the attributes of case entity.
Table 9. Columns of tbl_mp_soal table.
Columns
Data type
Atrribute
F_nomor
Smallint
Case number
F_kasus
Varchar(200)
Case
F_jawaban
Smallint
Answer
F_alasan
Varchar(130)
Reason
F_owner
Varchar(20)
Player
230
Figure 1. Table relationship design.
6.
Testing Testing is conducted by collecting Mafia Pajak database size data on August 21, 2010. The collected data is number of records and data size which is measured in kilobytes. Tables are grouped into two, namely the master tables and transaction tables. Master table is a table whose size is not affected by the number of players. Transaction table is the table whose size is affected by a number of players. Master tables include tbl_mp_karyawan, tbl_mp_mobil, tbl_mp_npm, and tbl_mp_pns. Here is the data size of the tables. Table 10. Data on master tables. Table
size (record)
size (KB)
Tbl_mp_karyawan
54
2,8
Tbl_mp_mobil
58
2,5
Tbl_mp_npm
59
2,4
Tbl_mp_pns
27
1,5
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
References Transaction tables include tbl_mp_aktivitas, tbl_mp_pidato, tbl_mp_player, tbl_mp_rekor, and tbl_mp_soal. Here is the data size of the tables. Table 11. Data on transaction tables. Table
size (record)
size (KB)
Tbl_mp_aktivitas
11.405
886,3
Tbl_mp_pidato
67
5,3
Tbl_mp_player
519
34,9
Tbl_mp_rekor
1.557
50,9
Tbl_mp_soal
4.936
1.100
[1] Gertz, Michael., Oracle/SQL Tutorial, Database and Information System Group, Department of Computer Science, University of California, Davis. [2] “Survei Gaji 2010”, SwaSembada July 14, 2010. [3] Indonesia Car Price Guide, http://www.autocarprices.com/, July 18, 2010 [4] Tabel Remunerasi Depkeu, http://remunerasipns.wordpress.com/2010/01/05/tabelremunerasi-depkeu-2/ July 18, 2010 [5] Yahoo Industry Browser, http://finance.yahoo.com/marketupdate/overview, July 18, 2010
From the data above can be seen that the master data size is much smaller than the transaction data. Overall size of the master data is 9.2 kilobytes. Overall size of the transaction data is 2,077 kilobytes or 2.077 megabytes. Transaction data is relative to 519 players. Thus, the ratio of master data on the amount of transaction data for as many as 519 players is 0.44%. The value of this ratio will further decrease when the players getting a lot. The size of the data which is required by one player is four kilobytes. This value is obtained by dividing the size of transaction data with the number of players. Thus, to facilitate the needed space for 1000 players is 4 MB of data. The system requires space for 4 GB of data to facilitate a million players.
7.
Conclusion Through this research, conclusions are as follows. • • •
the
following
Database design for the game Mafia Pajak is being made and match with the game scenario. The ratio of master data to the transaction data is very small for the number of players is more than 500. Size of data needed by one player is four kilobytes.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
231
CBT-NAULINUX: APLIKASI UJIAN BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI PAKET ELEARNING PADA DISTRO LINUX “NAULINUX” (CBT-NAULINUX: COMPUTER BASED TEST AS PART OF E-LEARNING PACKAGE IN DISTRO LINUX “NAULINUX”) Ramot Lubis Politeknik Informatika DelDesa Sitoluama, Kecamatan Laguboti [emailprotected]
Abstrak Computer-based testing (CBT) ataupun sering juga disebut Computer-based Assessment (CBA) memungkinkan pelaksanaan dan pengelolaan ujian dalam bentuk elektronis. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat, pemanfaatan CBT/CBA juga semakin pesat diberbagai institusi pendidikan. Tanpa memperdebatkan antara kekurangan dan kelebihan dari CBT/CBA dibandingkan dengan ujian tertulis kertas biasa (PPT: paper-and-pencil test), zaman perkembangan TIK yang pesat sekarang ini, pemanfaatan CBT/CBA seharusnya dapat dilakukan oleh siapapun dengan melihat kondisi pendidikan dalam lingkungan tertentu. Contohnya, dalam kajian yang kami lakukan, kami mencoba mengimplementasikan CBT/CBA dalam lingkungan pendidikan di dataran tinggi Toba dengan mengintegrasikan paket CBT/CBA dengan perangkat lunak dan konten pendidikan, dibungkus dalam sistem operasi Linux, yang kami sebut Naulinux. CBT-Naulinux dikembangkan berdasarkan pengalaman pemanfaatan CBT/CBA lain seperti Moodle dan TCExam. CBT-Naulinux menawarkan kesederhanaan penggunaan baik untuk guru maupun siswa. Fitur sederhana dan interaktif ada disisi guru dengan pendekatan model self-learning sehingga guru dapat menggunakan sistem tanpa perlu pelatihan yang khusus. Disisi siswa, CBT-Naulinux menggunakan aplikasi animatif menggunakan Flash. Model konektivitas CBT-Naulinux antara guru dan siswa dibuat sesederhana mungkin. Dalam ujicoba yang dilakukan dalam kajian ini terlihat bahwa model implementasi CBT-Naulinux cukup sederhana dan mudah diterapkan di kelas.
Kata Kunci: Computer Based Test / Assessment, Open Source Software, Naulinux. __________________________________________________________________________________________ 1.
Pendahuluan Computer-based testing (CBT) ataupun sering juga disebut Computer-based Assessment (CBA) adalah metoda pelaksanaan dan pengelolaan ujian dalam bentuk elektronis. Soal ujian, hasil, nilai disimpan secara elektronis dan demikian juga proses ujian dilaksanakan secara elektronis. Dengan demikian, CBT menggunakan komputer maupun 232
perangkat elektronik baik sebagai media standalone maupun sebagai media terkoneksi dalam jaringan. Pemanfaatan CBT/CBA yang sukses telah banyak dicatat dalam berbagai tulisan. Prometric sebagai salah satu institusi “test center” yang telah sukses menerapkan CBT/CBA di seluruh dunia. Di samping itu banyak catatan tentang keunggulan CBT/CBA dibandingkan dengan PPT dan “best
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
practices” proses peralihan menuju pemanfaatan CBT/CBA[1]. Tanpa memperbandingkan kelebihan maupun kekurangan CBT dibandingkan dengan ujiantradisional PPT, CBT tentunya merupakan suatu sistem yang patut digunakan dalam berbagai kesempatan dalam proses belajar mengajar di institusi pendidikan. Kelebihan CBT tentunya dapat dilihat dari semakin berkembangpesatnya aplikasi perangkat lunak CBT yang digunakan oleh berbagai institusi pendidikan [2]. Ada banyak aplikasi CBT free/open source yang umum digunakan seperti Moodle [r1] dan TCExam [r2] dan masing-masing perangkat ini memiliki kelebihan dan kekurangan [3]. Di Politeknik Informatika Del sendiri sudah sering menggunakan Moodle untuk melaksanakan ujian berbasis komputer kepada mahasiswa. Akan tetapi berdasarkan pengalaman dalam menggunakan, kedua produk CBT tersebut memerlukan pengetahuan teknologi informasi tingkat menengah atau mahir untuk dapat dengan baik memanfaatkan fasilitas Moodle atau TCExam yang dimaksud. Pada umumnya Moodle atau TCExam banyak digunakan di institusi pendidikan tinggi. Berdasarkan beberapa aspek yang kami pelajari dari CBT yang sudah ada, dalam kajian ini didefinisikan bawa karakteristik CBT yang perlu dikembangkan harus memiliki (i) kemudahan installasi (deployment) , (ii) kesederhanaan pemakaian, (iii) target pengguna pemula (novice user) seperti guru/siswa di sekolah dasar dan menengah di daerah rural. Untuk itu, bagian utama dari kajian ini adalah analisis requirement, perancangan, implementasi, dan ujicoba sebuah aplikasi CBT yang kemudian dalam penelitian ini disebut CBT-Naulinux. Selain itu, CBT-Naulinux dirancang terintegrasi dengan distro Linux Naulinux yang dikembangkan sebagai sistem operasi pendidikan berbasis lokal. Naulinux sendiri sudah memiliki fitur-fitur seperti berisi koleksi ratusan buku sekolah elektronik BSE [r3] dan berisi sekumpulan aplikasi dan simulator laboratorium virtual untuk pendidikan dasar dan menengah.
Penelitian ini dimulai dengan survei terhadap siswa/i di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di daerah sekitar dataran tinggi Tapanuli, Sumatera Utara. Dari survei awal ini, diidentifikasi bagaimana tingkat pengetahuan siswa/i terkait aplikasi CBT pada umumnya. Berangkat dari hasil survei tersebut, kemudian diperkenalkan aplikasi CBT-Naulinux dan siswa/i diberi kesempatan untuk melaksanakan ujian dalam sebuah lingkup ujicoba yang dijelaskan pada bagian Ujicoba pada makalah ini. Setelah ujicoba, masukan saran dan kesan dari siswa/i diidentifikasi untuk melihat respon siswa terhadap pemanfaatan CBT-Naulinux.
2.
Metode Penelitian
2.1. Sistematika Penelitian Pemanfaatan CBT/CBA dalam suatu proses akademik di institusi pendidikan menengah (SLTP dan SLTA) merupakan suatu peluang sekaligus tantangan di dalam era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) moderen sekarang ini. Di dataran tinggi Toba secara khusus perlu dikaji bagaimana tingkat pengetahuan dan ketertarikan siswa/i terhadap CBT/CBA. Hipotesa awal dalam penelitian ini terbangun dari fenomena bahwa pemanfaatan perangkat lunak TIK dalam sistem pendidikan akan memiliki nilai dan manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan hanya mempertahankan tata cara konvensional. Hipotesa awal ini diuji melalui survei jajak pendapat yang diberikan kepada siswa/i di empat sekolah di daerah dataran tinggi Toba. Dari survei awal, dilanjutkan dengan uji coba perangkat CBT/CBA yang dirancang sesederhana mungkin untuk digunakan oleh tipikal pengguna pemula di daerah rural yang masih relatif terbelakang dalam hal TIK. Dari hasil ujicoba kemudian dilakukan identifikasi respon dan tingkat penerimaan (acceptance respons) siswa/i terhadap aplikasi CBT/CBA.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
233
Aplikasi CBT/CBA yang dibangun tentunya perlu diperbandingkan dengan aplikasi CBT/CBA lain yang sudah umum digunakan di institusi pendidikan terutama perguruan tinggi. Beberapa fitur dan rancangan dari aplikasi CBT/CBA poluler diserap akan tetapi keserhanaan, kemudahan pemakaian dan kemudahan deployment menjadi fokus utama pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini. 2.2. Sampel, teknik pengumpulan dan analisis data Bagian awal dari kajian ini adalah dilakukan analisis kondisi terkini dan identifikasi pemanfaatanTIK oleh siswa/i sekolah di Dataran Tinggi Toba. Dataran Tinggi Toba dipilih sebagai sampel penelitian karena sesuai dengan tujuan penelitian untuk meningkatkan pemanfaatan TIK di sekolah-sekolah daerah rural. Survei ini terkait dengan pengetahuan terhadap perangkat TIK khususnya perangkat lunak Open Source dan perangkat lunak CBT/CBA. Dari hasil survei dilakukan formulasi terhadap hipotesa terkait keterkaitan pemanfaatan CBT/CBA dengan proses belajar mengajar di sekolah. Proses survei dilakukan pada awal bulan September 2010 dengan sampel terdiri atas 100 lebih siswa pada 4 sekolah SMP dan SLTA di wilayah Kabupaten Toba Samosir. Profil pendidikan Toba Samosir dapat dilihat pada data statistik resmi pemerintah daerah ”Toba Samosir dalam Angka 2009” [BPS Toba Samosir, 2010]. Teknik sampling yang digunakan adalah Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan hanya mengikutsertakan empat sekolah dan seratus siswa/i sekolah sebagai sampel pada penelitian ini adalah karena keterbatasan waktu untuk melakukan jajak pendapat dan biaya untuk melakukan survei, serta kesulitan menjangkau semua daerah yang ada di dataran tinggi Toba. 2.3. Kajian Awal Keberadaan Free/Open Source Software sangat mendukung pengembangan CBT/CBA sesuai dengan standard internasional yang ditetapkan oleh ISO 9126 [4]. Oleh karena itu, dalam kajian awal, penting untuk mengidentifikasi 234
tingkat pengetahuan siswa/i di sekolah-sekolah sekitar mengenai Open Source Software. Pertanyaan pertama dalam kuesioner bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan responden terhadap perangkat lunak Open Source Software dan Naulinux. Dari hasil pada tabel 1(a), 1(b), dan 1(c), dapat dilihat bahwa pada umumnya siswa belum terlalu memahami tentang perangkat TIK khususnya sistem operasi Linux dan Naulinux walaupun pada pertanyaan pertama terlihat bahwa siswa/i sudah banyak yang mengetahui Open Source Software walaupun dalam berbagai pertanyaan lisan pemahaman mereka tentang Open Source Software belum terlalu dalam . Tabel 1(a) Apakah Siswa tahu tentang Open Source Software
Jawaban Ya Tidak Kosong
Jumlah 44 50 6
% 44.00 50.00 6.00
Tabel 1(b) Apakah Siswa tahu tentang Sistem Operasi Linux Jawaban Ya Tidak Kosong
Jumlah 11 83 6
% 11.00 83.00 6.00
Tabel 1(c) Apakah Siswa tahu tentang Sistem Naulinux Jawaban Ya Tidak Kosong
Jumlah 0 93 7
% 0.00 93.00 7.00
Dalam kajian ini, dengan hasil yang ditunjuk oleh tabel 1(b) dan 1(c) diidentifikasi bahwa pengetahuan tentang sistem operasi sangat penting dalam rangka siswa lebih memahami bagaimana komputer beroperasi dan apa yang bisa dijalankan dan dipaketkan dalam sistem operasi. Kajian ini salah satunya bertujuan bahwa nantinya wawasan siswa/i tentang sistem operasi akan semakin berkembang. Porsi yang diberikan adalah sebatas alternatif dan pengembangan wawasan siswa/i tentang sistem operasi itu sendiri sebagai tambahan pengetahuan yang mungkin sudah ada dalam
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
pelajaran TIK formal siswa di sekolah masingmasing. Dari hasil yang ditunjukkan tabel 1(c) disimpulkan sementara bahwa Distro Naulinux perlu diperkenalkan kepada siswa/i sekolah. Demonstrasi sistem operasi Naulinux juga dilakukan untuk memberi gambaran fitur-fitur aplikasi dan konten pendidikan didalamnya. Selanjutnya, Pertanyaan kedua dalam kuesioner mencoba mengidentifikasi pengetahuan responden terhadap aplikasi CBT/CBA. Dari hasil pada tabel 2(a), dapat dilihat bahwa pada umumnya siswa belum tahu dan belum pernah menggunakan aplikasi CBT/CBA. Tabel 2(a) Apakah Siswa pernah melakukan ujian berbasis computer
Tabel 2(b) Apakah Siswa berpendapat penting menggunakan ujian berbasis computer Jawaban Ya Tidak Kosong
Jumlah 82 10 8
% 82.00 10.00 8.00
Selanjutnya kami mengidentifikasi respon siswa/i terhadap perbandingan efektivitas antara metoda ujuan CBT/CBA dengan ujian tertulis (PPT). Tabel 2(c) menunjukkan bahwa hampir semua siswa/i berpendapat bahwa CBT/CBA lebih efektif dibandingkan ujian tertulis. Walaupun dalam kajian ini kami bertujuan bukan untuk membuktikan bahwa ujian tertulis (PPT) kurang efektif dilakukan pada zaman modern sekarang ini. Tabel 2(c) Jawaban siswa terhadap metode ujian manakah yang lebih efektif
Jawaban Ya Tidak Kosong
Jumlah 2 92 6
% 2.00 92.00 6.00
Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel 2(a) dapat ditarik hipotesa bahwa perlu diperkenalkan aplikasi CBT/CBA untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa/i dalam proses pembelajaran formal di sekolah mereka. 2.4. Testimoni Siswa/i Terhadap CBT/CBA Melanjutkan pembuktian hipotesa bahwa siswa/i di tingkat SLTP dan SLTA sudah sebaiknya mempergunakan CBT/CBA, kami melakukan demonstari perangkat CBT-Naulinux dan memberikan kesempatan bagi guru dan Siswa mempergunakan aplikasi tersebut. Dari demonstrasi dan ujicoba yang dilakukan guru dan siswa, kami mengidentifikasi bahwa respon mereka sangat positif. Tabel 2(b) menunjukkan bahwa hampir semua siswa/i berpendapat bahwa aplikasi CBT/CBA penting untuk dimanfaatkan di sekolah. Sebagian dari siswa merasa tidak penting, berdasarkan alasan yang diberikan, dengan alasan indikasi biaya implementasi yang mahal. Tentunya indikasi tersebut pada dasarnya kurang tepat.
Jawaban Ujian Online Ujian Tertulis (Kertas) Tidak Menjawab
Jumlah 85 7 8
% 85.00 7.00 8.00
Tentunya pendapat siswa/i pada tabel 2(c) ini masih perlu dipertajam konteks situasi pelaksanaan kedua metode ujian. Walaupun jawaban pertanyaan ini masih bisa diperdebatkan, bagaimanapun juga, respon siswa/i memberikan dampak positif terhadap usaha pendayagunaan CBT/CBA di sekolah seperti yang dilakukan dalam penelitian ini. 3.
Perancangan CBT-Naulinux CBT-Naulinux dirancang untuk menjadi aplikasi CBT/CBA yang sederhana baik dari sisi fungsional aplikasi, fitur, cara penggunaan, penguasaan pemakai, dan kemudahan deployment karena dipaketkan dengan Naulinux dengan rancangan konektivitas jaringan yang mudah. CBT-Naulinux dirancang sebagai aplikasi open source berbasis web dengan model two-tier. Tier client sebagai presentation, tier server sebagai data dan application tier. Aplikasi berbasis Open source dan web dipilih karena karakteristiknya mendukung standar rekayasa perangkat lunak ISO 9126 yang sering disebut software engineering “ilities” [4]. Akan tetapi penelitian ini tidak secara mendalam
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
235
membahaas properti “ilities” “ dari CBT-Naulinuux, akan tetaapi di masa depan d dapat menjadi m bahassan baru sam mbil meningkaatkan kapasittas dan kualitas CBT-Nauulinux untuk mencapai staandar ISO 91126 yang diinnginkan. Di sisi peranccangan dataa, Gambar 1 menunjukkkan rancangan database yang sederhaana dan mudaah dipelajari oleh pengembbang lain unttuk selanjutnyya dikembaangkan. Daari rancanggan database tersebut dappat dilihat enntity-relationshhip d antara guuru, siswa, sekolah, mataa pelajaran, dan ujian. Seorang guru dapat teerdaftar di beeberapa sekolaah, seorang guru dapat mengampu beberapa maata pelajaran dalam satu sekolah, setiapp mata pelajarran dapat diiikuti oleh seekumpulan siswa dan setiiap mata pelaajaran dapat memiliki m bebeerapa ujian yaang dikelola oleh gurru. Siswa/i hanya bisa melaksannakan ujian yang diitentukan attau didaftarkaan baginya oleeh seorang guuru. CBT T-Naulinux di sisi server dibbangun berbaasis web dan diintegrasikann di dalam XA AMPP [r4] yaang w server Apache, A MyS Sql, merupakaan integrasi web PHP, daan Perl. Apliikasi di sisi server senddiri dikembanngkan berbasiis open sourcce menggunakkan PHP denggan database MySql. M
G dapat mengelola ujian u dan daan siswa. Guru mengelola m dataa siswa peseerta ujian. Guru dapat mendaftar m mataa pelajaran, m mengelola ujian n per mata peelajaran, mengelola data ssiswa per ujiaan. Dalam mengelola m ujiann, seorang guuru harus mem mbuat soal un ntuk suatu ujiian yang dim maksud. Pembu uatan soal diilakukan denggan cara menuulis master soaal. Model pembuatan p master soaal dapat diitunjukkan pada Gambarr 2 di man na proses peembuatan soaal sangat sedderhana sehin ngga guru ak kan mudah membuat m soal bahkan dalaam jumlah so oal yang banyyak sekalipunn. Di dalam dokumen master m soal, setiap butir soal dibatasi oleh kata ku unci “(soal)”, soal MCQ di bagian baawah butir so oal akan diteentukan kunci jawaban. Pembuatan P so oal ini hanya bisa dilakukkan oleh seorrang guru. Master M soal kem mudian dapat diunggah (upload) oleh seeorang guru untuk u selanjutnnya disimpan n ke dalam da atabase.
(soaal) Tinaa rarely tidies up her bedrooom, She just doesn't see ... im mportant. as it ass it it iss B (soaal) Eveeryone was at the meeting, and a by the time I go to the hall h ... to sit. therre were nowhere it was w nowhere therre was nowhere therre was nowhere C
Gamb bar 2. Model Struktur Soa al
Gamb bar 1. Design database CB BT-Naulinux
Dari sisi penguasaann penggunaaan, CBTNaulinux diraancang untuuk mudah digunakan d deengan menekkankan model self-learning user. Artinya, aplikkasi dirancaang sedemik kian rupa seehingga pemaakai dapat m menggunakan n aplikasi seemudah munngkin tanpa bantuan ataau latihan kh husus. Untuk tujuan kemuddahan tersebu ut, disetiap haalaman, diseertakan pandduan sederhana bagi peengguna agaar interaksi antar aplik kasi dan peengguna sesuaai dengan yangg diharapkan.
Di sisi pemakaai, aplikasi CBT-Naulinnux k pem makai yaitu guuru ditujukann untuk dua kategoti 236
Seminar dan Call For Pape er Munas Ap ptikom P Politeknik Tellkom B Bandung, 9 Oktober O 2010 0
Gambar G 4. Taampilan awal CBT-Naulin nux untuk Guru u
Gamb bar 3. Tampiilan awal CBT-Naulinux Selaiin itu, sifat aplikasi yangg berbasis web w diharapkaan akan meempermudah cara interakksi aplikasi dengan pemakai karenna kemudahhan pemakaiaan browser dari d sisi user interface yaang sudah friendly. f Gam mbar 3 daan Gambar 4 menunjukkkan tampilaan aplikasi CBT-Naulinnux secara sekkilas. Padaa Gambar 3 terlihat bahw wa ada pilihhan peran sebbagai guru attau siswa. Inni terjadi kareena CBT-Nauulinux yang diipaketkan pree-installed dalaam sistem operasi o Nauulinux mengaakibatkan pakket aplikasi tidak t dibedakaan, hanya perranan (role) saja yang dibedakan yang merupakan pilihan p pemakkai wal aplikasi dijalankan. disaat aw
Di sisi siswa, s aplikaasi dirancang g dengan menggunakan m animasi denngan teknolo ogi Flash seehingga siswaa akan melakksanakan ujiaan dengan su uasana multim media interakktif. Model soal s yang diidukung masihh menggunakkan pertanyan nan pilihan beerganda (MCQ Q). Gambar 5 dann Gambar 6 menunjukkan n tampilan ap plikasi untuk sisi s siswa.
Sesuai deengan Gambaar 4, aplikasii CBT-Naulinnux pada dasaarnya lebih baanyak fitur daan fungsionalnnya pada role guru karenna pengelolaaan aplikasi ada a pada rolle guru sepeerti yang suddah dipaparkkan sebelumnnya.
Gambar G 5. Taampilan awal CBT-Naulin nux untuk Siswaa
Semin nar dan Call For Paper Munas M Aptikom Politteknik Telkom Bandung, 9 Oktober 201 10
237
Fitur shuffle questiion dibuat aggar setiap sisw wa m uruttan yang mengikuti satu ujian akan memiliki soal yangg berbeda dann fitur shuffle within questiion memungkkinkan setiap siswa untuk soal yang sam ma akan meemiliki urutan pilihan jawaban yaang berbeda. s hanya bisa b mengerjaakan ujian sesuuai Seorang siswa dengan waktu w dan duraasi yang ditenttukan oleh guuru. Nilai ujiaan dapat dikonnfigurasi apakkah ditunjukkkan kepada siiswa atau tidaak ditunjukkaan sesaat setellah ujian seleesai dilakukann. Pemilihan modell interaktif flash kareena deploymeent aplikasi diirekomendasikkan hanya paada lingkungaan jaringan LAN ad-hocc baik jaringgan kabel atauu nirkabel sehhingga kecepaatan transfer data masih memadai m untuuk komunikasi multimeddia sampai dengan sekkitar 100 Naulinux N sisw wa terkonekssi ke satu Naulinux guru. Moddel lingkungaan jaringan selanjutnya dibahas paada bagian baagian “ujicobaa” pada tulisann ini. Ke depaan, pemanfaaatan flash akkan mendukuung penggunaaan rich-conttent dan multiimedia sesuaii dengan usullan pengembangan di masaa yang akan datang. d
ource Softwarre Politeknik IInformatika Del D (POSS So PII-Del). Naulinnux sendiri diturunkan dari d Linux Ubuntu 10.04 [r5]. Naulinux ditujukan uuntuk menjaadi distro peendidikan yanng visinya meenjadi Virtuall Learning En nvironment (VLE) ( dengaan nuansa lo okal atau In ndonesia yang kentall. Naulinux x telah diikembangkan semenjak tahuun 2009 deng gan produk Naulinux versi 1.0 [5]. Naulinux versi 2.0 yaang dikeluarrkan pada Agustus 2010 telah dilenggkapi dengan n fitur (i) Koleksi K Buku Sekolah Eleektronik sebaanyak 234 bu uku dari mulaai jenjang SD D sampai deng gan SLTA [6 6], (ii) Pendidikan Budaya lokal (suku batak), (iii) Virtual Lab Bioologi, Fisika, Astronomi, Kimia K (iv) daan CBT-Nauliinux. Untuk meembuktikan bahwa CBT T-Naulinux memiliki m deployyment yang m mudah, dalam penelitian in ni dilakukan ujicoba u di ruaangan-ruangan n kelas di beeberapa sekoolah. Uji ddeployment mencakup in nstallasi Naulinnux, setup koonektivitas jariingan, dan uji pengelolaann ujian, serta pelaksanaan ujian oleh tester dari siswaa/i sekolah. Ujicoba Untuk ujiccoba, lingkunggan implemen ntasi yang diisarankan adaalah Naulinuux yang dijalankan di ko omputer jinjinng (laptop) denngan model ko omunikasi Wireless W Ad-Hooc. Dengan kkonfigurasi wiireless adho oc, konfigurassi IP baik padda Naulinux disisi d guru maupun m sisw wa akan ootomatis daan tidak membutuhkan m u usaha dari gurru atau siswa. 4.
Gamb bar 6. Tampillan Ujian CB BT-Naulinux unttuk Siswa
Di siisi deploymennt, CBT-Nauliinux dipaketkkan dengan Naulinux. N Naaulinux adalahh sebuah distro Linux yaang dengan assal kata “Nauuli” dan “Linuux” dikembanngkan oleh tiim di Pendayyagunaan Oppen 238
Konfigurassi default aalamat jaring gan pada Naulinux adallah 10.42.433.0/24. Nauliinux-Guru deengan IP 10.42.43.1 dan Naulinux-Sisswa mulai daari IP 10.42.443.10 sampaii dengan 10.4 42.43.254. Paada Gambar 7 diilustrasikkan model operasional CB BT-Naulinux dengan mennggunakan laaptop dan Jaaringan Wireleess Ad-hoc. D Dalam ujicobaa, wireless ad d-hoc dapat mendukung m kkomunikasi data antara Naulinux-Guruu dengan N Naulinux-Siswaa sampai deengan jarak 500 meter tanpaa penghalang (LoS ( - line off sight).
Seminar dan Call For Pape er Munas Ap ptikom P Politeknik Tellkom B Bandung, 9 Oktober O 2010 0
tersimpan sebagai arsip yang akan menjadi rujukan di masa yang akan datang. Tabel 4(c) Respon siswa terhadap CBTNaulinux perlu dikembangkan lebih lanjut Jawaban Perlu dikembangkan Tidak perlu dikembangkan Tidak Menjawab
Jumlah 84 4 12
% 84.00 4.00 12.00
5.
Gambar 7. Ujicoba Aplikasi CBT-Naulinux
Dari hasil ujicoba, diidentifikasi respon dari siswa/i terhadap aplikasi CBT-Naulinux. Tabel 4(a) menunjukkan bahwa respon siswa/i menyatakan bahwa aplikasi CBT-Naulinux sudah memenuhi kriteria yang diharapkan. Tabel 4(b) menunjukkan tingkat penguasaan siswa/i yang relatif cukup memuaskan walaupun baru pertama sekali menggunakan CBT-Naulinux tanpa dilatih secara khusus. Tabel 4(a) Respon siswa terhadap Keuntungan menggunakan Aplikasi CBT-Naulinux Jawaban Praktis, Mudah, Simpel Banyak Manfaat Tidak Menjawab
Jumlah 56 33 11
% 56.00 33.00 11.00
Tabel 4(b) Respon siswa terhadap tingkat kesulitan menggunakan Aplikasi Ujian Online CBT-Naulinux Jawaban Mudah Digunakan Sulit Digunakan Tidak Menjawab
Jumlah 48 39 13
% 48.00 39.00 13.00
Ujicoba yang dilakukan dikategorikan sebaga beta-test sehingga masukan-masukan dari tester dikumpulkan untuk menjadi bahan pertimbangan pengembangan di masa depan. Pada tabel 4(c) menunjukkan bahwa pada umumnya tester mengharapkan perbaikan dan pengembangan. Butir-butir perbaikan dan pengembangan dari tester sendiri tidak dibahas dalam tulisan ini dan
Kesimpulan dan Saran Sesuai dengan respon siswa/i yang diidentifikasi saat ujicoba, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis TIK dan secara khusus bahwa pemanfaatan CBT/CBA dalam pembelajaran sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik lagi. Selain itu, tingkat kepuasan siswa/i memberikan motivasi positif agar pendayagunaan Naulinux sebagai distro berbasis pendidikan dapat terus dilaksanakan. Untuk fungsional aplikasi, pilihan pengembangan lanjutan lebih cenderung mengadopsi TCExam meliputi tipe pertanyaan seperti (a) MCSA – Multiple Choice Single Answer, (b) MCMA – Multiple Choice Multiple Answer, (c) ORDER – jawaban dalam bentuk urutan, (d) SUBSET – jawaban dalam bentuk pilihan subset dari sekumpulan pilihan, dan (e) TEXT – jawaban tertulis (essay). Properti soalpun penting untuk diperkaya seperti contoh rich content (multimedia: gambar, suara, video) dan formula matematika, tingkat kesulitan, bobot, dan batas waktu per soal. Di sisi reporting, perlu ada statistik hasil per ujian, per soal, dan per peserta, konversi dokumen soal dan laporan ke dalam bentuk dokumen PDF. Pada saat ini, CBT-Naulinux masih memiliki dua operational role, yaitu role Guru dan Siswa. Untuk lebih memperluas cakupan fungsionalnya, CBT-Naulinux dirancang untuk memiliki role sebagai Sekolah. Role sekolah akan berperan sebagai database central dan mengelola satu atau lebih Guru dan menyimpan semua reporting dari Guru. Role sekolah ini mengadopsi fitur LMS (learning management system) seperti Moodle dimana dalam satu Moodle sekolah dapat terdiri atas banyak guru dan banyak mata ajar dan banyak tahun ajaran.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
239
Tentang Penulis dan Acknowledgement Ramot Lubis adalah dosen di Politeknik Informatika Del di desa Sitoluama Laguboti Sumatera Utara. Menyelesaikan studi S1 pada Jurusan Teknik Informatika ITB Bandung tahun 2002. Menyelesaikan S2 program studi Network System di Swinburne University of Technology, Melbourne Australia pada tahun 2006. Penulis adalah Koordinator Pendayagunaan Open Source Software (POSS) Politeknik Informatika Del merupakan salah satu perguruan tinggi dalam Jaringan POSS yang terdiri atas 18 perguruan tinggi se Indonesia.
Department of Industrial and Organizational Psychology. European Commission - Joint Research Centre (IPSC).
6.
Penelitian ini terlaksana berkat kerja keras tim POSS Politeknik Informatika Del atas dukungan dan petunjuk dari Dr Inggriani Direktur Politeknik Informatika Del untuk melaksanakan penelitian selama bulan Juli – September 2010. Ucapan terima kasih untuk adik-adik mahasiswa OSS-club, Pangidoan, Dewi Sartika, Julia, Gunawan, dan Roy Inganta yang telah terlibat dalam pengembangan perangkat lunak CBT-Naulinux.
7.
Daftar Pustaka
[2] Drasgow, F., & Olson-Buchanan, J. B. (Eds.)., 1999, Innovations in computerized assessment. Hillsdale, NJ: Erlbaum. (dibaca melalui Google Book)
[6] Lubis, Ramot., 2010., “Strategi Pemaketan ebook pada Distro “Naulinux” Sebagai Media Pendidikan berbasis TIK di Dataran Tinggi Toba”., Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Utara. 8.
Daftar Website Referensi
[r1] Website Resmi LMS Moodle. http://www.moodle.org . Diakses September 2010.
Scheuermann, F., & Pereira, A., 2008, What software do we need? Identifying quality criteria for assessing language skills at a comparative level., TOWARDS A RESEARCH AGENDA ON COMPUTERBASED ASSESSMENT. European Commission - Joint Research Centre (IPSC).
[r3] Website resmi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Departemen Pendidikan Nasional. http://bse.depdiknas.go.id. Diakses September 2010. [r4] Website resmi XAMPP. http://www.apachefriends.org/en/xampp.html. Diakses September 2010. [r5] Website resmi Linux Ubuntu. http://www.ubuntu.com. Diakses September 2010.
[4] Annika Milbradt., 2008, Quality criteria in Open Source software for computer-based assessment,. RWTH Aachen University, 240
Sinambela, Eka., 2010., Distro Linux “Naulinux” Pemberdayaan TIK berbasis Budaya di Dataran Tinggi Nasional Politeknik Batam.
[r2] Website Resmi CBT/CBA TCExam. (http://www.tcexam.com). Diakses September 2010.
[1] Prometric., 2007, A SUCCESSFUL CONVERSION: THE BENEFITS AND BEST PRACTICES OF COMPUTERBASED TESTING., Baltimore, Md.
[3]
[5] Lubis, Ramot., “Pengembangan Sebagai Strategi Pendidikan dan Toba”., Seminar Batam.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Introduksi Laboratorium Virtual menggunakan Open Source untuk Pengajaran Jurnalistik (Studi Kasus Pendirian Laboratorium Virtual Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS) Mahfud Anshori Abstract: The development of a virtual laboratory for journalism education is important to the department of communication sciences besides a conventional laboratory. It is not only to meets the needs online journalism classes, but it can also be used to support the lectures in other relevant courses such as public relations and advertising. Using AIDEE analysis and Backward Design, researchers intend to introduce a model of designing and developing a virtual laboratory using the Drupal open source called the Open Publish™. As researcher’s conclusion that there are special needs in the development and improvement in higher education---especially related to the use of ICT as a learning tool--- which leads to wide opportunities for the development of various computer-based technology devices in Indonesia. Keyword: Journalism Education, Open Source, CMS, Risearch and Development _________________________________________________________________________________ 1. Pendahuluan Pendidikan jurnalistik baik cetak, siar maupun online di Indonesia sedang menghadapi ancaman yang sangat serius. Menurut Eric Sasono (Boy, 2007) pendidikan jurnalistik di Indonesia tidak hanya lemah di praktek tetapiJugaetika. Perguruan tinggi jurnalisme cenderung mengajarkan teori, sedikit sekali muatan praktis dan etis.Hal ini ditengarai sebagai akibat dari muatan kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, minimnya sumber daya praktisi yang mengajar di berbagai jurusan Ilmu Komunikasi di Indonesia serta terbatasnya—dan dibeberapa kasus hampir tidak ada—sebuah laboratorium yang memadai untuk mahasiswa melakukan praktek. Selain itu terbatasnya referensi buku-buku jurnalistik juga menjadi hambatan bagi perkembangan kajian jurnalistik di perguruan tinggi itu sendiri. Sebagai akibatnya, para alumnus jurusan Ilmu Komunikasi yang terjun di dunia kewartawanan seringkali gagap untuk membuat sebuah tulisan berita yang komprehensif dan mendalam, tidak mengalami pengayaan diri dan semangat untuk menekuni bidang pekerjaan sebagai wartawan profesional terbilang sangat rendah. Terdapat kecenderungan bahwa bekerja di media massa merupakan suatu pekerjaan yang “hanya” memiliki konsepsi rutinitas, asal setor berita dan memenuhi target dan selera pemilik modal dan pengiklan. Wartawan tidak dianggap sebagai suatu pekerjaan intelektual, dimana pekerjaan tersebut memiliki pertanggungjawaban publik yang sangat besar dan sangat mulia.
Temuan yang paling komprehensif tentang pendidikan jurnalisme di Indonesia di paparkan oleh Thomas Hanitzsch dalam artikelnya yang berjudul Rethinking Journalism Education in Indonesia: Nine Theses (Thomas, 2001) menyatakan bahwa dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi di Indonesia yang mengajarkan tentang jurnalistik terdapat berbagi fakta sebagai berikut : Pertama, pendidikan jurnalisme di Indonesia masih dihambat dengan sesuatu yang disebut sebagai “kurikulum nasional.” Kedua, tidak ada hubungan yang kuat antara lembaga media massa dengan sekolah/lembaga pendidikan jurnalistik. Ketiga, semua sekolah ini tidak dilengkapi dengan teknologi yang memadai. Banyak yang tak punya fasilitas internet maupun disain grafis. Keempat, di Indonesia, ada 69 sekolah jurnalisme (dari D-1 hingga S-3) tapi 80 persen ada di Pulau Jawa dan Medan. Daerah timur, dari Makassar hingga Jayapura, dari Maluku hingga Kupang, adalah daerah-daerah yang tak punya sekolah jurnalisme. Terdapat ketimpangan besar antara jurnalisme di Jawa dan Medan serta di kotakota timur. Tentu tidak semua temuan dari Thomas Hanitzsch tersebut masih relevan sampai sekarang. Seperti misalnya masalah kurikulum. Sampai saat ini kajian-kajian terkait dengan kurikulum dan segala perihal yang terkait dengan kajian jurnalistik sudah sangat intens dilakukan oleh Aspikom (Asosiasi Penyelengga Pendidikan Ilmu Komunikasi). Asosiasi ini merupakan panel dari
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
241
berbagai perwakilan jurusan Ilmu Komunikasi diseluruh Indonesia. Selain mempunyai agenda pertemuan rutin, Aspikom juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk Dikti untuk mencari formulasi yang tepat dalam kurikulum penyelenggaraan pendidikan jurnalistik di perguruan tinggi. Salah satu yang merupakan hasil dari Aspikom adalah penyamaan gelar bagi lulusan jurusan ilmu komunikasi dari Sarjana Sosial/S.Sos atau S.kom (Sarjana Komunikasi ) menjadi S.Ikom (Sarjana Ilmu Komunikasi). Selain menunjukan spesifikasi, perubahan ini juga menyangkut berbagai elemen penting dalam pengajaran ilmu jurnalistik, termasuk didalamnya kurikulum. Salah satu tantangan yang belum diselesaikan barangkali pada sisi kualitas pengajaran dan sarana dan prasarana. Membuat laboratorium untuk praktek jurnalistik bukanlah suatu perkara yang mudah apalagi murah. Sebagai suatu gambaran, hampir seluruh program studi jurusan Ilmu Komunikasi, apalagi dari universitas negeri kesulitan untuk meningkatkan/upgrade suatu laboratorium dengan berbagai perangkat teknologi yang menyamai dengan industri media massa. Selain karena berbiaya mahal, banyak dari kalangan pengajar di perguruan tinggi merasa nyaman dengan berbagai perangkat yang sudah ada, sehingga perkembangan laboratorium jurnalistik di perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Selama ini, laboratorium praktek jurnalistik banyak yang berdiri sendiri, tidak terintegrasi satu dengan yang lain sehingga beban operasional laboratorium dari listrik sampai pengelola menjadi sangat tinggi. Bagi perguruan tinggi swasta permasalahan laboratorium ini semakin krusial. Jika perguruan tinggi tersebut mempunyai dana yang memadai, maka persoalannya akan terkait dengan pengembangan laboratorium tersebut, namun bagi perguruan tinggi atau lembaga yang tidak cukup dana, persoalan laboratorium ini akan menjadi persoalan yang pelik atau bahkan bisa jadi diabaikan dengan alasan pendanaan dan biaya operasional. Ditengah berbagai hambatan tersebut, sebenarnya terdapat satu peluang yang sangat menjanjikan untuk mengatasi berbagai kendala teknis terkait dengan praktek mahasiswa dalam mata kuliah jurnalistik baik cetak, radio maupun televisi. Bahkan peluang tersebut juga dapat membawa kepada suatu bentuk kajian jurnalistik yang masih belum banyak disentuh oleh jurusan ilmu komunikasi yakni pada jurnalistik online. 242
Peluang yang dimaksud adalah dengan penggunaan Open Source untuk virtual laboratorium. Pembangunan Laboratorium Virtualuntuk praktek jurnalistik ini dapat dianggap sebagai suatu solusi awal bagi penyelengga pendidikan jurnalistik yang belum mempunyai suatu laboratorium konvensional yang lengkap, atau juga bagi jurusan ilmu komunikasi yang menghendaki adanya laboratorium khusus untuk praktek jurnalistik online. Khusus untuk jurusan ilmu komunikasi FISIP UNS, Pengajaran jurnalistik tercermin dari tiga mata kuliah yakni radio, televisi dan jurnalistik cetak. Masing-masing berdiri sendiri, dengan model pendidikan dan hasil akhir yang berbeda-beda. Untuk jurnalistik cetak, meskipun pengiriman berita menggunakan metode online namun hal itu tidak menyiratkan suatu kondisi praktek jurnalistik online sendiri. Penggunaan Open Source untuk Pengajaran Jurnalistik di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS ini dimaksudkan untuk mengitegrasikan tiga produk jurnalistik yang dihasilkan oleh tiga mata kuliah yang berbeda, diedit dan disajikan secara profesional. Menggunakan Drupal, salah satu CMS (Content Managements System) yang Open Source diharapkan hal ini memberikan efek yang positif bagi jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS, terutama para pengajar jurnalistik radio, video ataupun cetak, yakni memberikan proyeksi atas bentuk konvergensi media dalam konteks jurnalistik online yang dipraktekan bersama dengan para mahasiswa. Sementara dalam konteks yang lebih luas, penggunaan open source ini diharapkan mendukung program IGOS (Indonesia Go Open Source). 1.1 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ; Bagaimanaperancangan labolatorium virtual untuk praktek jurnalistik di jurusan ilmu komunikasi FISIP UNS? 1.2 Rasionalisasi Program Open Source yang digunakan untuk pendidikan jurnalistik belum banyak digunakan di berbagai pendidikan jurnalistik di Indonesia. Diharapkan dengan pembuatan model ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan model pendidikan jurnalistik yang terintergrasi termasuk pula untuk jurnalistik online di Indoneisa. Bagi internal jurusan, model ini dapat menginisisasi untuk membentuk satu mata kuliah spesialisasi sendiri yakni mata kuliah jurnalistik online.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
1.3 Batasan Masalah Peneliti membatasi masalah penelitian ini pada pembuatan model laboratorium virtual untuk pengajaran jurnalistik. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk memberikan panduan lengkap tentang materi jurnalistik, sehingga masing-masing lembaga yang menggunakan Laboratorium Virtual ini dapat mengembangkan isi materi pengajaran sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. 1.4 Tujuan Penelitian Pembuatan model laboratorium virtual untuk praktek jurnalistik radio, video dan cetak yang terintegrasi Pemodelan bentuk jurnalistik online yang dapat dijadikan rujukan perkuliahan untuk masing-masing spesialisasi atau untuk kepentingan rintisan mata kuliah jurnalistik online 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk langkah pemodelan ulang (remodelling) pengajaran jurnalistik bagi perguruan tinggi yang terintegrasi. b. Memberikan peluang untuk mengkaji isu konvergensi media dan jurnalistik online di Indonesia c. Diharapkan dengan pembuatan model laboratorium virtual ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh pihak yang berkepentingan dengan pendidikan jurnalistik di Indonesia dan meningkatkan penggunaan open source untuk pengajaran jurnalistik di Indonesia d. Bagi jurusan ilmu komunikasi dapat memiliki laboratorium virtual yang terintegrasi yang mudah, murah dan sederhana. e. Bagi mahasiswa jurusan ilmu Komunikasi atau Jurnalistik/Publisistik, dapat melakukan praktek jurnalistik baik cetak, tv, radio maupun online secara langsung, dengan perangkat yang mudah dan sederhana. 2.
Tinjauan Pustaka
Teori Media Baru dan Jurnalistik Konteksual Media baru (new media) merupakan simplifikasi terhadap bentuk media diluar lima media massa besar konvensional, televisi, radio, majalah, koran dan film. Diperkenalkan mulai tahun 1990-an, istilah media baru (new media) pada awalnya mengandung arti negletik (penolakan); media baru (new media) bukan media massa, terutama televisi. Sifat media baru (new media)
adalah cair (fluids), konektivitas individual dan menjadi sarana untuk membagi peran kontrol dan kebebasan. (Chun, 2006, hal. 1). Sebagai antitesa, konsepsi new media tersebut vis a vis dengan konsepsi media massa seperti; pesan bersifat massif, dibuat oleh komunikator profesional, konektivitas bersifat massal pada audiens/khalayak yang anynomous. Media baru (new media) merujuk pada perkembangan teknologi digital namun media baru (new media) sendiri tidak serta merta berarti media digital. Video, teks, gambar, grafik yang diubah menjadi data-data digital berbentuk byte, hanya merujuk pada sisi teknologi mutlimedia, salah satu dari tiga unsur dalam media baru (new media), selain ciri interaktif dan intertekstual. Terkait dengan media baru (new media) dan konvergensi, Jenkins ( (Convergence? I Diverge, 2001, hal. 2), membagi konvergensi dalam empat jenis yakni: konvergensi teknologi, konvergensi ekonomi, konvergensi sosial (organik) serta konvergensi budaya dan global. a. Konvergensi teknologi ; merupakan proses pengabungan secara digital berbagai bentuk isi media. Jika teks, image (citra) dan suara telah diubah menjadi bentuk bit, maka kita dapat mengkompilasi menjadi satu dan mengirimkannya dengan berbagai platform. b. Konvergensi ekonomi berhubungan dengan intergrasi industri hiburan. Konvergensi ekonomi merupakan bentuk baru konglomerasi media, dimana satu perusahaan dapat bergerak dibidang film, televisi, news online provider, buku dan lain sebagainya. c. Konvergensi sosial adalah perilaku dan strategi dari konsumen/khalayak yang dapat menjalankan aktivitas/menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus. Bekerja pararel, dimana pada saat bersamaan seseorang dapat menulis essay ilmiah, browsing internet seraya mendengarkan musik dan menerima panggilan telepon. d. Konvergensi budaya merupakan persilangan dari berbagai teknologi media, industri dan konsumen. Konvergensi media telah mendorong partisipasi dan perkembangan budaya populer, menghubungkan antara konsumen dengan industri media serta memunculkan berbagai bentuk informasi berbiaya rendah. Konvergensi budaya juga mendorong terjadinya penggunaan multimedia dalam produksi kreatif dan jurnalistik. John Vernon Pavlik, salah satu avantar “jurnalistik masa depan” menulis dalam buku Journalism and New Media (2001, hal. xiii) bahwa
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
243
media baru (new media) membawa perubahan di dunia jurnalistik dalam empat sisi. Pertama adalah perubahan isi berita sebagai hasil dari konvergensi teknologi. Berkat teknologi informasi, cara wartawan menyajian berita bertansformasi, dari teks statis menjadi teks dinamis, dari video/film/grafis menjadi omnidirectional images. Kedua adalah bagaimana cara jurnalis bekerja dan perubahan perangkat kerja di dunia digital. Berbagai perangkat aplikasi teknologi dikembangkan untuk membantu wartawan, mulai dari pengolah kata sampai dengan workstations, yang dapat diintegrasikan ke berbagai platform perangkat keras teknologi yang portabel, sehingga ketika melalukan liputan, wartawan cukup berbekal sebuah pesawat telepon gengam yang sudah ditanami berbagai perangkat tersebut. Perubahan ketiga adalah pada struktur dari ruang redaksi yang secara virtual mengalami transformasi fundamental, tidak lagi mengandalkan pola dan jaringan konvensional. Otomatisasi dan sikronisasi memberi dampak pada proses kerja di ruang redaksi. Keempat, media baru merubah tatanan antara organisasi media, jurnalis dengan publik, termasuk audiens, sumber, kompetitor, pengiklan dan pemerintah. Kehadiran media baru dan konvergensi adalah secercah harapan ditengah krisis dunia jurnalisme. Perubahan-perubahan yang disarankan oleh John Vernon Pavlik terdengar sangat nalar dan dapat segera diadaptasi oleh kalangan jurnalis profesional, terutama bagi mereka yang berada di lembaga-lembaga media massa sarat modal dan sumber daya. Namun perubahan tersebut ternyata tidak semudah orang membalikan tangan, salah satunya adalah budaya profesional dari masingmasing media yang berbeda-beda (Singer, 2004, hal. 3). Para penggagas jurnalistik di media baru (new media) membuat konsensus tiga persamaan bahasa jurnalistik di media online yakni: hipertekstualitas, interaktivitas dan multimedialitas. Mengutip kalimat Deuze : “Online journalist have to make decisions on what is the best format to explain a stroy (multimediality), has to allow the public to answer, interact and moreover, adapt the news to their need (interactivity) and have to consider ways to connect the news piece to other news, archive, online sources and other elements trough links” (Deuze, 2001, hal. 5) 244
Jurnalistik online mencirikan diri sebagai praktek jurnalistik yang mempertimbangkan beragam format media untuk menyusun isi liputan, menungkinkan terjadinya interaksi antara jurnalist dengan audiens dan menghubungkan berbagai elemen berita dengan sumber-sumber online yang lain. Berita adalah bentuk hiperteks. Model piramida terbalik (inverted pyramid) yang dikenal secara umum pada media berita konvensional tidak lagi cocok dengan model jurnalistik online, karena masing-masing elemen berita dapat terhubung dengan beragam konteks makna yang lain, sehingga berita online akan memberikan berbagai prespektif dari fakta dan peristiwa, menghubungan dengan fakta dan peristiwa lain. Hipertekstualitas juga berhubungan dengan bentuk cair (fluids) dari berita. Berita tidak lagi terikat dengan deadline, jam tayang atau batasan-batasan waktu dan tempat. Pada sisi produksi, berita menjadi konstruksi yang terbuka, mudah diupdate dan dikembangkan. Sementara pada sisi konsumsi, khalayak tidak terikat lagi dengan jam siar, model terbitan (harian, mingguan, bulanan, koran pagi atau sore) karena keputusan untuk memperoleh berita terletak sepenuhnya di tangan mereka. Berita adalah fakta/realitas yang dilaporkan terus menerus, diubah dan direproduksi secara periodik, tanpa henti (endless update) dan konsumsi setiap saat setiap tempat. Interaktivitas adalah kemampuan hubungan resiprokal antara audiens/users dengan jurnalis/produser. Kemampuan memberi respon langsung dan interkasi dengan audien adalah elemen kunci jurnalistik online yang membawa perubahan pada budaya jurnalistik. Interaktivitas dalam konsep media baru (new media) terdiri dari tiga jenis/level: users to documents, user to users dan user to system. (McMillan, 2002, hal. 116). Melalui email, forum web, chating dan instant messanging, audien dapat memberi komentar terhadap berita, berdiskusi dengan audien lain bahkan juga dengan jurnalis—sang produser berita. Multimedialitas berasal dari konsep konvergensi yang didominasi oleh pemikiran konvergensi teknologi; digitaliasi beragam bentuk format (video, audio, grafik dan gambar). Pada sisi jurnalis, multimedialitas berarti kemampuan/keterampilan beragam (multiskill) dalam penggunaan berbagai platform media untuk membuat sajian berita. Multimedialitas adalah bagaimana personalan persentasi berita, konvergensi dan perubahan organisasi---seperti konvergensi ruang redaksi---konvergensi budaya termasuk khalayak
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Multimedialitas tidak hanya menyangkut kreativitas seorang jurnalis mengemas berita, namun juga menyangkut tentang efisiensi komunikasi. Kecenderungan teknis ini oleh beberapa ahli komunikasi dikhawatirkan akan menyebabkan kecenderungan wartawan/jurnalis terhadap persoalan-persoalan teknis, seperti bagimana menghubungkan teks berita dengan teks video, melakukan interteks namun melupakan jantung jurnalistik yakni melakukan intepretasi fakta. Dengan kata lain, idealisme bahasa jurnalistik online tersebut merupakan penerjemahan konsep hipermedia, sebuah kondisi persilangan antar berbagai elemen dalam media termasuk jenis bentuk dan sifat media. Lebih lanjut McQuail (2000, hal. 343) menyarankan kalau hendak meneliti bagaimana organisasi media mempengaruhi pemilihan isi dan terutama dengan upaya untuk mempengaruhi audiens, kajian harus difokuskan pada pertanyaan bagiamana informasi berita direpresentasikan atau di kemas (framed). Logika Media dan Jurnalistik Kontekstual Kerangka media (media frame) merujuk pada format media (media format). Format media adalah organisasi internal atau logika dari setiap aktivitas simbolis yang dibagi (the internal organization or logic of any shared symbolic activity)(McQuail, 2000, hal. 297). Format media tidak sekedar menunjukan pengelompokan atau kategorisasi dari isi liputan, namun juga mengambarkan unit-unit ide dari bentuk dominasi dan representasi. Unit-unit ide dari dominasi dan representasi hadir sebagai wujud dari format media. Seperti yang diasumsikan oleh Pamela J. Shoemakaer dan Stephen D Reese bahwa produser dan wartawan pada industri media yang berbeda cenderung untuk memiliki perbedaan nilai, dimana akan menghasilkan berbagai bentuk produk yang kontekstual dan memberi efek yang berbeda (Perry, 2002, hal. 111). Proses produksi, jenis liputan, ide kreatif program, dan isi media yang unik juga harus memenuhi standar dan cukup familiar baik bagi produser/editor atau juga bagi audiens/khalayak. Spesifikasi dan standarisasi semacam ini terdiri dari pertimbangan ekomonis, teknologi dan budaya. (McQuail, 2000, hal. 294-296) Pertimbangan ekonomis merupakan tekanan efisiensi untuk memimalisir biaya, mengurangi konflik dan juga memastikan kontinuitas dan ketercukupan dari sumber-sumber informasi. Pertimbangan teknologidigunakan untuk lebih memaksimalkan sumber daya media massa dengan biaya rendah. Inovasi teknis selalu berbasis pada keputusan-keputusan profesional dan ekonomis, dan jurnalis beradaptasi dalam hal tujuan,
keterampilan dan rutinitas para jurnalis terhadap perangkat baru tersebut. Pertimbangan budaya merupakan bentuk dari standarisasi pola budaya kerja media, mulai dari standarisasi proses peliputan, pengeditan sampai dengan proses presentasi berita. Pada sebuah media, isi media yang dikelompokan dalam berita, olahraga, hiburan, drama/film/sinetron dan iklan merupakan contoh standarisasi budaya media yang mengikuti tradisi budaya kerja, mengikuti selera pasar. Alltheid dan Snow dalam McQuail (2000, hal. 294) menyebut kondisi dan standarisasi proses produksi dan representasi di media massa dengan istilah media logic—yang berarti sebuah sistem otomatis yang mengarahkan bentuk presentasi dari isi media. Menurut Dahlgren(1996) logika media (media logic) adalah “the particular institutionally structured features of a medium, the ensemble of technical and organizational attributes which impact on what gets represented in the medium and how it gets done” (bagian yang secara institusional membentuk suatu medium, gabungan dari atribut-atribut teknis dan organisatoris yang merujuk pada representasi media dan bagimamana hal tersebut terjadi). Logika media merujuk pada bentuk-bentuk khusus dan proses-proses yang memberi kerangka kerja agar dapat berjalan. Jurnalistik cetak, jurnalistik siaran dan jurnalistik online (murni) menerapkan media logic pada proses produksi dan presentasi berita. Secara singkat logika media (media logic) dapat dilacak pada empat jenis level; institusi, teknologi, organisasi, budaya/idiologi. Pada jurnalistik online selain empat level dari logika media ( media logic) diatas juga terdapat beberapa dimensi lain yang menjadi ciri khas praktek jurnalistik online. Dimensi-dimensi tersebut oleh Jhon Pavlik, disebut dengan contextualized journalism. Contekxtualized journalism atau jurnalisme kontekstual adalah cara unik wartawan online dalam menyusun jalinan cerita di sebuah berita. Jurnalistik kontekstual meliputi lima dimensi yakni : a. moda komunikasi (communicaton modalities) Teks, audio, video, grafis dan image sebagai moda komunikasi merupakan keunggulan dalam jurnalistik online. Secara ideal,
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
245
b.
c.
d.
e.
246
keunggulan pada moda komunikasi ini dapat dieksplorasi dan diekspoitasi secara maksimal oleh karena pemanfaatan teknologi komunikasi. hipermedia (hypermedia) Konvergensi menyangkut hipermedia, yakni ketika berita disajikan secara digital melalui beberapa platform medium yang terintegrasi satu dengan yang lainnya. Dengan hiperlink yakni kemampuan media digital untuk menghubungkan teks satu dengan teks yang lain, berita tidak lagi disusun secara linier, statis dan dalam platform tertentu namun disusun dengan secara dinamis dan saling bertautan antar satu berita dengan berita lain. keterlibatan audiens yang tinggi (heightened audience involvement) Keterlibatan audiens terjadi sejak internet menjadi medium komunikasi aktif. secara teknis, kondisi ini terjadi ketika internet bertansformasi menjadi generasi kedua atau yang acap disebut sebagi web 2.0. Keterlibatan audien dapat berupa komentar langsung, jaringan atau kelompok jaringan sosial dan pembentukan kelompok. Kelebihan jurnalistik online pada sisi ini barangkali tidak dapat ditandingi oleh media massa konvensional lain, dimana definisi audiens sebagai massa menyebabkan kendala pelibatan audiens secara intens. isi dinamis (dynamic content) Isi berita yang semakin cair (fluids) dan dinamis pada lingkungan online memungkinkan presentasi yang lebih atraktif serta disajikan secara langsung. Audiens menghendaki untuk mendapat berita saat itu juga dan tidak mau mengerti lagi batasanbatasan teknis seperti jam siar ataupun sifat cetakan. Saat ini berita harus disajikan lebih baik dan lebih cepat. kustumisasi (customization) Pengertian lain kustomisasi adalah personalisasi. Berita bukan lagi bersifat massal namun berita bersifat individual.Jurnalistik online mempunyai potensi untuk lebih kontekstual, lebih berkarakter (textured) dan multi dimensi dibanding dengan produk berita analog. Implikasi dari konsep kustomisasi ini adalah dalam media baru, komunikan media bukan lagi sebut sebagai khalayak (audiens) atau pembaca (readers) yang merujuk bentuk jamak namun lebih kepada pengguna (user) yang merujuk pada individu.
Drupal sebagai Open Source E-learning Perintis CMS Drupal pada awalnya adalah seorang mahasiswa University of Antwerp bernama Dries Buytaert. Semasa kuliah, Buytaert bersama teman-teman sekuliahnya mempunyai keinginan untuk menjalin komunikasi antar sesamanya tentang kehidupan sehari-seharinya. Untuk mewujudkannya, Dries Buytaert menulis semacam aplikasi berbasis web (web based application) yang menungkinkan satu orang berbagi catatan dengan orang lain. Pada bulan Januari 2001, Dries Buytaert memutuskan untuk merilis source code yang ditulis, dan pada saat itu dianggap sebagai momen kelahiran Drupal sebagai Open Source. (Fitzgerald, 2008, hal. 8) Drupal dan E-Learning Berbagai CMS baik yang privat/commercial licence ataupun GPL (General Public Licence) menawarkan berbagai kelebihan dalam pengelolaan sebuah website. Namun demikian memilih Drupal sebagai basis CMS untuk website Laboratorium Virtual bukan tanpa alasan. Setidaknya adalah keunikan Drupal sebagai CMS yang berbasis komunitas, fleksibel dalam pengelolaan, tampilan yang tidak sekedar mirip dengan blog serta berbagai kelebihan aspek multimedia yang dapat dieksploitasi melalui Drupal merupakan pertimbangan-pertimbangan awal kenapa peneliti memilih Drupal sebagai CMS untuk proyek ini. Menurut Fitzterald (2008, hal. 9) Drupal memiliki ciri yang dideskripsikan sebagai berikut : Drupal also offers a flexible range of privacy options that allow users to keep some—or all—of the content within a site private. However, a Drupal site can be used for far more than a secure blogging platform. Within a single Drupal site, you can set up social bookmarking, podcasting, video hosting, formal and informal groups, rich user profiles, and other features commonly associated with Social Web Communities. Building your site in Drupal allows you to start with precisely the features you want, and expand as needed. Dari pernyataan diatas dapat diperoleh gambaran bahwa selain memiliki konteks privasi yang cukup kuat, Drupal juga memiliki berbagai kelebihan dalam hal bookmark sosial, podcasting, hosting video, pembentukan kelompok, profil
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
pengguna dan berbagai hal yang terkait dengan web berbasis komunitas. Dari ciri-ciri diatas, maka untuk kebutuhan laboratorium virtual yang peneliti maksudkan, dimana video, audio dan teks terintegrasi menjadi satu dapat dilayani oleh CMS Drupal. Pada perkembangannya Drupal mengeluarkan CMS yang sangat spesifik untuk kepentingan publikasi yang disebut dengan Open Publish™. Dalam website resminya Open Publish™ menyatakan : OpenPublish is a packaged distribution of the popular open source social publishing platform, Drupal, that has been tailored to the needs of today's online publishers. OpenPublish is ideal for the implementation of a variety of media outlets sites including magazines, newspapers, journals, trade publications, broadcast, wire service, multimedia sites and membership publications. (about, July 26, 2010) Dari spesifikasi diatas peneliti menganggap bahwa Open Publish™ sangat layak untuk digunakan untuk kepentingan publikasi secara online, baik secara professional ataupun untuk kepentingan non komersial seperti pendidikan. Diluar itu, Open Publish™ sudah mulai mengadopsi semantic web, sebuah inti dari konsep web 2.0, semantic tag dan publikasi sosial. Pada tanggal 14 Juli 2010 Open Publish™ merilis versi 2.1 yang merupakan penyempurnaan dari versi-versi sebelumnya. Sementara versi pertama dari Open Publish™ tercatat dirilis tanggal 27 Mei 2009. Satu-satunya kelemahan Open Publish™ adalah besarnya file instalasi yang harus dieksekusi, sehingga tidak semua provider internet dapat melayaninya. Hal ini dikarenakan banyaknya plug-in yang harus diinstal untuk berbagai kepentingan publikasi. Namun hal ini dapat disiasati dengan melakukan beberapa modifikasi pada komponen komponen pendukungnya. Pendidikan Jurnalistik Pendidikan jurnalistik memiliki berbagai ragam tradisi, model, tingkatan dan latar belakang sejarah dan politik yang berbeda-beda. Pada universitasuniversitas tertentu pendidikan jurnalistik mulai dari tingkat sarjana dan pascasarjana namun adakalanya juga pendidikan jurnalistik disusun sebagai bentuk pendidikan advokasi. Ada program pendidikan jurnalistik yang diberikan di bangku formal pendidikan seperti di universitas-universitas,
namun tidak jarang pendidikan jurnalistik diberikan pada lembaga-lembaga profesi atau semacam lembaga kursus kewartawanan. Kurikulum yang diberikanpun beragam, mulai dari kurikulum yang berbasis riset dan penalaran sampai dengan kurikulum yang lebih banyak menekankan pada praktek dan teknik penulisan dan penyajian berita. Namun pada dasarnya pendidikan jurnalistik di Perguruan Tinggi mempunyai tiga sumbu utama yakni: 1) pendidikan jurnalistik yang berusaha mempertemukan antara norma, nilai, alat, standard dan praktek jurnalistik, 2) pendidikan jurnalisik yang menekankan pada aspek-aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, hukum dan etik dalam praktek jurnalistik di dalam dan di luar batas-batas negara serta 3) pendidikan jurnalistik yang mengkompromikan pengetahuan dunia dengan tantangan-tantangan intelektual dunia. (Unesco, 2007, hal. 7) Sebuah kurikulum dalam pendidikan Jurnalistik harus memasukan beberapa elemen dasar jurnalistik seperti : a. Kemampuan untuk berfikir kritis yang dibarengi dengan kemampuan komprehensi, anaisis dan sintesis, evaluasi dan pemahaman dasar atas metode pembuktian ilmiah dan riset. b. Kemampuan untuk menulis secara jelas dan koheren menggunakan metode naratif, deskriptif dan analitis c. Pengetahuan yang luas atas politik dalam dan luar nengeri, ekonomi , budaya, agama dan lembaga-lembaga sosial d. Pengetahuan tentang isu dan topik terkini dan pengetahuan umum atas sejarah dan geografi. (Unesco, 2007, hal. 8) Elemen-elemen dasar jurnalistik tersebut kemudian diterjemahkan kedalam berbagai ragam kompetensi yang harus dicapai untuk memenuhi kriteria sebagai lulusan pendidikan jurnalistik. Terdapat berbagai kompetensi dalam pendidikan jurnalistik diantaranya adalah : a. Memahami pengetahuan umum dan mempunyai kemampuan intelektual b. Mempunyai kemampuan profesional dibidang riset, penulisan dan bentuk lain dari presentasi, editing dan produksi c. Mampu menggunakan berbagai perangkat jurnalistik dan memiliki daya adaptasi terhadap teknologi baru dan praktek-praktek inovatif lainnya d. Mampu memahami profesi termasuk etika dan kode etik profesi e. Mengetahui peran jurnalistik didalam masyarakat, termasuk sejarah, organisasi profesi, aturan perundangan dan aturan lain
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
247
yang mengatur praktek jurnalistik serta mengetahui praktek terbaik dari jurnalistik. (Unesco, 2007, hal. 30) Masing-masing kompetensi tersebut dapat dikelompokan baik secara terpisah-pisah, hirarkial ataupan sequensial. Sebagai implementasi dari berbagai kompetensi tersebut, Unesco dalam Unesco Series on Journalism Education; Model Curricula for Journalism Education (2007) merumuskan beberapa kelompok kajian dalam pendidikan jurnalistik. Kelompok kajian ini merupakan acuan didalam menyusun kurikulum jurnalistik terutama di perguruan tinggi, antara lain: a. Dasar-dasar Jurnalisik Dasar-dasar jurnalistik merupakan fondasi untuk pengajaran jurnalisitk. Kelompok kajian ini meliputi 1) logika, pembuktian ilmiah dan riset, berfikir kritis, 2) Teknik Penulisan meliputi grammar dan sintaksis, metode penulisan naratif, deskriptif dan eksplanatoris, 3) Institusi nasional dan internasional meliputi sistem pemerintahan, konstitusi, sistem pengadilan, proses politik, organisasi sosial ekonomi dan budaya dan hubugannya dengan negara-negara lain, serta posisi jurnalistik dalam membangun demokrasi, 4) Pengetahuan umum meliputi sejarah dan geografi dunia, isu-isu kotemporer yang penting bagi jurnalis (seperti ras, kelas sosial, agama, etnik, konflik, kemiskinan, pembangunan, sarana kesehatan) dengan penerapan teknik penulisan kritis untuk liputan-liputan terhadap isu tersebut. b. Reporting dan Writing Untuk Reporting dan writing minimal dapat dibagi menjadi tiga bagian dimana masingmasing bagian memiliki titik tekan yang berbeda-beda. Tahap 1 Pengenalan terhadap riset dan penulisan jurnalistik. Tahap ini meliputi penilaian kelayakan berita dan penyusunan ide-ide cerita, pencarian berita termasuk wawancara, observasi dan teknik riset lain termasuk metode untuk mencapai tingkat akurasi, teknik dasar penulisan berita dan feature (Struktur cerita, teknik naratif dan penggunaan kutipan). Mahasiswa belajar bagaimana meliputi pertemuanpertemuan, pidato dan event-event lain, bagaimana melakukan pendekatan terhadap narasumber melalui telepon dan wawancara menggunakan email. Seting dan situasi praktek penulisan ini disusun dalam konteks tekanan deadline sekaligus juga diperkenalkan atas etika profesi. Pada tahap ini, mahasiswa juga diperkenalkan tahap dasar penggunakan komputer dan internet untuk menunjang kerja-kerja jurnalis. 248
Tahap 2 Pada tahap ini mahasiswa, penulisan dan pelaporan berita dipertajam ke arah indept (liputan mendalam). Teknik wawancara dilakukan untuk tingkat mahir dan mahasiswa diperkenalkan dengan Peliputan dengan computer (CAR—Computer Assisted Reporting) dan teknik-teknik investigasi. Mahasiswa juga diperkenalkan dengan teknik membaca dan menafsirkan statistik polling atau survey dan diberikan tugas untuk melakukan assessment terhadap dokumen-dokumen resmi (pemerintahan atau institusi). Teknik penulisan diarahkan untuk teknik penulisan cerita kompleks, termasuk menggunakan teknik naratif dan diperkenalkan kepada penulisan interpretative. Pelaporan peristiwa bencana juga perlu diperkenalkan pada tahap ini. Tahap 3 Tahap ini lebih merupakan kombinasi dari berbagai teknik penulisan dengan berbagai medium yang dapat digunakan untuk penyajian berita. Lebih menitikberatkan ke human interest dengan teknik penulisan intrepretatif sebagai inti pengembangan. Tahap 4 (Menulis Analitis dan Opini) Meskipun menulis analitis dan opini merupakan tingkatan mahir yang banyak diberikan di kelas pascasarjana, namun bagi mahasiswa tingkat sarjana, teknik ini perlu diperkenalkan kerangkakerangka dasarnya. Mahasiswa belajar secara intensif tentang isu isu sosial dan politik, mengkajinya dari prespektif kritis dengan teknik penulisan argumentatif, persuasive maupun retoris. Titik tekan teknik penulisan tahap 4 ini adalah untuk kebutuhan penulisan-penulisan editorial dan analisis. c. Jurnalistik Radio dan televisi Mahasiswa diperkenalkan dengan teknikteknik pencarian, analisis dan penulisan berita dan feature untuk kebutuhan radio dan televise. Bagaimana menggunakan berbagai perangkat audio dan video, bagaimana menulis naskah audio dan video dan teknikteknik reportase berita. d. Jurnalistik Multimedia/Online Mahasiswa diperkenalkan dengan internet sebagai alat dan media jurnalistik, bagaimana menggunakan berbagai bentuk media, melakukan konveregensi isi media dan belajar menulis untuk situs online dan menggunakan multimedia sebagai alat presentasi berita. Mahasiswa juga melakukan eksperimentasi berbagai teknologi audio dan video agar berita dapat disajikan secara interaktif. e. Hukum Media
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Hukum media menitikberatkan cakupan aspek aspek hukum baik nasional maupun internasional yang mempunyai hubungan dengan jurnalis dan media. Hal itu termasuk kepada prinsip-prinsip keterbukaan dan kebebasan ekspresi, batasan-batasan legal untuk kepentingan nasional, HAM dan lain sebagainya. Hal itu juga terkait dengan berbagai macam aturan dan regulasi baik nasional maupun internasional terkait dengan pers dan media massa. f. Etika Jurnalistik Pada pokok kajian ini mahasiswa belajar penilaian-penilaian kritis dari isu-isu utama etika yang berhubungan dengan kebenaran jurnalistik seperti otonomi jurnalistik, pembuktian, cek and recheck, penghormatan pada sumber berita, kejujuran, spekulasi, jurnalistik amplop, internet, plagiat, kutipan dan lain sebagainya. Etika jurnalistik mengkaji berbagai hal terkait dengan kekerasan, konflik, isu isu SARA, sterotype, pembajakan, korban pemerkosaan, penculikan dan terorisme. Tujuan dari pokok bahasan ini adalah bagaimana mahasiswa dapat menaruh perhatian yang lebih sensitif dan berhati-hati terkait peliputan berita yang mengandung unsur-unsur tersebut diatas. g. Media dan Masyarakat Pokok Kajian ini mengkaji peran media di masyarakat dalam meningkatkan kehidupan berdemokrasi, pendidikan dan informasi serta hubungan-hubungan media dengan instiusi lain seperti pemerintah, LSM, dan lain sebagainya. Bagaimana aturan sensor diterapkan, bagaimana pengaruh kepemilikan media terhadap isi liputan dan bagaimana posisi dan peran media tertentu pada suatu konteks masyarakat tertentu. h. Workshop Workshop/Kerja Produksi merupakan bagian inti dari kurikulum pendidikan Jurnalistik. Berdasarkan pada bentuknya, workshop dapat dibagi menjadi empat jenis yakni : 1. Workshop Koran Pada workshop ini mahasiswa diharapkan mampu mermproduksi koran mingguan mulai dari awal sampai dengan akhir, mulai dari mencari isu dan topik berita sampai dengan produksi tahap akhir. Pada workshop ini mahasiswa belajar untuk melakukan reportase berita, penulisan, editing desain halaman. Mahasiswa juga diperkenalkan dengan keterampilan editorial berita, sebagaimana juga keterampilan wartawan, keterampilan copy
2.
3.
4.
i.
3.
editor dan lain sebagainya. Pada akhir workshop ini, mahasiswa harus dapat bekerja sebagai editor halaman dalam Koran. Workshop Broadcast Terbagi menjadi dua, yakni radio dan televisi, workshop ini mendorong mahasiswa untuk mampu dan terampil dalam pembuatan ide cerita, mengoreksi, menulis, mengedit, menjadi newscast, host, membuat documenter mini dan memproduksi bulletin berita. Pada akhir workshop mahasiswa diharapkan siap menjadi news caster atau camera person, DJ dan VJ. Workshop Majalah Pada worksop majalah, mahasiswa diperkenalkan dengan desain dan produksi majalah, mulai dari memunculkan ide cerita, edit copy, edit gambar, pemillihan tipografi, desain visual, penyusunan isi majalah sampai dengan desain halaman. Pada akhir workshop diharapkan mahasiswa mampu dan siap bekerja sebagai staf editorial di majalah Workshop Website/Media Online Pada workshop media online mahasiswa diperkenalkan ulang dengan CAR (computer assisted reporting), belajar menulis dan menyusun berita online, mengupload video dan audio, memasang hyperlink dan lain sebagainya. Diharapkan setelah selesai mengikuti workshop in mahasiswa dapat menjadi editor pada terbitan/media online.
Proyek Jurnalistik Proyek jurnalistik dapat berupa Tugas Akhir Pengganti Skripsi, dimana mahaiswa mampu untuk melakukan kajian indept news, mencari dan mengorganisasi material berita dalam jumlah besar dan mepresentasikannya secara profesional.Mahasiswa juga diharapkan mampu merefleksi pada isu-isu dasar yang mereka munculkan dalam liputannya, baik refleksi teknis maupun refleksi etis. Analisis Kebutuhan
Mengikuti model analisis AIDDE, maka peneliti juga memaparkan tentang analisis kebutuhan bersadarkan kepada tujuan, pengguna/pembelajar, media, waktu dan biaya. a. Analisis Tujuan Tujuan dari keberadaan laboratorium jurnalistik virtual ini adalah untuk menunjang
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
249
sarana pembelajaran mahasiswa yang mengambil mata kuliah jurnalistik (cetak,audio,video dan online) diluar infrastruktur yang ada. Dengan menggunakan laboratorium virtual, maka instruktur/dosen dan mahasiswa diletakan pada setting organisasi media yang sebenarnya, merupakan simulasi proses produksi jurnalistik yang tepat dengan kondisi senyatanya di lapangan. Ide dasarnya adalah pembuatan media/ruang simulasi produksi jurnalistik berbasis media online yang dilengkapi dengan tutorial teknik-teknik peliputan, penulisan dan penyajian berita yang komprehensif. Diharapkan mahasiswa mendapatkan “atmosfer” kerja jurnalistik yang sebenarnya dan memperoleh penilaian dari dosen sebagai editor berita dari karya jurnalistik yang mereka kirimkan. Dengan penciptaaan atmosfer kerja tersebut mahasiswa mampu secara cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja selepas dari masa kuliahnya. b. Analisis Pengguna/Pembelajar Pembelajar disini merupakan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS yang mengambil mata kuliah spesialisasi. Namun pada pengembangannya, tidak menutup kemungkinan laboratorium virtual ini dibuka untuk umum, seperti untuk kalangan pelajar, sebagai pengganti dari majalah dinding sekolah atau untuk masyarakat umum seperti dalam konsep citizen journalism. Mereka yang dapat menggunakan fasilitas labotarium virtual ini harus mendapatkan pembekalan setidak-tidaknya adalah, dasar-dasar computer dan internet, dasar-dasar jurnalistik dan etika jurnalistik, sehingga dapat memproduksi karya jurnalistik yang layak untuk dionlinekan. Laboratorium jurnalistik juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran jurnalistik bagi masyarakat, sebagai bentuk pengabdian tri darma perguruan tinggi. Hal ini juga dapat meningkatkan citra dan positioning program studi ilmu komunikasi FISIP UNS di tengah masyarakat Indonesia. Model labotarioum virtual ini memungkinkan interaksi berbasis web antara tutor/dosen/editor dengan mahasiswa/citizen journalism/komunitas masyarakat. c. Analisis Media Menggunakan Open Publish™ sebagai basis CMS, laboratorium virtual ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran jurnalistik dalam “atmosfer” profesional. Open Publish™ menampilkan feature yang cukup lengkap, mulai dari penulisan artikel, video dan audio podcasting sampai dengan microblogging. 250
Suasana profesional ini tampak dari berbagai feature yang lengkap sehingga mahasiswa/pembelajar tidak terkesan sedang menulis di blog atau disitus media sosial. Namun karena kelengkapannya, maka tidak semua orang akan familiar dengan berbagai fitur dan terkesan terlalu susah untuk orang awam. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan/training/workshop untuk pengenalan dan penggunakan berbagai fasilitas dalam CMS Open Publish™. d. Analisis Waktu dan Biaya Untuk pembelajaran jurnalistik (online, video, audio dan cetak) maka rentang waktunya mengikuti jadwal atau kalender akademik dari program studi Ilmu Komunikasi UNS. Namun untuk kepentingan umum, maka rentang waktu yang dipergunakan tidak terbatas, sesuai dengan karakteristik media online itu sendiri. Biaya-biaya yang muncul dari keberadaan laboratorium virtual ini adalah biaya hosting, biaya maintenance dan biaya-biaya yang muncul secara langsung dari timbulnya interaksi dan produksi jurnalistik online mahasiswa. Sementara untuk biaya akses internet, mahasiswa atau pembelajar dapat memanfaatkan melalui jalur hostpot atau berbagai layanan internet yang ada. 4. Desain dan Perancangan 4.1 Desain Dalam membuat desain labotarium virtual ini , peneliti menggunakan model The 'Backward Design' model yang diperkenalkan oleh G. Wiggins and J.McTighe. Model Backward adalah model yang menggunakan tiga tahapan sekuensial yakni Outcomes, Assessment and Teaching and Learning. (McTighe & Wiggins, 2006) Untuk Model Backwardbagi Pengembangan Laboratorium Jurnalistik Virtual di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS silahkan lihat di lampiran 2. 4.2 Perancangan (Development) Langkah pertama dalam perancangan pembelajaran ini melakakuan analisis tujuan dan rencana pembelajaran, dilanjutkan dengan gambaran umum dari mahasiswa/pembelajar serta media dan anggaran yang disediakan untuk proyek ini. Program studi Ilmu Komunikasi UNS merancang pembelajaran mata kuliah spesialisasi mulai dari semester 5, 6 dan 7. Masing-masing deskripsi mata kuliah spesialisasi tersebut dapat digambarkan pada lampiran tabel 2.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Dari ringkasan tujuan instruksional dalam mata kuliah rumpun spesialisasi tampak bahwa beban praktek pembuatan protofolio jurnalistik muncul pada mata kuliah jurnalistik, Video dan Radio. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, sesuai dengan medium yang digunakan (cetak, audio, audio visual). Sementara dua mata kuliah spesialisasi yang lain tidak memiliki beban portofolio jurnalistik. Mata kuliah spesialisasi ini diambil mulai dari semester 5, dimana mahasiswa telah menempuh berbagai mata kuliah dasar dan pengantar dari semester 1 sampai 4, seperti mata kuliah dasardasar logika, komposisi, komunikasi massa, teori komunikasi, filsafat dan etika komunikasi dan lain sebagainya. Mahasiswa memilih 3 dari 5 mata kuliah spesialisasi yang ditawarkan, sehingga kemungkinan terdapat minimal satu mata kuliah dengan momot pengajaran jurnalistik yang diambil oleh mahasiswa. Sampai saat ini media pembelajaran yang digunakan adalah infrastruktur laboratorium konvensional selain dengan pertemuan tatap muka (tutorial). Implementasi dan Evaluasi Tahapan implementasi adalam eksekusi CMS Open Publish™. Pada awalnya peneliti hendak menggunakan server uns sebagai server utama untuk pengembangan laboratorium ini. Namun oleh karena berbagai pertimbangan teknis, maka untuk sementara website diunggah pada salah satu penyedia jasa layanan hosting di Indonesia. Sampai saat ini tahap implentasi mulai masuk tahap uji coba, oleh karena mahasiswa yang yang masuk ke mata kuliah spesialisasi baru mengambil kuliah setelah lebaran Idul Fiftri 1431 H. Sehingga untuk tahap implentasi dan evaluasi sampai dengan paper ini disusun masih dalam proses yang sedang berjalan. 5.
Kesimpulan Dari berbagai paparan tersebut diatas kiranya dapat disimpulkan beberapa hal yakni: a. Open Source dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran (e-learning) untuk beberapa kebutuhan khusus seperti pendidikan jurnalistik melalui pemilihan platform yang tepat. b. Penggunaan CMS sebagai salah satu sarana pembelajaran harus disertai dengan kajiankajian yang komprehensif terkait dengan kebutuhan dari masing-masing lembaga, sehingga tidak memboroskan anggaran dan tepat guna untuk kepentingan laboratorium.
a.
Saran Bagi pengelola pendidikan jurnalistik, kendala terkait dengan masalah pendirian dan masalah keberlanjutan laboratorium konvensional kiranya dapat diatasi melalui pemikiranpemikiran alternatif, salah satunya dengan pendirian laboratorium virtual. b. Bagi penyelenggara pendidikan Informatika dan Komputer terdapat tantangan untuk lebih banyak menyediakan berbagai sarana altenatif yang menunjang berbagai kebutuhan dari penyelenggara dari bidang kajian lain yang unik, spefisik dan “mengIndonesia”, mulai dari software, aplikasi sampai dengan konsep-konsep pengembangan sarana pembelajaran berbasis ICT lainnya, sehingga memperkaya khazanah pengembangan teknologi dan memacu kreativitas dan inovasi dari generasi muda Indonesia.
Daftar Pustaka [1] Boy. (2007, November 19). Menyoal
Pendidikan Jurnalisme(3). Dipetik Januari 12, 2009, dari www.masboi.com/?p:33 Chun, W. H. (2006). Introduction: Did Somebody Say New Media? Dalam W. H. Chun, & T. Keenan, New Media, Old media : a History and Theory Reader (hal. 1-10). New York: Routledge. Dahlgreen, P. (1996). Media Logic in Cyberspace; Repositioning Journalism and its Publics. Janvost: The Public 3(3), 59-72. Deuze, M. (2001). Educating "new journalist" chalange to curriculum. Journalism Educator 56(1), 4-17. Fitzgerald, B. (2008). Drupal for Education and e-learning (Teaching and learning in the classroom using the Drupal CMS). Birmingham, B27 6PA, UK.: Packt Publishing.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
251
Jenkins, H. (2001, Juni). Convergence? I Diverge. Dipetik Juli 2, 2009, dari http://beta.technologyreview.com: http://beta.technologyreview.com/bu siness/12434/page2/ about. (July 26, 2010, Juli 26). Dipetik Juli 2010, 12, dari Open Publish-Open Source Online Publishing: http://openpublishapp.com/
News Organizations. Journalism Studies, 3-18. Thomas, H. (2001). Rethinking Journalism Education in Indonesia: Nine Theses. Mediator (vol. 2 no. 1). Unesco. (2007). Unesco Series on Journalism Education; Model Curricula for Journalism Education. Jeneva: Unesco.
McMillan, S. (2002). Exploring models of interactivity for multiple research traditions;users,documents, and systems. Dalam L. Lievrouw, & S. Livingstone, Handbook for New Media. London: Sage. McQuail, D. (2000). McQuail’s Mass Communication Theory (4th edition). London: Sage Publication. McTighe, J., & Wiggins, G. (2006). Understanding by Design. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. Pavlik, J. V. (2001). Journalism and New Media. New York: Columbia University Press. Perry, D. K. (2002). Theory and Research in Communication: Contexts and Consequences. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers. PSIK. (2010). Company Profile Progam Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Surakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi UNS. Singer, J. (2004). Strange Bedfellows? The Diffusion of Convergence in Four 252
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Lampiran 1 Rancangan Desaign Backward Outcomes Assessment Mahasiswa Asesment Portofolio khususnya mampu unjuk dengan electronic portofolio. Beberapa kinerja praktek yang dapat digunakan adalah : jurnalistik secara Multimedia Rubrics profesional Camera Work Rubric dengan Digital Video Assignment and Rubric memperhatikan Multimedia Presentation Rubric kaidah-kaidah Multimedia Project Rubric with Selfdan etika Evaluation jurnalistik Podcast Rubric Podcast Rubric 2 Podcast Rubric 3 Podcast Rubric for Higher Ed Video Project Rubric 1 Video Project Rubric 2 Web 2.0 Rubrics Animoto Rubric 1 Blog: Student Blog Rubric 1 Glogster Rubric 1 Glogster Rubric 2 Glogster Rubric 3 Skype Rubric 1 Twitter Rubric 1 Voicethread Rubric 1 Wiki Rubric 1 Wiki Rubric 2 Wiki Rubric 3 Untuk lebih lengkap dari berbagai perangkat assessment electronic portofolio lihat : http://school.discoveryeducation.com/s chrockguide/assess.html#portfolios
Teaching and Learning Pembelajaran dilakukan melalui kombinasi dari direct instruction (tatap muka di kelas), tutorial dan collaborative instruction. Materi tutorial juga dapat dipelajari melalui situs web yang dibangun, digunakan untuk kepentingan umum. Secara khusus mahasiswa dinilai dari penugasan-penugasan yang diberikan, diukur melalui sesuai dengan instrument rubric. Seluruh sistem penilaian dilakukan dengan menggunakan perangkat berbasis web, yang terintergrasi pada web laboratorium virtual. Sementara interaksi yang dimungkinkan adalah dalam bentuk interaksi antara : Mahasiswa dengan Mahasiswa Mahasiswa dengan Dosen Mahasiswa dengan Interface Sistem Mahasiwa dan Dosen dengan Isi media
Lampiran 2 Deskripsi mata kuliah spesialisasi di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS Mata Kuliah Deskripsi Jurnalistik 1, 2, 3 Pemahaman konsep jurnalistik, objektivitas, framing, format penulisan jurnalistik, unsur dan nilai berita, menghimpun fakta, teknik penulisan berita, karangan khas, jenis karangan khas, anatomi karangan khas, Undang-undang Pers, Kode Etik, Pembagian Kerja Produksi Media, SOP Majalah berita. Video 1, 2,3 Pengenalan instrument berita, prinsip kerja kamera, aplikasi kamera, komposisi, framing dan focus Teknik dasar reportase, alphabethis, kerabat kerja, SOP, Musical Show, Talk Show, Buletin, Feature, Magazine, Berita, Live Broadacst, Lighting, Sound, menyiapkan berita, presenter dan pembacaan berita, reportase, sumber berita, pemahaman Undangundang penyiaran, Kode Etik, Organisasi Produksi, konsep kreatif iklan televise, SOP program Iklan, Karya Dokumenter
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
253
Radio 1, 2, 3
Sop Siaran Radio, Manajemen Siaran Radio, Simulasi Siaran Radio, Segmentasi pendengar radio, Penulisan naskah siaran radio, produksi program hiburan dan informasi, olah vocal, editing, bahasa dan music iklan radio, iklan adlib, ILM, iklan komersial, basic cool edit pro, kompetensi broadcaster, bulletin news, talkshow, UU penyiaran, struktur dan manajemen perusahaan penyiaran radio, pengaturan program siaran, kode etik dan evaluasi program siaran. Humas 1, 2,3 Pemhaman konsep public relation, CPR, MPR, citra dan reputasi, Etika Public Relations, Tool of Public Relations, Employee Relations, perencanaan PR, special event, dlsb Periklanan 1,2 ,3 Pemahaman ilkan, perencaanaan iklan, brand equity, image dan personality, perilaku konsumen, proses dan model dalam komunikasi pemasaran, IMC, strategi kreatif iklan, etika dan regulasi iklan, biro iklan, profesi iklan, konsep grafis, aplikasi desain grafis iklan, karakteristik desain efektif, software iklan. Sumber : (Company Profile Progam Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS, 2010)
254
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
RANCANG BANGUN APLIKASI LAYANAN MOBILE KECERDASAN KESUKSESAN (M-KK) DENGAN PENDEKATAN MULTIMEDIA INTERAKTIF Suyoto1, B. Yudi Dwiandiyanta2, Thomas Suselo3 1,2, 3
Program Studi Teknik Informatika Universitas Atma Jaya Yogyakarta
1
[emailprotected], [emailprotected],[emailprotected],
Abstract In this paper, we will present the design and implementation of mobile service applications of Success Intelligence (m-KK) with Interactive Multimedia Approach. The method used in the application development approach is a combination of interactive multimedia and educational psychology. When the software development, we consider several aspects e.g: interfaces, interactivity, ease of use, and stand alone software running on mobile phones and multimedia-based. Furthermore, to test the effectiveness of this software is used qualitative procedures (questionnaire and the interview). There are four multimedia components used in this application is text, graphics, audio / sound, and animation. Applications are divided into five sections: General Instructions, the Story of People Success, Success Tips, Intelligencet Test Success and Closing. Determining the type of success through the application of intelligence is done by answering the questions - questions put by the system with a choice of three answers are NEUTRAL, YES and NO. This application is intended for students of Junior High School (SMP). The application is built using the Macromedia Flash CS4 Professional and Adobe Flash Lite 3.0 software. This application has been tested with Nokia N70 emulator, Handset Nokia N 73 Music Edition and Symbian OS.
Keyword: educaonal psychology, content services, mobile phones, multimedia learning 1.
Pendahuluan
Pada tahun 2002, prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri - Universitas Atma Jaya Yogyakarta, telah memulai mengembangkan seri perangkat lunak psikologi secara on-line seperti tes potensi akademik elektronik (dikenal dengan e-TPA), tes buta warna elektronik (dikenal dengan e-kidsCV) [1], tes kecerdasan emosional (e-KE), tes kecerdasan kesuksesan (e-KK), tes kepemimpinan (e-Pimpin), dll. Selanjutnya mulai tahun 2006, penulis melanjutkan pengembangan seri perangkat lunak psikologi yang berjalan pada piranti ponsel. Pengembangannya dimulai dari sistem mUjiButaWarna [2, 3] yaitu sistem pengujian buta warna yang berjalan pada ponsel. Hal ini dikarenakan pengguna ponsel pada tahun 2006 di Indonesia tercatat
sebanyak 68 juta. Diprediksikan bahwa angka ini akan semakin besar untuk tahun 2010. Olli-Pekka Kallasvuo memprediksi bahwa pengguna ponsel global akan mencapai 4 milliar pada tahun 2010 [4]. Oleh karena itu, sebagai bagian dalam menangkap peluang layanan inovasi konten dan juga sebagai salah satu bentuk kepedulian akan perkembangan dunia kependidikan di Indonesia, maka penulis secara konsisten mengembangkan layanan konten sebagai cara untuk pemberian bantuan layanan pengabdian masyarakat secara tidak langsung dengan memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi. Layanan konten tersebut dikembangkan dengan pendekatan Multimedia Pembelajaran. Pembangunan layanan konten pada piranti ponsel dapat dilakukan dengan berbagai cara; misalnya
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
255
menggunakan bahasa pemrograman Java dengan J2ME [5 - 8] atau menggunakan aplikasi bantu yaitu Macromedia Flash FlashLite 2.1 [3]
Professional
8
dan
Adobe
Pada usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) banyak sifat negative yang dapat muncul, karena itu dipilihlah anak yang duduk di bangku SMP sebagai objek penelitian karena penulis beranggapan bahwa umumnya anak yang duduk di bangku SMP masih labil dan mudah dipengaruhi sehingga penting untuk dilakukannya pembimbingan kecerdasan kesuksesan bagi mereka agar kelak di tingkat pendidikan selanjutnya mereka dapat lebih siap dan matang mempersiapkan dirinya supaya menjadi orang yang sukses dalam segala hal. 2.
Tinjauan Pustaka Masyarakat pada umumnya selalu berorientasi kepada material yang mengedepankan kecerdasan intelektual dalam meraih kesuksesan hidup, kesuksesan dalam kerja, dan karir, kesuksesan dan kekayaan dianggap milik dari orang-orang yang berintelektual tinggi. Disisi lain, ada kajian-kajian ilmiah di bidang kecerdasan berbasis “neuroscience” yang menggolongkan kecerdasan manusia menjadi tiga wilayah yakni Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ). Kemampuan menyeimbangkan ketiga kecerdasan ini akan membentuk manusia-manusia yang tangguh dan berprestasi dalam dunia kerja. Ketiga wilayah kecerdasan itu harus saling terkait dan seimbang supaya mencapai kesuksesan hidup [9]. Beberapa penelitian lain menekankan bahwa personalitas atau kepribadian seseorang juga berperan dalam menentukan pilihan. Hal ini dimplementasikan dalam sebuah aplikasi tes uji personalitas yang digunakan untuk mengetahui jurusan yang tepat bagi mahasiswa teknik informatika Universitas Atma Jaya. Dalam aplikasi ini pengujian dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bidang teknik informatika sekaligus beberapa contoh kasus yang nantinya akan menjelaskan karakteristik personal dari pengguna yang nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam bersikap maupun berperilaku [10]. 256
Penelitian lain membahas bagaimana cara mengetahui sisi kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Dalam penelitian ini menghasilkan suatu aplikasi yang berjalan pada ponsel untuk mengetahui kepribadian seseorang yang dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada sehingga tipe kepribadian pengguna dapat dianalisa dari jawaban yang telah diberikan. 3.
Kecerdasan Kesuksesan Intelegensi atau taraf kecerdasan mengandung arti yang sangat luas. Menurut Western mengemukakan bahwa intelegensi berbentuk multifaset artinya inteligensi diekspresikan dalam berbagai bentuk.Pada umumnya inteligensi diukur di sekolah serta lembaga pendidikan tinggi dan pengukuran yang dilakukan bersifat skolastik. Skolastik adalah kemampuan yang diajarkan disekolah. Adapun satuan angka yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut tersaji dalam satuan IQ. [12]. Disi lain, banyak mitos tentang kecerdasan atau IQ yang dianggap sebuah kebenaran tak terbantahkan. Keyakinan ini membuat orang cenderung mendewadewakan IQ sebagai sebuah label yang menjadi jaminan sukses [11]. Banyak orang tua yang merasa bangga bila hasil IQ anaknya tinggi, tapi lalu kecewa ketika melihat nilai rapot anaknya jelek dan akirnya bertanya “mengapa nilai rapot anak saya jelek, padahal IQnya tinggi” [12] Dengan demikian masih banyak orang yang beranggapan bahwa kesuksesan seorang individu diukur dari prestasi belajarnya. Padahal prestasi belajar ditentukan oleh banyak faktor yaitu faktor internal (IQ/Kecerdasan, Kepribadian, Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, Stabilitas emosi, dan Strategi belajar) dan faktor eksternal (Konflik Keluarga, Pengaruh teman sekolah, Suasana kelas, Cara mengajar guru, Suasana belajar di rumah, dan Fasilitas belajar.) [11] Menurut Sasmito [13] definisi sukses sendiri merupakan sebuah perjalanan. Sukses bukan sebuah terminal atau tempat tujuan akhir. Jika seseorang telah mendapatkan semua yang diimpikannya, diinginkannya atau dicita-citakannya, ia sesungguhnya telah mencapai sukses. Dapat dikatakan bahwa diri kitalah yang sebenarnya mengukur tingkat kesuksesan kita.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Banyak hasil studi yang menjelaskan bahwa kecerdasan saja tidak cukup untuk menentukan kesuksesan seseorang di masa depannya. Sternberg mengemukakan teori tentang kecerdasan yang dinamakannya sebagai successful intelligence. Successful Intelligence ini memiliki tiga macam tipe kecerdasan yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Ketiga jenis kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan analitis, kecerdasan kreatif dan praktis. Jika ketiga macam kecerdasan tersebut bisa berkembang secara baik di dalam individu tersebut maka individu tersebut akan memperoleh kesuksesan. [11]. Ketiga kecerdasan tersebut harus berkesinambungan dalam perkembangan hidup sesorang untuk mencapai suatu kesuksesan. Disisi lain ada faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan hidup seseorang baik dari segi fisik, psikis maupun sosial. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup seseorang terutama pada usia remaja yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral [14].
4.
Tes Kecerdasan Kesuksesan Untuk dapat melakukan bimbingan agar dapat memahami kebutuhan dan masalah yang ada , dapat ditempuh dengan cara menganalisis perkembangan konseli (Orang yang diberi bimbingan) yang dalam hal ini adalah remaja dengan menggunakan berbagai teknik misalnya dengan Inventori Tugas Perkembangan (ITP) [15]. ITP mengukur tingkat perkembangan 10 aspek untuk anak SMP. Sepuluh aspek tersebut yaitu Landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria dan wanita, penerimaan diri dan pengembangannya, kemandirian perilaku ekonomi, wawasan dan persiapan karier, dan kematangan hubungan dengan teman sebaya [15]. Beberapa pertanyaan dari soal-soal yang ada kemudian diambil dan dimodifikasi, serta disesuaikan menjadi 5 Aspek tes potensi sukses yaitu Aspek Pribadi yang terkait erat dengan aspek penerimaan diri dan pengembanganya, Aspek Belajar yang terkait erat dengan kematangan intelektual, aspek bersosialisasi
yang terkait dengan kematangan hubungan dengan teman sebaya, aspek berkarier yang terkait dengan kemandirian perilaku ekonomi, wawasan dan persiapan karier serta aspek berbudi pekerti yang terkait dengan landasan perilaku etis. 5.
Rancang Bangun m-KK Kegiatan tahapan pertama di dalam perancangan “m-KK” dimulai dengan analisis terhadap kondisi pengajaran/pembelajaran dan layanan Bimbingan Konseling secara tidak langsung di SMP sekarang ini (termasuk kurikulumnya), berikut kajian terhadap berbagai teori untuk pengajaran/pembelajaran dan layanan Bimbingan Konseling secara tidak langsung, serta teori psikologi pendidikan secara umum yang relevan. Tahapan berikutnya menentukan sasaran pengguna Aplikasi “m-KK”. Aplikasi ini dikembangkan untuk mengetahui potensi kecerdasan kesuksesan seseorang, dalam hal ini objeknya adalah anak SMP. Aplikasi ini dirancang memiliki 5 tahap tes pengujian yaitu: tes kesuksesan pribadi, tes kesuksesan belajar, tes kesuksesan bersosialisasi, tes kesuksesan karier dan tes kesuksesan berbudi pekerti. Pada aplikasi ini juga disertakan fitur-fitur pendukung. Secara garis besar aplikasi “m-KK”, terdiri dari halaman awal intro yang dianimasikan, menu utama, tes Potensi Kesuksesan, Kisah Orang Sukses, Tips Sukses, Tentang Aplikasi dan Ucapan Terimakasih. Diharapkan untuk kedepannya dapat membantu siswa/siswi SMP untuk mengetahui potensi kecerdasan kesuksesannya sebagai bekal dimasa depan. Penilaian dalam tes potensi kesuksesan ini dapat dilihat seperti di bawah ini, yaitu : a.
b. c.
10 soal untuk masing- masing aspek (kesuksesan pribadi, kesuksesan belajar, kesuksesan bersosialisasi, kesuksesan karier dan kesuksesan berbudi pekerti). Pada dasarnya masing-masing aspek terdapat 20 pertanyaan. Namun untuk pengguna yang dikeluarkan hanya 10 pertanyaan. Pilihan jawaban yang disediakan YA-TIDAKNETRAL. Poin yang berlaku untuk semua jawaban YA adalah 2, untuk TIDAK adalah 0, dan untuk NETRAL adalah 1
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
257
Untuk lebih jelasnya tentang skor penilaian dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Tabel skor dan poin dalam aplikasi m-KK
Skor
Poin
0-15
Potensi Sukses Rendah
16-25
Potensi Sukses Sedang
26-40
Potensi Sukses Tinggi
Berikut ini menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul untuk ke lima aspek. Pertanyaan untuk Tes Potensi Sukses Pribadi: a. b.
Apakah kamu percaya diri? Apakah kamu optimis dapat menyelesaikan suatu masalah yang terjadi? c. Apakah kamu punya banyak kawan? d. Apakah kamu merasa kamu energik? e. Apakah kamu pemberani? f. Apakah kamu merasa nyaman jika masuk dalam sebuah geng atau grup? g. Apakah kamu tipe orang yang pantang menyerah? h. Apakah kamu berani menegur orang yang baru kamu kenal dalam sebuah pensi? i. Apakah kamu optimis dalam setiap hal yang kamu lakukan? j. Apakah nilai-nilaimu di sekolah baik? k. Apakah kamu secara rutin belajar untuk pelajaran disekolah? l. Apakah kamu merasa dirimu adalah pribadi yang menarik? m. Apakah kamu tidak suka berbohong? n. Apakah kamu suka mempunyai teman baru? o. Apakah kamu suka berkawan? p. Apakah kamu mudah dekat dengan orang yang baru kamu kenal? q. Apakah kamu merasa nyaman jika bepergian ke mal sendirian? r. Apakah kamu punya banyak kawan? s. Apakah kamu merasa mandiri? t. Apakah kamu cenderung menyapa orang lain, sebelum mereka menyapamu?
Pertanyaan untuk Tes Potensi Sukses Belajar: a.
Apakah kamu selalu mendengarkan penjelasan guru saat menerangkan pelajaran? b. Apakah kamu selalu mengerjakan tugas dan pr dari sekolah dengan baik? c. Apakah kamu tidak kesulitan membagi waktu antara belajar dengan bermain bersama teman2? d. Apakah kamu senang mengulang pelajaran yang telah diberikan di rumah? e. Apakah kamu tidak kesulitan mengerjakan tugastugas yang diberikan disekolah? f. Apakah kamu merasa siap setiap kali menghadapi ulangan atau tes pelajaran? g. Apakah kamu merasa berprestasi akademik di sekolah? h. Apakah kamu mementingkan belajar untuk ulangan besok pagi dibandingkan dengan jalan2 ke mal? i. Apakah kamu merasa nyaman disekolahanmu? j. Apakah kamu punya keinginan yang kuat untuk menjadi pandai? k. Apakah kamu suka bekerja keras? l. Apakah kamu sering merasa penasaran mengerjakan soal tugas yang sangat sulit? m. Apakah kamu optimis dapat mengerjakan soalsoal tugas atau PR yang diberikan bapak/ ibu guru? n. Apakah kamu mempunyai target nilai untuk suatu mata pelajaran? o. Apakah kamu memiliki cita-cita yang sudah jelas? p. Apakah kamu memiliki strategi dalam belajar? q. Apakah kamu tidak bosan mengulang mata pelajaran yang sangat sulit? r. Apakah kamu merasa dirimu pantang menyerah untuk mencapai nilai pelajaran yang tinggi? s. Apakah kamu tidak mengalami kesulitan saat belajar dengan diri sendiri ataupun berkelompok dengan teman2? t. Apakah kamu senang mencoba sesuatu yang baru? Pertanyaan untuk Bersosialisasi: a. b. c. d. e. f.
258
Bandung, 9 Oktober 2010
Potensi
Sukses
Apakah kamu merasa menarik? Apakah kamu senang berkawan? Apakah kamu mudah punya teman baru? Apakah kamu tidak canggung berkenalan dengan orang baru? Apakah kamu tidak canggung menegur duluan orang yang baru kamu kenal? Apakah kamu percaya diri?
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Tes
g. h. i. j.
Apakah kamu suka menolong? Apakah punya kelompok atau geng disekolah? Apakah kamu merasa punya banyak teman? Apakah kamu tidak kesulitan belajar kelompok bersama teman2? k. Apakah kamu merasa teman-temanmu menyukaimu? l. Apakah kamu tidak canggung menolong teman yang baru kamu kenal? m. Apakah kamu suka berkenalan dengan orang baru? n. Apakah kamu senang membantu teman yang sedang kesusahan? o. Apakah kamu senang bergaul dengan banyak orang? p. Apakah kamu merasa mudah dekat dengan orang yang baru dikenal? q. Apakah kamu merasa mudah beradaptasi dengan lingkungan baru? r. Apakah kamu senang berorganisasi di sekolah? s. Apakah kamu senang berbaur dengan orang? t. Apakah kamu suka keramaian? Pertanyaan untuk Tes Potensi Sukses Berkarier: a. b. c.
Apakah kamu pekerja keras? Apakah kamu memiliki cita-cita dimasa depan? Apakah kamu sudah memiliki gambaran jurusan yang akan diambil nanti diperkuliahan? d. Apakah kamu sudah memiliki rencana jangka panjang untuk pendidikanmu? e. Apakah kamu merasa memiliki keahlian yang mendukung untuk mencapai cita-citamu? f. Apakah kamu pandai? g. Apakah kamu sudah memiliki gambaran jurusan apa yang akan diambil nanti di bangku SMU? h. Apakah kamu memiliki pekerjaan impian dimasa depan? i. Apakah kamu orang yang optimis? j. Apakah kamu pantang menyerah? k. Apakah kamu memiliku targer dalam pendidikanmu? l. Apakah kamu tertarik dengan suatu profesi pekerjaan? m. Apakah kamu memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai apa yang kamu inginkan? n. Apakah kamu rajin besosialisasi? o. Apakah kamu berkeinginan untuk tahu lebih lanjut tentang suatu profesi pekerjaan yang kamu minati? p. Apakah kamu memiliki target dalam pendidikanmu? q. Apakah kamu memiliki pekerjaan impian dimasa depan? r. Apakah kamu pekerja keras?
s. t.
Apakah kamu rajin bersosialisasi? Apakah kamu senang mencoba hal baru?
Pertanyaan untuk Tes Potensi Sukses Berbudi Pekerti: a. b. c.
Apakah kamu orang yang sopan? Apakah kamu menjunjung tinggi kesopanan? Apakah kamu tidak suka memaksakan kehendak pada orang lain? d. Jika kamu sedang terburu-buru pergi ke sekolah dan melihat seorang nenek hendak menyeberang jalan,apakah kamu akan menolongnya? e. Jika kamu menemukan dompet di jalan, apakah kamu akan mengembalikan kepada pemiliknya? f. Jika kamu hendak berjalan melewati orangtua, apakah kamu akan permisi saat melewatinya? g. Apakah kamu senang memperhatikan dan menyimak penjelasan bapak/ ibu guru? h. Apakah kamu senang menolong teman yang sedang kesusahan? i. Apakah kamu suka berpartisipasi dalam kerja bakti? j. Apakah kamu senang menjadi tempat curhat teman? k. Jika saat itu kamu tidak puasa, apakah kamu dapat menahan diri di teman yang sedang berpuasa? l. Jika kamu bertemu orang asing yang sedang tersesat, apakah kamu bersedia membantunya? m. Apakah kamu suka membantu orang tua membersihkan rumah? n. Jika ada teman yang berkelahi, apakah kamu berani melerainya? o. Apakah kamu senang berbagi dengan sesama? p. Apakah kamu berani menegur teman yang mencontek? q. Apakah kamu berani menolak teman yang meminta jawaban ulangan darimu? r. Apakah kamu selalu taat dan patuh pada perintah orang tua? s. Apakah kamu bersedia memberikan tempat dudukmu di bis, saat ada ibu dan anak balitanya yang tidak kebagian kursi? t. Apakah kamuakan memberikan sedekah pada pengemis yang kamu temui? 6.
Hasil dan Pembahasan “m-KK”.
Aplikasi “m-KK” merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk mengetahui potensi kecerdasan kesuksesan. Aplikasi ini telah berhasil dirancang dan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
259
dibangun dengan menggunakan tools Adobe Flash CS4 Professional sedangkan untuk menjalankan aplikasi ini di ponsel yang berbasis Nokia Series 60 edisi ke tiga atau yang lebih baru misalnya 3250, 5500 Sport, 5700, 6110 Navigator, 6120 Classic, 6121 Classic, 6290, E50, E51, E60, E61, E61i, E62, E65, E70, E90, N71, N73, N73 Music Edition, N75, N76, N77, N80, N80 IE, N81, N81 8GB, N82, N91, N91 8GB, N92, N93, N93i, N95, N95 US 3G, N95 8GB.dan Symbian ver.3.0 dan mendukung teknologi Flash Lite 2.0 atau Flash Lite 3.0. Secara khusus untuk Tes Potensi Kesuksesan di dalam aplikasi ini memiliki 5 tahap tes (untuk menguji 5 aspek yang dapat menentukan kesuksesan) pengujian yaitu: tes kesuksesan pribadi, tes kesuksesan belajar, tes kesuksesan bersosialisasi, tes kesuksesan karier dan tes kesuksesan berbudi pekerti. Gambar 1a dan 1b menunjukkan gambaran beberapa antarmuka aplikasi “m-KK”, misalnya halaman awal intro yang dianimasikan, menu utama, tes Potensi Kesuksesan, Kisah Orang Sukses, Tips Sukses, Tentang Aplikasi dan Ucapan Terimakasih.
Gambar 1b. Tampilan Antarmuka dan hasil tes potensi kesuksesan “m-KK” 7.
Kesimpulan dan Saran Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa aplikasi kecerdasan kesuksesan (“m-KK”) dengan pendekatan multimedia interaktif telah berhasil dirancang dan dibangun dengan menggunakan Adobe Flash CS4 Professional dengan teknologi Flash Lite 2.0. Aplikasi “m-KK” ini dibangun dengan mengintegrasikan ke empat elemen multimedia yaitu animasi, teks, gambar, dan suara. Saran untuk pengembangan berikutnya adalah pengembangan layanan konten ponsel untuk keperluan dunia pendidikan yaitu multimedia pembelajaran yang dapat diakses menggunakan piranti mobile yang ada misalnya ponsel, iPhone, BlackBerry, dll. 8.
Gambar 1a. Tampilan Antarmuka dan menu “m-KK”
260
Daftar Pustaka
[1] Suyoto, 2003, Desain dan Implementasi eKidsCV dengan Pendekatan Multimedia Interaktif, Laporan Penelitian. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. [2] Suyoto, 2006, Pengembangan m-ButaWarna Dengan Pendekatan Multimedia Interaktif, Laporan Penelitian, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. [3] Suyoto, 2008, Pengembangan Pengujian Buta Warna Melalui Ponsel dengan Pendekatan Multimedia Interaktif, Prosiding Konferensi Nasional Sistem Informasi 2008, Yogyakarta, 1415 Januari 2008, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. ISBN: 978-979-1153-28-7. [4] Kusumaputra, R Adhi, 2006, Internet, Kunci ke Babak Baru Pertumbuhan Industri Ponsel, Kompas, 29 November 2006.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
[5] Suyoto, 2005, Membuat Sendiri Aplikasi Ponsel, Gava Media, ISBN: 070-3469-80-3. [6] Suyoto, 2005, Grafika Komputer dengan J2ME?, Jurnal Teknologi Informasi AiTI, 2(2). [7] Suyoto, 2006, Aplikasi Fraktal pada Ponsel dengan J2ME, Jurnal Teknologi Industri, X(2). [8] Suyoto, 2006, Pengembangan Mobile Kamus Tiga Bahasa Dengan Pendekatan Multimedia Interaktif, Jurnal Informatika, 2(1). [9] Armansyah, 2002, Intelegency Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient dalam membentuk perilaku kerja. [10] Widianturo, Yos, 2009, Pengembangan Aplikasi Tes Personalitas dan Kemampuan Dalam Bidang Teknologi Informasi, Tugas Akhir, Teknik Informatika FTI UAJY, Yogyakarta. [11] Safaria,Triantoro, 2008, Successful Intelligence, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta. [12] Satiadarma, Monty dan Fidelis E . Waruwu, 2003, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor,Yogyakarta. [13] Sasmita, Suryadi, 2003, Top Secrets of Success, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. [14] Kartadinata, Sunaryo, dkk, 2007, Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. [15] Kartadinata Sunaryo, dkk, 2003, Petunjuk Penggunaan Program Khusus Analisis Tugas Perkembangan (ATP), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
261
Design of Product-Service System for Telkom Polytechnic IT System Risnandar Department of Information System, Telkom Polytechnic, Bandung __________________________________________________________________________________ Abstract Information technology strategies are more and more challenged to bring production with complex demands, which requires a substantial shift from production of goods to the provision of knowledge intensive systemic solutions. Solutions usually consist in a system of products and services at Telkom Polytechnic. Service cannot be held, and typically intangible, perishable, difficult to port, and hard to measure. Given their strategic business process relevance, such solutions have rightly been widely discussed in management and marketing disciplines, but in the design discipline, the methodological implications of Product-Service System (PSS) have rarely been discussed even though design components play a critical role in the development of Information Technology. This paper aims at exploring the disciplinary domains that may offer methodological suggestions for the design of PSS. The paper focuses on the design of PSS from a designer’s perspective and emphasizing the role of designers in developing innovative PSS. The other part outlines methodological tools that can be used when dealing with specific aspects of the design activity focused on Information Technology for Telkom Polytechnic using PSS. This paper also introduces a new thinking of design and deployment of competent and competitive service systems by taking account of these service’s unique characteristics. It aims to help promote and advance Service System that ultimately will empower IT service systems and make them highly adaptable and sustainable to the global, changing, and dynamic service environment to meet the severe competition challenges.
Keywords :design, IT, service, PSS _________________________________________________________________________________ fulfilled by material components. In some cases 1. Introduction certain properties of a product can only be achieved by services that complement or even replace the An integrated view on material and nonmaterial component. material components of products, “products” in the traditional meaning of the word and “services”, seems In the field of service engineering, a large number to be very promising. Such a holistic perception has of approaches exists to describe the term “service” been made in an implicit way for a long time, but an and to define it in a proper way. In this context, the explicit and systematic consideration is rather new. In main problem in Telkom Polytechnic is the border recent publications, the term Product-Service System between services and material products, which is (PSS) has been established for this type of integrated given by the integration of an External Factor and the business; where the traditional separation between Immateriality of the service. These terms define material and service components is given up and both “services” in a very conceptual stage, but are not are considered as potential means to fulfill customers’ suitable to support a design process. Information needs [1, 2, 3, 4, 5]. Considering material components Technology is boosting a process of radical change in and services of a product, “product” in an extended Telkom Polytechnic organization. One of the sense, fully integrated and on equal terms, it can not emerging phenomena is the increased distance be determined in advance which requirements will be between physical flows (share service, distribution fulfilled by services and which requirements will be and consumption of products) and academic services. 262
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
The most tangible effect of this phenomenon is the change in the relation between work activities and work places. However such activities are not fully supported by appropriate infrastructure and services. The challenge for the future of performance consists of the development of such infrastructure and service.
The Theory In order to better define the cultural context for the design activity in the development of ProductService Systems a definition of the main term is essential. Each term defined in this section refers to large disciplinary perspectives, whose extension goes beyond the scope of the present paper. The proposed definitions are therefore limited to a logical domain defined by the intersection of design culture with the practice of service management and development. Goedkoop et al [6] define a product as a tangible commodity manufactured to be sold. Manzini [7], instead, emphasizes the nature of artifacts of products. From this point of view a product is the result of a long, slow, ripening process aimed at the use, satisfaction and support of the activity of others. This perspective emphasize an important difference between products and services: while in services the work of the service providers is directly and immediately offered to the customers, in product the work and the utility values are embedded in the products and transmitted through the product to the customers. Goedkoop et al [6] define a Service as an activity (work) done for others with an economic value and often done on a commercial basis. The industrialization of services has generated the automation of some of the work activities included in a service (for instance ATM and Internet banking have replaced the work of bank clerk.) for this reason also work done by automated systems should be included in such category. For the purpose of this paper a System as a collection of elements (products and services and their implicit social, cultural and economic values) including their relations. A Product-Service System (PSS) as a marketable set of products and services capable of jointly
fulfilling a user's need [6]. This concept can be better defined from at least three different perspectives suggested by marketing practices [7]. a) From a traditional marketing perspective notion of PSS derives from the evolution of product idea from an entity that’s reducible to its material component to an entity whose material component is inseparable from immaterial one, the service system within which is used [8]. b) From a service marketing perspective the PSS represents the evolution of traditional generic and standardized services towards targeted and personalized ones [8]. From the perspective of IT service marketing the notion of PSS represent a way of emphasizing new opportunities generated by the evolution of IT [8]. 2. Methodology Methodology may need a more thorough exploration in the potential phase, especially for this cases in which planning, preparation, assignation, operation and monitoring, omission, agreement/contract, and recycle. Like services, IT systems are a series of events distributed in time, in which users are supposed to interact with a pre-designed set of elements. Polytechnic Telkom IT System in the PSS model is divided into two phase, that are Service Design and Service Management.
Fig. 1. Telkom Polytechnic IT System Model using PSS First phase in service design, it can do planning. Planning include consultancy and asset audit, solution design, strategy, finance, contract, and documentation. Second phase, preparation. Preparation includes asset evaluation, software system, and asset repository. Then, the end phase is
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
263
assignation. Assignation include forwarding of service system, IT service management, asset allocation, out of condition peripheral destruction, run and test asset, data transfer, and data abolition. Then phase in service management are operation and monitoring include consultancy, back up and disaster handling, asset management, and performance monitoring. Next phase is omission. It can do data omission in hard disk, peripheral omission that has been productive, operational testing, inspection, data security in hard disk, package take out and asset, and asset purchasing. Then, agreement/contract includes consultancy, renewal process, product remarketing, and innovate contract. Then the end of phase in service management is recycled. Recycle include process of asset recycle, resurrecting/innovation/component recycle, and safe final usage. 3.
No.
2.
Phase
Preparation
Activity d)
Finance
Management Team compiles Work schedule and relation/link between investment and process that conducted each team
e)
Contract
Management Commitment to conduct review from each team
f)
Logistics/ Documentatio n
Management Team affirms that required information have the shape of documentation and service with simple and easy language understood by users.
a)
Asset Evaluation
Evaluation of asset need and IT service audit result early
b)
Software System
Identify IT need pass by communication with users.
c)
Asset Repository
Team prepares IT asset planning repository during system development
a)
Forwarding of Service System
Every process that conducted by team must make users interests, balmy, and user-friendly
b)
IT Service Management
Team can manage IT service effectively
c)
Asset Allocation
After IT asset put into uses, team must can allocate asset correctly
d)
Out of Condition Peripheral Destruction
After team allocated IT asset correctly, if (there are) any out of condition peripheral/destroy, team has prepared to annihilate peripheral that has functioned next, until user remain to be balmy and user feels enough served.
Results
PSS is the result of the interaction between different actors and technological elements during the use phase. The results of this analysis are in the TABLE I. : TABLE I PSS DESIGN ROADMAP FOR TELKOM POLYTECHNIC IT SYSTEM
No. 1.
Phase Planning
Activity a)
b)
c)
264
3.
Assignation
Roadmap
Consultancy and Asset Audit
Conduct/consultancy to users pass by training team and support by make asset planning required just for IT development
Solution Design
Every team must answer suggestion and sigh that given by users or between each team process.
Strategy
Block in strategic IT development
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Roadmap
No.
Phase
Activity
Operation and
Run and Test Asset
IT that has been built, must conducted its reliability testing and quality.
f)
Data Transfer
In activity transfer data by user, at this phase team conducts to communication to user.
a)
Data Abolition
Consultancy
Monitoring b)
c)
5.
Omission
No.
e)
g)
4.
Roadmap
Back up and Disaster Handling
Asset Management
Phase
Team conducts communication to user if (there are) any data that has been needed next Management Team and training conduct consultancy hits IT operation After IT service are operated, team must prepared strategic plan to lessen negative impact was from disaster that in a moment can happen
6.
Agreement/
Performance Monitoring
IT Performance must evaluated and noted each time operated.
a)
Data Omission in Hard disk
If data in hard-disk already full, then periodical, data of marginal importance/not used next must vanished
b)
Peripheral Omission that has been productive
Team must conduct upgrade every periodic certain, if peripheral has been productive next its performance.
c)
Operational Testing
Every data in harddisk are vanished or in-upgrade peripheral must tested return its performance.
Roadmap
d)
Inspection
Management Team must conduct inspection every periodic certain to monitor system performance
e)
Data Security in hard disk
Team also must conduct consultancy in the first beforehand to user hit data security in hard-disk
f)
Package Take out and Asset
Team conducts take out if (there are) any asset/peripheral that has been productive its performance.
g)
Asset Purchasing
After team conducts asset take out that not productive, team must conduct purchasing returns its substitution asset.
a)
Consultancy
Management Team conducts consultancy in every same work agreement IT service improvement.
b)
Renewal Process
Management Team and user conduct evaluation to existing service, if needed team innovates new service its.
c)
Product Remarketing
IT Service Product is always evaluated, until educative value and improve users achievement
d)
Innovate Contract
If (there are) any new service or system change, management team and user must innovate/revise contract
Contract
Tim and user must conduct management to IT asset properly
d)
Activity
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
265
No. 7.
Phase Recycle
Activity a)
b)
c)
4.
Process of Asset Recycle
Management Team conducts recycle returns if (there are) any asset/peripheral that can be recycled to be used optimally.
Resurrecting/In novation/ Component Recycle
Asset/peripheral of recycle result must evaluated its use periodical.
Safe Final Usage
Management Team guarantees security to user, until security user and balmy with the usage of asset/peripheral of recycle result.
Conclusion
PSS is need to integrate IT system and services with existing system, and the anticipated transition to mobile services are motivating Telkom Polytechnic to pursue more alliances with both software and hardware users. This paper is important to note that while many expect IT system to make a positive contribution to improving service, it should be remembered that IT system is a tool for user, not a strategy. When IT system comes to service, users at Telkom Polytechnic do it all. User design it, deliver it, and they buy it. The potential for improving service performance through IT system supporting satisfied staff satisfying customers is untapped by most division in Telkom Polytechnic. ACKNOWLEDGMENT
This paper was written within the context of the Research and Project Groups, funded by Telkom Polytechnic.
266
REFERENCES
Roadmap
[1] Gomez, L; Pasa, C.: The Influence of Cultural Factors in the Implementation of ProductService Systems. Proceedings of ICED03, Stockholm, DS 31, pp. 411, 2003. [2] Bullinger, H.-J.; Fähnrich, K.-P.; Meiren, T.: Service Engineering – Methodical Development of New Service Products. International Journal of Production Economics 85, 3, pp. 275, 2003. [3] Botta, C.; Steinbach, M.: Integrated View on Products and Services – Product-Service Systems. Proceedings of the 5th Conference on Modern Information Technology in the Innovation Processes of the Industrial Enterprises (MITIP), German Research Center for Artificial Intelligence, Saarbruecken/Germany, p. 37-42, 2004. [4] Tomiyama, T.: DeServE – Design and Use of New Artifacts by Service Engineering; Presentation at the Design Society annual meeting, Rigi-Kaltbad, 2002. [5] Mont, O.: learning the lessons, paving the way, Sustainable Product-Service-Systems: state of the art (SusProNet), 1st International Confernce, Amsterdam, 2003. [6] Goedkoop, M.J, van Halen C.J.G., te Riele, H.R.M. and Rommens, P.J.M, Product Service Systems,Ecological and Economic Basics, Ministry of Housing, Spatial Planning and the Environment Communications Directorate, The Hague, The Netherlands, 1999. [7] Manzini, Ezio, 'Designing Sustainability Leapfrog: Anticipations of a Possible Future', in Domus 789, January 1997, pp 46-47, 1997. [8] Morelli, Nicola, Designing product/service systems, A methodological exploration, Centre for Design at RMIT University, Published on Design Issues, Vol. 18, N.3, , pp. 3-17, Summer, 2002.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Integrasi Teknologi Informasi dan Supply Chain Management (Studi Kasus : PT. X, West Java) 1 Risnandar, 2Parama Tirta Wulandari W.K 1
Department of Information System, Telkom Polytechnic, Bandung 2
Center for Appropriate Technology Development
Abstract Supply Chain Management (SCM) dapat digunakan untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang memiliki value added. Aktivitas SCM di sini mulai dari pengadaan bahan baku, proses transformasi hingga pendistribusian pada konsumen. Sebuah perusahaan perlu menganalisis dan menentukan partner dalam supply chain yang saling terintegrasi, dalam arti kedekatan dalam melakukan kolaborasi, termasuk information sharing. Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam Supply Chain Management (SCM), melalui Teknologi Informasi dapat diciptakan alur komunikasi yang jelas antar setiap kegiatan dan jaringan pendistribusian informasi yang berhubungan dengan para pelaku dari sistem tersebut. Penelitian yang dilakukan di PT. X Jawa Barat ini merupakan perusahaan bergerak di bidang proses minuman sari buah. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suatu model SCM yang berbasis pada Teknologi Informasi dengan melibatkan seluruh aktivitas SCM yang berada di PT. X. Hasil penelitian akan memberikan rekomendasi pada PT X mengenai model SCM dari aktivitas yang terdapat di dalamnya dan untuk menciptakan alur information sharing dari berbagai pelaku dalam aktivitas proses produksi yang terjadi di PT.X.
Kata Kunci : SCM, TI, inormation sharing
__________________________________________________________________________________ 1. Pendahuluan Sistem Produksi di PT. X Subang, Jawa Barat, masih menerapkan sistem terpisah, saling berdiri sendiri, sehingga sering menimbulkan ketidakseimbangan pada proses produksi dan juga sistem distribusi produk-produknya. Mulai dari masalah dari setiap lini produksi, terjadinya kekurangan stok bahan baku utama, distibusi produk yang belum optimal hingga kapasitas produk yang fluktuatif. Pokok permasalahan yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh ketidak seimbangan informasi antar tiap aktivitas proses, mulai dari supplier, manufaktur, pergudangan hingga pendistribusian. Kurangnya
koordinasi
antara
supplier,
manufaktur-pergudangan hingga distribusi akan menimbulkan alur informasi yang tidak jelas. Pasokan bahan baku, distribusi produk jadi yang tidak tepat, juga merupakan masalah yang sering mempengaruhi proes produksi, sehingga terjadi penundaan produksi dan kualitas produk terganggu. Untuk itu perlu dibuat suatu pola hubungan komunikasi dan distribusi antara pelaku yang berada dalam system produksi yang dapat mengurangi masalah masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan pendekatan Supply Chain Management. Pengelolaan koordinasi antar entitas supply chain merupakan hal yang sangat penting dan bisa menjadi sebuah strategi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan mempersolid kinerja SCM. Namun, perlu dibahas model information sharing yang dapat memberikan manfaat kepada
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
267
pihak-pihak anggota sebuah supply chain dan tetap menjaga independensi setiap perusahaan, karena tidak bisa dipastikan dengan mudah. Identifikasi masalah dalam penelitian ini di antaranya : bentuk pertukaran informasi yang sebaiknya dilakukan; informasi yang bisa dipertukarkan; model information sharing yang yang paling baik untuk diterapkan dalam meningkatkan efisiensi SCM; dan kebutuhan infrastruktur teknologi informasi dalam menunjang information sharing.
merupakan anggota akhir dari sistem SCM dalam proses penjualan dan konsumsi. Aliran distribusi produk pertanian secara umum dapat dig.ambarkan seperti pada Gambar 1. Agen, pengecer dan konsumen merupakan anggota SCM paling hilir yang terlibat dalam kegiatan penjualan dan konsumsi produk-produk pertanian. Pada gambar diatas terlihat aliran informasi (dari kanan kekiri) dan aliran produk/material (dari kiri ke kanan).
Landasan Teori 1.3.1 Supply Chain Management (SCM) Supply Chain Management (SCM) merupakan salah satu konsep pengelolaan aktivitas produksi melalui integrasi yang terbentuk di antara pemasok (supplier), pembuat (producer-manufacture), penyalur (distributor), gudang (warehouse), dan penjual (retail) serta konsumen, sehingga diperoleh suatu pola distribusi produk dengan jumlah, lokasi dan waktu yang tepat yang pada akhirnya dapat meminimalisasi biaya dengan tetap meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Dengan pesatnya penggunaan teknologi informasi, SCM saat ini dapat dikelompokkan dalam suatu ekonomi baru dengan paradigma : kompetisi berbasis waktu; terciptanya sinkronisasi fungsi-fungsi yang ada di perusahaan; layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pemasok dan pengguna; dan meningkatkan konsolidasi antara pemasok dan perusahaan [1]. Hubungan antar anggota SCM dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut : pemasok bahan baku (Supplier); manufaktur (Proses Produksi); pergudangan (Warehouse); distribusi; retailer; dan konsumen. Pemasok bahan baku berfungsi sebagai penyedia bahan baku utama dan sarana pendukung proses produksi,seperti mesin, bahan pengemas, dus dan sarana pendukung lain. Manufaktur atau Producer dalam hal ini adalah industri pengolah makanan berfungsi mengolah hasil produk pertanian petani menjadi produk olahan, yaitu berupa minuman jus buah. Warehouse, merupakan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah namun sangat dibutuhkan sebagai perantara aktivitas industri menuju ke konsumen. Agen, pengecer dan konsumer 268
Gambar 1. Operasi Supply Chain yang Belum Menerapkan Koordinasi/Information Sharing [2]
Gambar 2. Operasi Supply Chain yang Menerapkan Beberapa Koordinasi/Information Sharing [2]
Gambar 3. Operasi Supply Chain yang Menerapkan Koordinasi/Information Sharing [2] 1.3.2
Koordinasi Supply Chain
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Koordinasi pada supply chain dapat ditingkatkan apabila setiap tahapan mengambil tindakan bersamasama untuk meningkatkan laba total supply chain. Kurangnya koordinasi timbul karena setiap tahapan yang berbeda memiliki tujuan yang bertentangan atau terdistorsinya aliran informasi pada supply chain. Aliran informasi yang bergerak di dalam supply chain mengalami distorsi karena tidak semua informasi yang lengkap dibagikan kepada tahapan yang lain. Distorsi yang terjadi semakin diperburuk dengan adanya variasi produk yang semakin beragam. Hasil pengamatan terhadap permintaan yang terjadi pada supply chain menunjukkan bahwa permintaan konsumen akhir terhadap suatu jenis produk tertentu tidak terlalu bervariasi, akan tetapi permintaan ke tahapan berikutnya semakin berfluktuasi. Peningkatan variabilitas permintaan dalam supply chain semakin bergerak ke atas menuju supllier disebut dengan ”BullwhipEffect”. [3]
Gambar 4. Skema Koordinasi Supply Chain [4]
1.3.3 Information sharing dalam SCM Informasi adalah sekumpulan data yang sudah dikelompokkan, diolah, dan dikomunikasikan untuk kebutuhan yang masuk akal dan bermakna atau bermanfaat. Informasi merupakan decision support agar kebijakan yang diambil oleh sebuah pelaku usaha representatif dalam menanggapi kondisi yang dihadapi. Oleh karena itu, informasi yang digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan harus diperoleh pada saat yang tepat, secara cepat, dan memiliki kualitas yang baik. Informasi seharusnya dapat diperoleh dengan cepat agar keputusan sebagai
respon terhadap perubahan kondisi yang terjadi juga dapat diambil pada saat yang tepat. Namun demikian, informasi yang cepat juga menjadi tidak bermakna ketika informasi tersebut tidak berkualitas, dalam arti informasi tersebut tidak menggambarkan secara tepat tentang kondisi yang sebenarnya terjadi. Akibat dari informasi yang tidak berkualitas tentu saja adalah keputusan yang dihasilkan juga menjadi tidak representatif. Beberapa pertanyaan muncul terkait dengan peran informasi dan strategi dalam pengelolaan informasi dalam supply chain. Pertanyaan pertama adalah mengenai dengan siapa sebuah perusahaan yang menjadi bagian dalam supply chain harus berbagi informasi. Sebuah perusahaan perlu memperkirakan dengan sangat hati-hati untuk menentukan dengan partner yang mana dalam supply chain mereka harus melakukan integrasi yang cukup erat, dalam arti kedekatan dalam melakukan kolaborasi, termasuk berbagi informasi (information sharing). Tingkat keeratan kolaborasi dan integrasi antar bagian dalam suppply chain dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang meliputi kemampuan perusahaan, kompleksitas produk, dan budaya perusahaan [5, 6] Karena informationsharing adalah dasar dari integrasi supply chain, keputusan-keputusan dalam level integrasi sangat terkait dengan keputusan tentang informasi apa yang harus di-share-kan dan bagaimana informasi tersebut harus dipertukarkan [6]. Desain konfigurasi supply chain tidak hanya memperkirakan dengan siapa perusahaan harus berkolaborasi atau berintegrasi tetapi juga mendesain bagaimana aktivitas perusahaan terkait atau terhubung dengan aktivitas yang sama dari perusahaan lain (partner) dan menentukan informasi apa yang bisa dan boleh diakses oleh partner [5, 6]
1.3.4 Manajemen Konsep SCM Keberhasilan penerapan SCM sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan para pemain SCM dalam mengikuti aturan yang ada, untuk itu diperlukan suatu manajemen yang dapat menjalankan SCM sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Disamping itu dengan digunakannya IT dalam mendukung semua kegiatan baik informasi maupun pergerakan produk, sisteminformasi yang
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
269
ada harus dijaga kebaruan maupun keamanan dan kehandalannya.
1.3.4
Sistem Teknologi Informasi (TI) dan SCM
Ketika mendiskusikan penggunaan TI dalam SCM, maka akan mengacu pada penggunaan sistem yang inter-organisasi dan digunakan untuk information sharing atau pemrosesan yang melintasi batasan-batasan organisasi. Amstrong dan Hagel [7] berpendapat bahwa awal mula sebuah evolusi pada supply chain menuju kalangan bisnis secara online. Baru-baru ini dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang meliputi Electronic Data Interchange (EDI), Internet melalui World Wide Web (WWW), maka konsep desain supply chain telah menjadi satu paradigma operasi populer. Kompleksitas SCM telah memaksa perusahaan untuk menggunakan sistem komunikasi secara online. Sebagai contoh, internet dapat meningkatkan kesempurnaan dalam berkomunikasi melalui interaktivitas yang lebih besar antara perusahaan dan pelanggan. Dengan kata lain, TI dapat mengurangi biaya transaksi antara pembeli dan pemasok serta menciptakan relational yang lebih kooperatif dan menjaga hubungan antara pemasok-pembeli menjadi lebih dekat. [7]
2. Metodologi 2.1 TI pada Purchasing Penggunaan TI dalam mengelola pembelian supply chain telah berkembang dengan cepat selama 10 tahun terakhir ini. Penelitian menunjukkan bahwa TI dapat digunakan dalam berbagai aplikasi pengadaan termasuk komunikasi dengan vendor, pemeriksaan harga, dan membuat pembelian dari katalog vendor. Negosiasi vendor juga dapat disederhanakan melalui penggunaan TI. Negosiasi face toface bisa dilakukan melalui TI, yan meliputi penawaran, negosiasi, harga, dan perjanjian. Penggunaan TI lebih populer dalam supply chain untuk memproses aplikasi. Penggunaan TI yang paling sering digunakan adalah pengurutan 270
tempat dan status pesanan. Lebih dari setengah penggunaan perusahaan TI untuk tujuan ini. Hal ini telah secara dramatis mengurangi biaya pemrosesan perintah/pesanan. Penggunaan TI dalam proses pengurutan telah mengurangi tingkat error. Error saat ini mudah dideteksi dengan mudah dan lebih cepat.
2.2 TI pada Operasional Penelitian telah memperlihatkan bahwa penggunaan TI yang paling populer pada era sekarang ini adalah komunikasi yang menyediakan sisa stok yang sudah dibeli pelanggan kepada vendor, atau pemberitahuan untuk menyediakan stok oleh perusahaan ke pelanggan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kemampuan perusahaan untuk memberitahu pelanggan mengenai pengiriman pesanan yang delay dan kondisi persediaan barang, dalam rangka mengurangi lead-time pengiriman dan persediaan barang. Penjadwalan dalam produksi mempunyai model tradisional sedang mengarah menuju SCM yang cukup komplek. TI memungkinkan perusahaan untuk meminimumkan tingkat kesulitan dalam penjadwalan produksi dengan cara meningkatkan komunikasi antara vendor, perusahaan, dan pelanggan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari perusahaan mulai menggunakan TI untuk mengkoordinir program perusahaan dengan vendor. Selain itu, sebagian dari perusahaan sedang memulai untuk menggunakan TI untuk mengkoordinir jadwal produksi dengan vendor. 2.3 TI pada Customer Relationships Dengan cara memusatkan pada kepuasan pelanggan secara penuh, suatu perusahaan bisa meningkatkan proses mengirimkan layanan yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Kepuasan pelanggan dikendalikan secara bertahap di luar TQM, manajemen kualitas keseluruhan. Dengan peningkatan saat ini melalui kecepatan TI, TI telah menyiapkan perusahaan dengan kemampuan untuk menawarkan pelanggan lain dengan cara
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
menghubungi perusahaan mengenai isu layanan dan mengintegrasikan pelanggan melalui information sharing untuk membawa manfaat yang besar kepada kedua belah pihak, yaitu pelanggan dan perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari perusahaan menggunakan TI untuk menerima keluhan pelanggan, sementara di sisi lain penggunaan TI untuk pemberitahuan yang darurat. 2.4 TI pada Vendor Kepercayaan memainkan peran kunci dalam hubungan antar organisasi di mana TI memberikan fasilitas di dalamnya. Kepercayaan terjadi ketika suatu pihak percaya bahwa mitranya handal dan baik hati. Peningkatan kepercayaan Kebutuhan antara mitra mengidentifikasikan sebagai satu elemen hubungan pemasok-pembeli yang cukup penting dalam SCM. Beberapa penelitian meyakinkan di mana hubungan pemasok-pembeli yang sukses dengan adanya hubungan tingkat tinggi dari information sharing. Kualitas dan kuantitas information sharing mengacu pada tingkat kompleksitas informasi dalam berkomunikasi pada mitra dalam supply chain. TI membuka kolaboratif ke arah efek yang positif terhadap hubungan internal perusahaan. 2.5 TI pada Perusahaan Organisasi mempunyai tingkat standar prosedur dan semua orang melatih prosedur-prosedur ini serta melakukannya. Namun, perubahan pasar yang terus menerus penting untuk untuk menginovasi, menawarkan paket layanan baru dan hubungan organisasi baru dengan pelanggan. Untuk melakukan ini memerlukan perubahan yang mendorong inovasi, mempertahankan stabilitas prosedur-prosedur yang sudah ada sampai inovasi yuang siap untuk diadopsi secara luas. TI bisa mengatasi masalah ini. Pemakaian TI dalam konteks ukuran perusahaan dengan mengukur jumlah karyawan dan volume penjualan. Sejalan dengan diukurnya jumlah karyawan, perusahaan yang lebih besar lebih mungkin untuk menggunakan TI dalam berkomunikasi dengan pelanggan dalam status pemesanan dan untuk mengelola fungsi layanan kepada pelanggan. Setiap pelanggan dan setiap situasi tentu akan berbeda. Jika perusahaan sedang melayani satu pelanggan utama, kemudian mengkoordinir layanan
lain, akan berbeda pula. Pada setiap situasi, ada karakteristik lokal yang unik, khusus, bisnis unik, dan cara melakukannya yang efektif. TI akan membuat seimbang antara keseragaman yang diinginkan dalam bisnis global dan lokal. TI juga mempunyai dampak besar terhadap peningkatan proses ini. Sekarang ini TI mempunyai dampak besar terhadap perusahaan dalam SCM. Framework berikut ini memperlihatkan dampak TI terhadap SCM :
Gambar 5. IT on SCM 3. Hasil dan Pembahasan Supply Chain Management untuk pengelolaan produk-produk pertanian bukan merupakan sesuatu hal yang baru, terutama di negara maju, seperti Jepang dan Amerika. Namun di Indonesia hal ini akan menjadi tanda tanya besar, ketika SCM akan diaplikasikan. Untuk itu beberapa langkah penting harus dilakukan dalam menerapkan SCM, khususnya pada distribusi produk-produk pertanian. Pertama, gambarkan dengan rinci hubungan antara anggotaanggota dalam sistem SCM, termasuk jenis hubungan dan aliran-aliran informasi dan produk yang dibutuhkan. Kedua, gambarkan proses proses bisnis yang ada di dalam SCM secara rinci. Hal ini berguna dalam menentukan ruang lingkup, terutama dengan digunakannya Teknologi Informasi sebagai urat nadi keberhasilan penerapan SCM. Ketiga, tentukan manajemen konsep SCM, meliputi aturan main dan hal-hal yang harus diikuti oleh semua pemain yang berada didalam SCM. Keberhasilan para petani di Jepang dan Amerika dalam
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
271
menerapkan SCM, ditentukan oleh kedisiplinan mereka dalam menjaga SCM dengan senantiasa mentaati aturan-aturan yang ada dan tentunya memanfaatkan Teknologi Informasi seluas-luasnya. Konsep yang dibahas pada makalah ini masih harus dikembangkan lebih lanjut, terutama bila akan diaplikasikan secara nyata. Berikut ini SCM yang terjadi di setiap divisi yang ada di PT. X, Subang.
Gambar 6. Proses Pemesanan Produk Pendukung Gambar 9. Proses Produksi Sari Buah di PT. X
Gambar 7. Alur Produk di PT. X
Gambar 10. Infrastruktur TI di PT. X 4.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diberikan kesimpulan berikut ini. 1. Kompleksitas Struktur Supply Chain Gambar 8. Alur Informasi di Divisi Sales
272
Adanya kompleksitas yang melibatkan internal PT.X maupun eksternal perusahaan. Internal perusahaan, misalnya antara bagian marketing dengan produksi, marketing seringkali membuat
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
kesepakatan dengan pelanggan tanpa mengecek secara baik kemampuan produksi, perubahan jadwal produksi secara tiba-tiba karena marketing menyepakati perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain bagian produksi sering resistant dengan perubahan mendadak. Eksternal perusahaan, misalnya antara supplier yang menginginkan pemesanan produknya jauh-jauh hari sebelum waktu pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga menginginkan pengiriman segera setelah produksinya selesai. Disisi lain perusahaan menghendaki fleksibilitas yang tinggi dengan mengubah jumlah, spesifikasi maupun jadual pengiriman bahan baku yang dipesan. 2. Kompleksitas yang lain adalah pembayaran, budaya dan bahasa.
dalam
3. Ketidakpastian Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety time, atau kapasitas produksi maupun transportasi. Sumber ketidakpastian di antaranya : ketidakpastian pembeli; ketidakpastian dari supplier, terkait dengan pengiriman, harga, kualitas maupun kuantitas; dan ketidakpastian internal yang bisa disebabkan kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun kualitas produksi. 5.
No. 199. Institute of Information Sharing University of Bern. [3] Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., dan SimchiLevi, E. 2000. Designing and Managing the Supply Chain hal.1. Amerika Serikat: McGraw-Hill Companies. [4] Arshinder, Kanda, A. dan Deshmukh S.G. 2008. Supply Chain Coordinati on: Perspectives, Empirical Studies and Research Directions. Hal 315--335. Diterbitkan dalam International Jurnal Production Economics. [5] Cooper, W.W., Seiford L.M., dan Tone. 2000. Data envelopment Analysis: A Comprehensive text with Models, Application, Reference and DEA solver software. Kluwer Academic Publisher. Boston [6] Baihaqi, I. dan Beaumnont, N. 2005. Information Sharing in Supply Chain: A Literature Review and Research Agenda. Working Paper 45/05. Departement of Management Working Paper Series ISSN 1327 – 5216 Monash University [7] Karami, Mohamad Amin, The Impact of IT on Supply Chain Management, 2009.
Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam konteks Supply Chain Manajement, yaitu dalam e-Procurement dan e-Fulfilment. REFERENCES
[1] Blanchard, B.S. 2003. Logistics Engineering and Mangement Sixth Edition hal 146-147, Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education. Inc. [2] Schmidt, R. 2007. Impact of Information Sharing and Order Agregation Strategies on Supply Chain Performance. Working Paper
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
273
IDENTIFIKASI GEJALA PENDERITA KOLESTEROL MELALUI POLA IRIS MATA DENGAN METODE BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK Malakut Banu Hutomo1), Aris Sugiharto 2), Eko Adi Sarwoko) Abstrak Salah satu bidang dalam dunia kedokteran untuk mengidentifikasi adanya gangguan kolesterol dalam tubuh manusia adalah dengan menggunakan iridologi. Iridologi merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi dalam tubuh melalui pola iris mata, biasanya analisa iridologi dilakukan secara manual oleh pakar iridologi. Pada tugas akhir ini dibuat perangkat lunak yang dapat mengidentifikasi gangguan kolesterol pada tubuh manusia, dengan menggunakan prinsip iridologi. Sistem kerja dari perangkat lunak ini yaitu mengambil gambar mata secara offline kemudian dikonversi citra dari RGB ke grayscale. Citra iris mata yang telah dikonversi ke grayscale, di thresholding dengan nilai tertentu dan dihitung nilai tiap pixel untuk dijumlahkan sehingga menghasilkan sejumlah data numerik. Data numerik ini dijadikan input untuk proses jaringan syaraf tiruan yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi iris mata normal, gejala kolesterol, kolesterol sub-akut, kolesterol akut. Dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan dengan metode Back Propagation Neural Network (BPNN)perangkat lunak ini mampu mengidentifikasi citra iris mata yang diujikan. Kata Kunci : iris mata, iridologi, gejala kolesterol, back propagation neural networ 1.
PENDAHULUAN
Dalam bidang kesehatan terdapat suatu ilmu kedokteran yang digunakan untuk mengetahui gangguan dalam tubuh manusia melalui iris mata yaitu Iridologi. Iridologi dapat mengetahui beberapa penyakit seperti masalah pencernaan, tingkat stres seseorang dan adanya gangguan kolesterol. Iridologi merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi dalam tubuh melalui pola iris mata [7]. Iridologi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Kriege dalam bukunya Chiromatica Medica di Dresden Jerman pada tahun 1670. Selanjutnya Chart of Iridologi dikembangkan oleh Bernard Jensen yang dikenal sebagai Bapak Iridologi Modern. Diagnosa melalui iris mata dapat menunjukan keadaan organ tubuh. Adanya gangguan atau penurunan fungsi organ tubuh direfleksikan pada iris mata dalam bentuk perubahan struktur anyaman serabut syaraf iris mata. Mata memiliki kurang lebih 28 ribu syaraf otonom yang terhubung dengan syaraf-syaraf organ tubuh lainnya. Tanda-tanda lingkaran kolesterol pada iris mata dapat dikenali dengan menunjukan adanya lingkaran putih kelam pada bagian terluar iris yang berbatasan dengan sclera. Adanya lingkaran kolesterol pada iris mata 274
dapat mengindikasikan gangguan kolesterol pada manusia[3]. Identifikasi kolesterol melalui pola iris mata merupakan salah satu manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala penderita kolesterol berdasarkan prinsip Iridologi dengan algoritma Back PropagationNeural Network (BPNN). BPNNpertama kali diperkenalkan oleh Rumelhart pada tahun 1986. Rumelhart telah berhasil menemukan algoritma BPNN yang terdiri atas beberapa layar setelah algoritma Perceptrondengan layar tunggalnya memiliki keterbatasan dalam proses pengenalan pola, pada penelitian ini dibuat aplikasi perangkat lunak yang dapat mengidentifikasi gejala penderita kolesterol melalui iris mata berdasarkan prinsip Iridologi dengan metode pembelajaran Back PropagationNeural Network (BPNN). 1. DASAR TEORI 1.1 Pengolahan Citra Citra digital adalah citra yang didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) dengan x menyatakan baris, y menyatakan kolom, dan f menyatakan nilai derajat keabuan pada citra. Dengan demikian (x,y) adalah posisi dari pixel dan f adalah nilai derajat keabuan pada titik (x,y).
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Pengolahan citra adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah gambar sehingga menghasilkan gambar lain yang kualitasnya lebih baik [4]. Operasi-operasi yang dilakukan di dalam pengolahan citra diantaranya adalah sebagai berikut[4] : 1. Grayscale digunakan untuk mengkonversi citra berwarna menjadi citra hitam putih untuk memudahkan proses pengolahan citra pada tahap selanjutnya yaitu pengambangan. Citra berwarna mempunyai tiga kombinasi warna yaitu red (r), green (g), dan blue (b), untuk mendapat citra grayscale maka ke tiga kombinasi warna tersebut dirata-rata. 2. Thresholding atau Pengambangan, Citra yang diproses dengan menggunakan operasi pengambangan dikelompokkan berdasarkan nilai derajat keabuan setiap pixel ke dalam 2 kelas, yaitu hitam dan putih. Citra yang dihasilkan melalui operasi pengambangan inilah yang disebut sebagai citra biner, pengambangan bertujuan untuk menghasilkan sejumlah data numerik yang bernilai 0 dan 1 yang akan diproses oleh BPNN. 3. Cropping atau Pemotongan, Pemotongan merupakan operasi yang dilakukan dengan menghilangkan bagian-bagian citra yang tidak diperlukan, sehingga citra yang dihasilkan mempunyai jumlah pixel yang lebih kecil daripada citra sebelumnya. 4. Resize atau Perubahan ukuran, Sedangkan operasi perubahan ukuran menjadikan jumlah pixel pada citra berubah sesuai dengan nilai masukan yang diinginkan. Nilai masukan dapat berupa nilai penskalaan ataupun jumlah pixel sesuai yang diinginkan.
psikologis. Jejak rekaman yang berkaitan dengan tingkat-tingkat intensitas perubahan atau penyimpangan organ-organ tubuh yang disebabkan gangguan penyakit terdata secara sistematis serta terpola pada iris mata dan sekitarnya. Hal ini dapat dijadikan pedoman praktis untuk melakukan deteksi terhadap berbagai penyakit, khususnya yang bersifat laten/tersembunyi, atau yang bersifat akumulatif, sehingga penyakit seperti ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang spesifik seperti adanya lingkaran putih, bahkan pada stadiumstadium awal tidak disertai gejala klinik yang dirasakan pasien secara nyata. Beberapa jenis iris mata seperti yang ditunjukan tabel referensi iris mata pada Tabel 1:
Tabel 1. Tabel iris mata dalam iridology
Iris Mata
Normal (tidak putih)
terdapat
lingkaran
Gejala Kolesterol (terdapat tipis)
lingkaran
putih
Kolesterol Sub-akut
1.2 Iridologi Iridologi adalah ilmu pengetahuan dan praktik yang dapat mengungkapkan adanya peradangan (inflamsi), penimbunan toksin dalam jaringan, bendungan kelenjar (congestion), letak lokasinya, dan tingkat keparahan kondisinya (akut, sub-akut, kronis dan degeneratif). Dengan mengamati iris mata, melalui kondisi tubuh seseorang dapat diketahui, misalnya statusnya lemah atau kuat, tingkat kesehatan serta peralihan menuju keparahan atau proses penyembuhan[3]. Secara khusus, organ mata lebih tepatnya bagian iris (lebih sering disebut selaput pelangi mata) memiliki kelebihan spesifik, yaitu dapat merekam semua kondisi organ, serta kondisi
Jenis Mata
(terdapat lingkaran yang mulai menebal)
putih
Kolesterol Akut (terdapat lingkaran yang sudah menebal)
putih
1.3 Back Propagation Neural Network (BPNN) BPNN adalah salah satu metode dalam jaringan syaraf tiruan (JST). JST merupakan sebuah sistem pembelajaran terhadap penerimaan informasi yang
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
275
memilii kinerja layaknya sebuah jaringan syaraf manusia dan dapat diimplementasikan dengan menggunakan program komputer sehingga mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran[6]. BPNN dapat diaplikasikan untuk pengenalan pola iris mata, pada algoritma proses pelatihan BPNNuntuk pengubahan nilai dimulai dari lapisan output dan berakhir pada lapisan input. BPNN melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan. BPNN memiliki beberapa unit neuron yang ada dalam satu atau lebih lapisan tersembunyi. Gambar 1 adalah arsitektur Back Propagation dengan n buah masukan (ditambah sebuah bias) pada lapisan input, sebuah lapisan tersembunyi yang terdiri dari p unit (ditambah sebuah bias), serta m buah unit keluaran pada lapisan output, untuk alur secara umum misalnya untuk V22 merupakan bobot garis dari unit masukan X2 ke unit lapisan tersembunyi Z2 (V20 merupakan bobot garis yang menghubungkan bias di unit masukan ke unit lapisan tersembunyi Z2). W22 merupakan bobot dari unit lapisan tersembunyi Z2 ke unit keluaran Y2 (W20 merupakan bobot dari bias di lapisan tersembunyi ke unit keluaran Y2).
dihitung nilai kesalahannya. Fase selanjutnya adalah modifikasi bobot yang bertujuan untuk menurunkan kesalahan yang terjadi. 1.4 Algoritma Pelatihan BPNN Berdasarkan gambar 2.1, standar algoritma pelatihan Back PropagationNeural Network yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Inisialisasi bobot dengan mengambil nilai bobot berdasarkan nilai random yang cukup kecil. b. Menetapkan Maksimum Epoch, laju pemahaman(α), target error c. Inisialisasi Epoch = 0, dan menetapkan Mean Square Error (MSE) atau Sum Square Error (SSE). d. Kerjakan langkah - langkah berikut selama (Epoch < Maksimum Epoch) dan (MSE > Target Error) : • Epoch = Epoch + 1. • Untuk tiap - tiap pasangan elemen yang akan dilakukan pelatihan, kerjakan langkah 1-6: Feed Forward 1. Tiap - tiap unit input (Xi i=1,2,…,n) menerima sinyal Xi dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang terletak diatasnya (lapisan tersembunyi). 2. Tiap - tiap unit tersembunyi (Zj j=1,2,…,p) menjumlahkan sinyal - sinyal input terbobot : n
Z_inj =Vj0 +
Xi Vji i=1
Gambar 1. Arsitektur Back Propagation Neural Network Terdapat 3 (tiga) fase dalam pelatihan BPNN[6], yaitu : 1. Fase Maju atau Fase Feed Forward, 2. Fase Mundur atau Back Propagation, dan 3. Fase Modifikasi Bobot. Dalam fase Feed Forward, pola masukan dihitung maju dimulai dari lapisan input hingga lapisan output menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Sedangkan dalam fase Back Propagation, tiap - tiap unit output menerima target pola yang berhubungan dengan pola input untuk 276
Zj = ƒ (Z_inj) Fungsi ƒ(Z_inj) merupakan fungsi aktivasi yang digunakan untuk menghitung sinyal outputnya. Setelah sinyal output dihasilkan, sinyal tersebut dikirimkan ke semua unit diatasnya (lapisan output). 3. Tiap - tiap unit output (Yk k=1,2,…,m) menjumlahkan sinyal - sinyal input terbobot : p
Y_ink =Wk0 +
Yk = ƒ (Y_ink) Fungsi ƒ(Y_ink) merupakan fungsi aktivasi yang digunakan untuk menghitung sinyal outputnya. Setelah sinyal output dihasilkan, kirimkan sinyal tersebut ke semua unit diatasnya (lapisan output). Back Propagation
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Zj Wkj j=1
4. Tiap - tiap unit output (Yk k=1,2,3,…,m) menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pelatihan, hitung informasi errornya : δ = (Tk – Yk) ƒ’(Y_ink) = (Tk - Yk) Yk (1Yk) untuk T adalah target dan selanjutnya, hitung koreksi bobot yang akan digunakan untuk memperbaiki nilai : ∆ Wkj = α δk Zj k=1,2,…m ; j=0,1,…p Hitung juga koreksi bias yang akan digunakan untuk memperbaiki nilai : ∆ Wk0 = α δk Kemudian dikirim ke unit - unit yang terletak pada lapisan bawahnya. 5. Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj j=1,2,…,p) menjumlahkan delta inputnya dari unit unit yang ada pada lapisan diatasnya : m
δ_inj =
δk Wkj k=1
Kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi error : δj = δ_inj ƒ’(Z_inj) = δ_inj Zj(1 - Zj) Kemudian hitung koreksi bobot yang akan : digunakan untuk memperbaiki nilai ∆Vji = α δj Xi Hitung juga koreksi bias yang akan digunakan untuk memperbaiki nilai : ∆Vj0 = α δj
utamanya. Beberapa kebutuhan sistem yang akan didefinisikan diantaranya adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
2.2 Data Flow Diagram Pada Gambar 2 merupakan DFD level 1, pada DFD level 1 ini dijelaskan fungsi-fungsi dan arus data yang mengalir pada sistem. Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang terdapat pada aplikasi perangkat lunak ini: 1.
2. Fase Modifikasi Bobot 6. Tiap - tiap unit output (Yk k=1,2,…,m) memperbaiki bias dan bobotnya (j=0,1,2,…,p) : Wkj(baru) = Wkj(lama)+∆Wkj Tiap - tiap unit tersembunyi (Zj j=1,2,…,p) memperbaiki bias dan bobotnya (i=0,1,2,…,n) : Vji(baru) = Vji(lama)+∆Vji • Hitung MSE atau SSE. Setelah pelatihan selesai dilakukan, jaringan dapat digunakan untuk pengujian. Dalam hal ini, hanya feed forward (langkah 1 sampai 3) saja yang dipakai untuk menentukan keluaran jaringan.
Kemampuan untuk memasukan data pelatihan, fungsi dan parameter BPNN. Mempunyai kemampuan untuk melakukan pengolahan citra dan perhitungan BPNN. Dapat menampilkan grafik, banyaknya iterasi dan MSE / SSE. Mampu melakukan seleksi bagian iris mata. Mampu melakukan identifikasi iris mata normal, gejala kolesterol, kolesterol sub-akut dan kolesterolakut. Menampilkan persentase kemiripan dari hasil identifikasi.
3.
4.
Pengolahan Citra, yaitu proses pengolahan citra dari data pelatihan dan data pengujian sehingga mengasilkan suatu data numerik yang nantinya akan diproses oleh BPNN dan proses identifikasi. Pada pengolahan citra data-data yang dimasukan akan disimpan dalam sebuah file db_pelatihan dan db_pengujian. BPNN, yaitu proses perhitungan dengan menggunakan prinsip jaringan syaraf tiruan untuk mendapatkan nilai keluaran atau output yang digunakan untuk mengidentifikasi iris mata, data yang akan diproses BPNN diambil dari file db_pelatihan. Identifikasi, yaitu proses pengidentifikasian iris mata yang datanya diambil dari file db_pengujian, data ini yang akan di ujikan untuk mengenali iris mata berdasarkan proses pelatihan yang telah dilakukan oleh BPNN. Seleksi, yaitu proses memisahkan iris mata dengan bagian-bagian yang tidak diperlukan, sebagai masukan pada data pengujian.
2. ANALISIS DAN PERANCANGAN 2.1 Kebutuhan Fungsi Agar pembangunan sistem ini tidak keluar dari jalur atau rencana yang telah ditetapkan, maka diperlukan batasan yang jelas sebagai tujuan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
277
User
Konversi K data numeric n
1.1 olahan Pengo Cittra
Data_Pelattihan
Pixel_pengujian
Pixel_pelatihan db_pengujian Fungsi_BPNN
db_pelattihan
Gambar G 3. Prooses pengolahaan citra
Data_pixel_pelatihan
Pa arameter_BPNN
Data_pixel_p pengujian Data_fu ungsi_BPNN
1.2 BPNN
Net 1.3 Identifikasi
Data_parame eter_BPNN
Datta_Pengujian
Net
Nilai N dari data numerik inilaah yang akan n dijadikan masukan m ke dallam jaringan B BPNN
Output_Pelatihan
2..3 Perancanggan Antar Muka
Output_Pengujian
1.4 Seleksi
Data_Pengujian
a. a
Form BPN NN (Pelatihann)
Gambarr 2. DFD levell 1 Aplikasi Perangkat Lunaak Pada penggolahan citra akan dilakukaan berberapa proses, diiantaranya Graayscale, Penggambangan, Perubahaan ukuran pixeel menjadi (700 x 70), Konversi ke data numeerik, seperti paada Gambar 3
G Gambar 4. Forrm BPNN Citra Iris mata Pengambangan
b. b
G Grayscale
Form Iridoologi (Pengujian)
Gaambar 5. Form m Iridologi
Perrubahan ukuraan pixel 3..
HASIL DAN D PEMBA AHASAN
3..1 Persiapan Data a. a Data pelatihan Data pelaatihan yaitu daata yang akan n dijadikan sebagai masuukan untuk prooses BPNN. Tujuan T dari data pelatihann adalah untukk membandin ngkan nilai keakuratan proses p pengujjian berdasarrkan hasil 278
Seminar dan Call For Pape er Munas Ap ptikom P Politeknik Tellkom B Bandung, 9 Oktober O 2010 0
pelatihan, data tersebut terdiri 4 sampel iris mata yaitu iris mata normal, gejala kolesterol, kolesterol sub-akut, kolesterolakut yang semuanya berupa file gambar. Untuk masingmasing jenis iris mata terdiri dari 6 iris mata, sehingga keseluruhan data pelatihan sebanyak 24 iris mata data pelatihan. b. Data pengujian Data pengujian digunakan untuk menentukan nilai keakuratan BPNN dalam mengidentifikasi pola iris mata, berdasarkan proses simulasi dari hasil data pelatihan. Data pengujian tersebut berupa gambar iris mata yang akan diuji klasifikasinya berdasarkan data pelatihan yang telah dilakukan.
3.2 Pengujian Pada jaringan BPNN yang telah dilatih akan dilakukan pengujian untuk menentukan hasil identifikasi dari iris mata yang diujikan. Pada pengujian ini menggunakan lapisan input sebanyak 49 unit neuron, lapisan tersembunyi sebanyak 120 unit neuron, lapisan output sebanyak 4 unit neuron dengan laju pemahaman 0.01, 0.05 dan 0.09, momentum 0.8, dan perhitungan error menggunakan MSE. Penggunaan laju pemahaman yang berbeda bertujuan untuk melihat perbedaan output yang dihasikan. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, untuk hasil Tabel 2 didapatkan hasil persentase kemiripan yang tinggi dan dapat mengidentifikasi iris mata yang diujikan, karena iris mata pada Tabel 2 telah dilakukan pelatihan BPNN terlebih dahulu dibandingkan dengan Tabel 3 yang tidak ikut dalam pelatihan BPNN, dari iris mata yang tidak ikut pelatihan BPNN dapat disimpulkan bahwa jaringan BPNN yang telah dilatih dengan laju pemahaman yang berbeda dapat mengidentifikasi dari iris mata yang diujikan, namun untuk nilai persentase kemiripan yang rendah mengakibatkan iris mata yang diujikan tidak dikenali, jika diberikan perbedaan nilai laju pemahaman yang terlalu tinggi. Tabel 2. Hasil pengujian dengan 4 contoh iris mata yang ikut pelatihan BPNN
File Pengujian
Laju pemahaman
Persentase kemiripan (%)
Identifikasi mata
Mata1.jpg
Mata 10.jpg
Mata 13.jpg
Mata 19.jpg
0.01
98.6%
Normal
0.05
97.1%
Normal
0.09
96.2%
Normal
0.01
97.5%
Gejala kolesterol
0.05
98.0%
Gejala kolesterol
0.09
95.4%
Gejala kolesterol
0.01
98.2%
Kolesterol akut
sub-
0.05
96.7%
Kolesterol akut
sub-
0.09
97.4%
Kolesterol akut
sub-
0.01
97.5%
Kolesterol akut
0.05
98.0%
Kolesterol akut
0.09
97.5%
Kolesterol akut
Tabel 3. Hasil pengujian dengan 4 contoh iris mata yang tidak ikut pelatihan BPNN
File Pengujian
Laju pemahaman
Persentase kemiripan (%)
Identifikasi iris mata
Uji ke-1.jpg
0.01
88.2%
Kolesterol subakut
0.05
98.8%
Kolesterol subakut
0.09
68.0%
Kolesterol subakut
0.01
100%
Normal
0.05
100% (*)
Normal
0.09
98%
Normal
0.01
?
Tidak dikenali
0.05
54%
Gejala kolesterol
0.09
?
Tidak dikenali
0.01
98.0%
Kolesterol akut
Uji ke-2.jpg
Uji ke-3.jpg
iris Uji
ke-
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
279
19.jpg
4.
0.05
99.9%
Kolesterol akut
0.09
87.9%
Kolesterol akut
Mengintip Mata”, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. [4]
Munir, Rinaldi, 2004, ”Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik”, Bandung : INFORMATIKA.
[5]
Oktavia, Nur Yusuf dkk, 2002, ”Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengenalan Huruf Pada Pengolahan Citra Berbasis Web”, Skripsi : PENS-ITS.
[6]
Siang, JJ, 2005, ”Jaringan Syaraf Tiruan & Pemrogramannya Menggunakan Matlab”, Yogyakarta : ANDI.
[7]
Su’udi, Ahmad & Indah S.Y, 2006, ”Menjadi Dokter Muslim Metode : Ilahiyah, Alamiah Dan Ilmiah”, Java Pustaka Media Utama, Surabaya.
[8]
Wildes, Richard P, Iris Recognition: An Emerging Biometric Technologi, Proceeding of the IEEE, Vol. 5, No 9, 9 September 1997. (http://www.paper.edu.cn/person/luosiwei/2.p df) di akses pada tanggal 12 Januari 2008.
[9]
Zainal, Amdan, 2002, “AplikasiNeural Network Pada Pengenalan Pola Tanda Tangan”, Skripsi: PENS-ITS
KESIMPULAN
Telah dihasilkan aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan untuk identifikasi kolesterol pada iris mata, dengan parameter-parameter yang digunakan untuk proses pelatihan BPNN sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mengidentifikasi iris mata yang akan diujikan, antara lain banyaknya neuron pada lapisan tersembunyi, bobot awal yang diberi nilai random. Hasil pada waktu dilakukan pengujian untuk tabel 3 dengan nilai persentase kemiripan yang rendah mengakibatkan iris mata yang diujikan tidak dikenali, jika diberikan perbedaan nilai laju pemahaman yang terlalu tinggi, dan pada pengujian dengan laju pemahaman 0.05 (*) didapatkan nilai persentase kemiripan mencapai 100%. Kelebihan pada aplikasi ini diharapkan dapat membantu ahli iridologi untuk melakukan identifikasi gangguan kolesterol dengan cara yang aman, dan mudah karena hanya memerlukan gambar iris mata dari orang yang akan diperiksa. Kelemahan pada aplikasi ini antara lain untuk keakuratan dalam mengidentifikasi iris mata normal, gejala kolesterol, kolesterol sub-akut dan kolesterol akut dipengaruhi oleh proses seleksi untuk pengambilan iris mata pada waktu pengujian, dan kualitas citra iris mata yang akan diujikan.
DAFTAR PUSTAKA [1]
Ali, Jafar M.H dan Hassanien, Aboul Ella, An Iris Recognition System to Enhance ESecurity Environment Based on Wavelet Theory, AMO-Advanced Modeling and Optimazion, Vol. 5, No. 2, 2003. http://www.biometricscatalog.org/documents/ 2ff6bd5a-8a16-440a-9386-1ce7cb32f3f2.pdf di akses pada tanggal 11 Januari 2008.
[2]
Basuki, Achmad dkk, 2005, “Pengolahan Citra Digital”, Yogyakarta : Graha Ilmu.
[3]
Hiru, Karkyadno danan, 2005, ”Iridologi Mendeteksi Penyakit Hanya Dengan
280
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
PEMBANGUNAN IT GOVERNANCE DI SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAHAN) YANG BAIK Herri Setiawan Universitas Indo Global Mandiri, Palembang [emailprotected] Abstak Saat ini TI telah menjadi hal yang sangat diperlukan, sehingga memungkinkan pemerintah dapat menyediakan layanan kepada masyarakat menjadi lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Sayangnya pengelolaan TI di pemerintahan Indonesia sampai saat ini masih belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dikarenakan penggunaan TI yang masih belum bersifat terintegrasi, kebijakan yang masih sering tumpang tindih dan sumber daya manusia yang terbatas. Permasalahan tersebut sebenarnya dapat diatasi melalui mekanisme tata kelola TI (IT Governance) yang terdefinisi dengan baik. Berbagai standar seperti COBIT, ITIL, dan sebagainya dapat digunakan sebagai referensi. Kata kunci : TI, pemerintahan, IT Governance, COBIT, ITIL 1. Pendahuluan Pelayanan Publik yang diberikan pemerintahan harus lebih baik kepada masyarakat. Untuk mencapai cita-cita tersebut institusi pemerintahan dari tingkat pusat sampai daerah perlu memperbaiki sistim birokrasi yang ada. Karena selama ini birokrasi yang ada cenderung tidak memiliki kepastian seperti apa yang diharapkan. Birokrasi yang ada tidak bisa menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja, sehingga birokrasi sering dianggap menjadi penghambat untuk mencapai tujun pemerintahan. UNDANG-UNDANG RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang secara resmi diberlakukan mulai 1 Mei 2010, isinya mengamanatkan semua badan publik untuk menyediakan akses informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, berbiaya ringan, dan cara sederhana. Yang dimaksud badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelengaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Badan publik sebagai business owner juga harus menerapkan prinsip-prinsip tata kelola TI (IT governance) yang baik, serta merancang arsitektur teknologi informasinya secara matang sehingga pembangunan sistem/teknologi informasi dapat dilakukan secara terintegrasi dan mampu mengoptimalkan semua sumber daya organisasi. Kebutuhan informasi menjadi salah satu faktor penggunaan TI, karena dengan TI kita dapat menghasilkan informasi yang cepat, akurat, dan bisa diakses kapanpun dibutuhkan. Saat ini informasi menjadi dasar dan pendukung dalam pengambilan
keputusan, ini dikarenakan penggunaan TI pada saat ini bukan hanya untuk membantu proses perhitungan tetapi penggunaan TI telah mencapai satu titik yang sangat tinggi, yakni sebagai alat pendukung pengambilan keputusan. Permasalahan yang dihadapi antara lain dikarenakan kebijakan yang sering berubah-ubah, tidak adanya panduan atau referensi dalam pengadaan fasilitas-fasilitas TI, divisi TI yang dinilai kurang antisipatif terhadap resiko gangguan, dan terbatasnya SDM pengelola TI. Faktor penghambat implementasi TI di tanah air karena tidak diperhatikannya IT governance. Hambatannya hanya berupa kekurangpahaman tentang apa dan bagaimana itu IT governance serta manfaatnya TI merupakan jawaban atas banyak tantangan bisnis pada saat ini termasuk di pemerintahan. Karenanya setiap proses pada saat implementasinya harus mendapat perhatiaan yang khusus. Pada penelitian ini implementasi standar IT governance yang akan digunakan adalah pendekatan menggunakan standar framework COBIT. 2.
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) 2.1 Pengertian Cobit Adalah satu metodologi yang memberikan kerangka dasar dalam menciptakan sebuah Teknologi Informasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi dengan tetap memperhatikan faktor – faktor lain yang berpengaruh. Cobit Adalah suatu panduan standar praktik manajemen teknologi informasi. Standar COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
281
yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association). 2.2 Sejarah Cobit
strategic alignment ; yang memfokuskan kepastian terhadap keterkaitan antara strategi bisnis dan TI serta penyelarasan antara operasional teknologi itu dan bisnis. value delivery ; mencakup hal-hal yang terkait dengan penyampaian nilai yang memastikan bahwa TI memenuhi manfaat yang dijanjikan dengan memfokuskan pada pengoptimalan biaya dan pembuktian nilai hakiki akan keberadaan teknologi itu sendiri. resource management ; berkaitan dengan pengoptimalan investasi dan pengelolaan secara tepat sumber daya TI yang kritis mencakup aplikasi, informasi, infrastruktur, dan SDM. risk management ; atas keberadaan risiko, transparansi atas risiko yang signifikan terhadap proses bisnis serta tanggung jawab pengelolaan risiko dalam organisasi. performance measurement ; yang berfokus pada penelusuran dan pengawasan implementasi dari strategi, pemenuhan proyek yang berjalan, penggunaan sumber daya, kinerja proses, dan penyampaian layanan.
Cobit diciptakan untuk menyediakan model yang detail dan spesifik untuk IT governance. Berisi standar dan regulasi ISO, EDIFACT, dan lainlain.Codes of Conduct issued by Council of Europe.Stándar Profesional Auditing, yaitu : COSO, IFAC, IIA, ISACA, AICPA standards, dll. Pertama kali dipubliksikam pada bulan April 1996, edisi kedua terbit pada tahun 1998, edisi ketiga pada Juli 2000, edisi keempat pada bulan Desember 2005 dengan versi terakhir adalah edisi 4.1 yang dikeluarkan pada tahun 2007. Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam COBIT adalah: • Effectiveness Menitikberatkan pada sejauh mana efektifitas informasi dikelola dari data-data yang diproses oleh sistem informasi yang dibangun. • Efficiency Menitikberatkan pada sejauh mana efisiensi investasi terhadap informasi yang diproses oleh sistem. • Confidentiality Menitikberatkan pada pengelolaan kerahasiaan informasi secara hierarkis. • Integrity Menitikberatkan pada integritas data/informasi dalam sistem. • Availability Menitikberatkan pada ketersediaan data/informasi dalam sistem informasi. • Compliance Menitikberatkan pada kesesuaian data/informasi dalam sistem informasi. • Reliability Menitikberatkan pada kemampuan/ketangguhan sistem informasi dalam pengelolaan data/informasi.
4.
Sedangkan fokus terhadap pengelolaan sumber daya teknologi informasi dalam COBIT adalah pada: • Applications • Information • Infrastructure • People
Untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi. Prinsip dasar COBIT menggambarkan : a. Kebutuhan Bisnis b. Sumber Daya TI c. Proses TI
3.
282
Gambar 1 – FOKUS IT GOVERNANCE Prinsip Dasar COBIT
Fokus IT governance (ISACA, COBIT 4.1, 2007)
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
•
Gambar 2 – Prinsip Dasar COBIT a) Kebutuhan Bisnis • Efektivitas (Effectiveness), menguraikan informasi yang relevan dan berhubungan dengan proses bisnis yang disampaikan tepat pada waktunya dengan cara yang benar, konsisten dan tepat digunakan. • Efisiensi (Efficiency), menyangkut ketentuan informasi melalui penggunaan sumberdaya yang optimal (lebih produktif dan ekonomis). • Kerahasiaan (Confidentiality), menyangkut perlindungan informasi yang sensitif dari akses yang tidak sah. • Integritas (Integrity), berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi juga keabsahannya yang sesuai dengan harapan (expectation) dan nilai bisnis. • Ketersediaan (Availability), berkaitan dengan informasi yang tersedia yang diperlukan oleh proses bisnis saat ini dan yang akan datang, juga menyangkut penjagaan sumberdaya yang perlu dan kemampuan yang terkait. • Pemenuhan (Compliance), menguraikan pemenuhan hukum, peraturan dan persetujuan yang bersifat kontrak dimana proses bisnisnya merupakan subyek, yakni kriteria bisnis yang ditentukan dari luar. • Keterandalan informasi (Reliability of Information), berkaitan dengan ketentuan informasi yang memadai bagi manajemen untuk menjalankan dan melaksanakan keseluruhan finansialnya dan pemenuhan laporan tanggung jawab. b) Sumber Daya TI Sumberdaya TI yang diidentifikasikan dalam COBIT dapat diterangkan atau diidentifikasikan sebagai berikut :
Data, adalah obyek-obyek dalam pengertian yang lebih luas (yakni internal dan eksternal), terstruktur dan tidak terstruktur, grafik, suara dan sebagainya. • Sistem aplikasi, dipahami untuk menyimpulkan atau meringkas, baik prosedur manual maupun yang terprogram. • Teknologi, mencakup hardware, sistem operasi, sistem manajemen database, jaringan (networking), multimedia, dan lain- lain. Fasilitas, adalah semua sumberdaya untuk menyimpan dan mendukung system informasi. • Manusia termasuk staf ahli, kesadaran dan produktivitas untuk merencanakan, mengorganisasikan atau melaksanakan, memperoleh, menyampaikan, mendukung dan memantau layanan sistem informasi. c) Proses TI Framework COBIT terdiri dari 34 high-level control objective, dimana tiap-tiap IT proses dikelompokkan dalam empat domain utama • Perencanaan dan organisasi (plan and organise) • Pengadaan dan implementasi (acquire and implement) • Pengantaran dan dukungan (deliver and support) • Pengawasan dan evaluasi (monitor and evaluate)
Gambar 3 – Empat Kelompok Domain COBIT Domain 1 : Planning and Organisation Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula. Langkah-langkahnya : • PO1 Define a strategic information technology plan • PO2 Define the information architecture • PO3 Determine the technological direction
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
283
• • • • • • • •
Domain 2 : Acquisition and Implementation Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis. Langkah-langkahnya : • AI1 Identify automated solutions • AI2 Acquire and maintain application software • AI3 Acquire and maintain technology infrastructure • AI4 Develop and maintain IT procedures • AI5 Install and accredit systems • AI6 Manage changes Domain 3 : Delivery and Support Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training. Langkah-langkahnya : • DS1 Define and manage service levels • DS2 Manage third-party services • DS3 Manage performance and capacity • DS4 Ensure continuous service • DS5 Ensure systems security • DS6 Identify and allocate costs • DS7 Educate and train users • DS8 Assist and advise customers • DS9 Manage the configuration • DS10 Manage problems and incidents • DS11 Manage data • DS12 Manage facilities • DS13 Manage operations Domain 4 : Monitoring Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol. 284
Langkah-langkahnya : • M1 Monitor the process • M2 Assess internal control adequacy • M3 Obtain independent assurance • M4 Provide for independent audit
PO4 Define the IT organisation and relationships PO5 Manage the investment in information technology PO6 Communicate management aims and direction PO7 Manage human resources PO8 Ensure compliance with external requirements PO9 Assess risks PO10 Manage projects PO11 Manage quality
COBIT Framework M1 M2 M3 M4
Monitor the process Assess internal control adequacy Obtain independent assurance Provide for independent audit
Business Objectives Criteria • • • • • • •
Effectiveness Efficiency Confidenciality Integrity Availability Compliance Reliability
IT RESOURCES • • • • •
PO1 Define a strategic IT plan PO2 Define the information architecture PO3 Determine the technological direction PO4 Define the IT organisation and relationships PO5 Manage the IT investment PO6 Communicate management aims and direction PO7 Manage human resources PO8 Ensure compliance with external requirements PO9 Assess risks PO10 Manage projects PO11 Manage quality
Data Application systems Technology Facilities People
PLAN AND ORGANISE
MONITOR AND EVALUATE DS1 Define service levels DS2 Manage third-party services DS3 Manage peformance and capacity DS4 Ensure continuous service DS5 Ensure systems security DS6 Identify and attribute costs DS7 Educate and train users DS8 Assist and advise IT customers DS9 Manage the configuration DS10 Manage problems and incidents DS11 Manage data DS12 Manage facilities DS13 Manage operations
ACQUIRE AND IMPLEMENT
DELIVER AND SUPPORT
AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6
Identify automated solutions Acquire and mantain application software Acquire and maintain technology infrastructure Develop and maintain IT procedures Install and accredit systems Manage changes
Gambar 4 – Kerangka Kerja COBIT Kerangka kerja COBIT memasukkan juga halhal sebagai berikut: a. Maturity Models – Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 - 5) dibandingkan dengan “the best in the class in the Industry” dan juga International best practices b. Critical Success Factors (CSFs) – Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan kontrol-kontrol atas proses IT dalam perusahaan. c. Key Goal Indicators (KGIs) – Kinerja prosesproses IT sehubungan dengan business requirements d. Key Performance Indicators (KPIs) – Kinerja proses-proses IT sehubungan dengan proses pencapaian tujuan. 5.
IT Governance (Pemerintahan)
di
Sektor
Publik
Terkait dengan pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun 2008 maka yang seharusnya melaksanakan tata kelola TI pada badan publik adalah pejabat pengelola informasi dan dokumentasi. Pejabat itu wajib memberikan, menyampaikan, dan menyebarluaskan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau, namun di sisi lain harus mengamankan informasi yang dikecualikan/dirahasiakan dan hanya boleh
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
diminta dengan sejumlah persyaratan (Bab V, Pasal 17) dari akses pihak-pihak yang tidak terotorisasi. Bila tata kelola TI suatu organisasi/institusi sangat terkait dengan tanggung jawab dan tindakan pengurus dan manajemen eksekutif (CIOs), maka IT Governance di sektor publik (pemerintahan) pun terkait dengan tanggung jawab dan tindakan pejabat pengambil kebijakan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah/kota. Mereka bertanggung jawab terhadap arah strategi institusi yang di pimpin, memastikan bahwa tujuan institusi dapat tercapai dan berbagai sumber daya yang dimiliki telah dimanfaatkan dengan tepat. IT govenernance membutuhkan pengaturan yang tepat untuk memadukan strategi TI dan pemanfaatan sumberdaya. Menyadari bahwa TI terkait dengan semua aspek bisnis perusahaan, maka IT govenernance harus dilihat sama nilai pentingnya dengan standar pengelolaan bisnis dan pelayanan. IT govenernance yang efektif mampu menghasilkan keuntungan-keuntungan bisnis yang nyata misalnya reputasi, kepercayaan, dan pangsa pasara. Hal itu mampu menurunkan resiko manajemen. Semakin tinggi kebutuhan (demand) akan informasi tentunya produksi perangkat teknologi informasi juga akan meningkat. Vendor-vendor teknologi berlomba-lomba mengembangkan produknya dengan segala keunggulan teknologi dan harga yang kompetitif. Disisi pengguna baik individu maupun korporasi, tentunya ada hal positif yang dapat diambil dari persaingan vendor di atas, diantaranya adalah banyak pilihan yang dapat disesuaikan dengan anggaran yang ada. Disisi institusi, tentunya perubahan yang cepat terhadap teknologi informasi bisa berdampak positif dan negatif. Over investment adalah hal negatif yang dapat terjadi institusi salah dalam menetapkan, menjalankan maupun menjaga strategi bisnisnya sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Dampak positif akan didapatkan hanya jika institusi dapat menetapkan, menjalankan maupun menjaga strategi bisnisnya sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Disinilah muncul terminologi IT Governance yang banyak dibicarakan oleh korporasi maupun institusi pemerintah. IT Governance sangat diperlukan diantaranya untuk tetap menjaga investasi, meningkatkan daya saing (memberikan nilai tambah), serta menjaga keberlangsungan bisnis/usaha/pemerintahan. COBIT adalah kerangka tata IT governace framework yang banyak dipakai oleh praktisi. 5.1 Mengapa menggunakan Cobit Pada dasarnya COBIT dikembangkan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan manajemen
terhadap informasi, dengan menjembatani kesenjangan antara resiko bisnis, kontrol dan masalah teknik. COBIT dapat menyediakan seperangkat praktek yang dapat diterima pada umumnya karena membantu para direktur, eksekutif dan manager meningkatkan nilai TI serta mengecilkan resiko yang mungkin timbul. COBIT's “good practices” mencerminkan konsensus antar para ahli di seluruh dunia. COBIT dapat digunakan sebagai IT Governance tools, dan juga membantu perusahaan/institusi mengoptimalkan investasi TI mereka. Hal penting lainnya, COBIT dapat juga dijadikan sebagai acuan atau referensi apabila terjadi suatu kesimpang-siuran dalam penerapan teknologi. Suatu perencanaan Audit Sistem Informasi berbasis teknologi (audit IT) oleh Internal Auditor, dapat dimulai dengan menentukan area-area yang relevan dan berisiko paling tinggi, melalui analisa atas ke-34 proses tersebut. Sementara untuk kebutuhan penugasan tertentu, misalnya audit atas proyek IT, dapat dimulai dengan memilih proses yang relevan dari proses-proses tersebut. Lebih lanjut, auditor dapat menggunakan Audit Guidelines dengan menerapkan seluruh domain yang terdapat dalam COBIT, yakni planning-organization (PO), acquisition-implementation (AI), Deliverysupport (DS) dan Monitoring (M) untuk merancang prosedur audit. Singkatnya, COBIT khususnya guidelines dapat dimodifikasi dengan mudah, sesuai dengan industri, kondisi TI di perusahaan atau organisasi, atau objek khusus di lingkungan TI. Selain dapat digunakan oleh Auditor, COBIT dapat juga digunakan oleh manajemen sebagai jembatan antara risiko-risiko IT dengan pengendalian yang dibutuhkan (IT risk management) dan juga referensi utama yang sangat membantu dalam penerapan IT Governance di isntitusi pemerintahan. COBIT terdiri atas beberapa arahan/pedoman, yang dapat digunakan sebagai pedoman implementasi IT governance di sektor publik (pemerintahan) yang baik. Pedoman tesebut yaitu : 1. Control Objectives Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu: planning & organization, acquisition & implementation, delivery & support , dan monitoring. 2. Audit Guidelines Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan. 3. Management Guidelines
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
285
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : b. Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya. c. Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus ? d. Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses (critical success factors) ? e. Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan ? f. Bagaimana dengan perusahaan lainnya – apa yang mereka lakukan ? g. Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya ?
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Gambar 6 - Kaitan IT Governance dan COBIT 6.
Good Governance
Pada akhirnya penerapan IT governance pada sektor publik (pemerintahan) yang baik akan membantu menciptakan good governance yang diharapkan. Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1) Partisipasi Masyarakat Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut 286
8)
9)
dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Tegaknya Supremasi Hukum Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. Transparansi Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Peduli pada Stakeholder Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. Berorientasi pada Konsensus Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompokkelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. Kesetaraan Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. Efektifitas dan Efisiensi Proses-proses pemerintahan dan lembagalembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Akuntabilitas Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Visi Strategis Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Daftar Pustaka 7.
Kesimpulan
7.1 IT Governance pada intinya adalah serangkaian kegiatan pengambilan keputusan dan penentuan kerangka kerja akuntabilitas yang tepat dalam penggunaan TI pada suatu organisasi/institusi. 7.2 Kebijakan yang akan ditetapkan dari pusat dan daerah tentang pelaksanaan IT governance harus dirumuskan dalam suatu ketetapan yang transparan dan akuntabilitas sehingga kinerja birokrat yang berkaitan dengan IT Governance di sektor publik nantinya menajdi lebih baik. 8. Saran Penulis menyarankan diperlukan kajian yang lebih konprehensif dalam mengimplementasikan IT Governance yang benar-benar sesuai dengan kondisi umum yang dihadapi oleh pemerintah di Indonesia.
[1] IT Governance Institute, 2007, Executive Summary Framework, COBIT Ver. 4.1 Excerpt, http://www.isaca.org. [2] DETIKNAS, 2010, Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (National ICT Strategies)2010 – 2014, http://www.detiknas.org [3] Direktorat E-Government Dirjen Aplikasi Telematika, 2006, Rancangan Blue Print EGovernment, Departemen Komunilkasi dan Informasi [4] Smith, RFI & Teicher, J, 2004, Improving Governance and Services: Can E-government Help?, Melbourne, Monash University [5] UU RI Nomor 14 Tahun 2008, Tentang Keterbukaan Informasi Publik, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
287
Sistem Informasi Pemanfaatan Apotek Hidup dengan Metode Forward Chaining Linda Marlinda1, Priadhana Edi Kresnha2 1,2 Program Studi Manajemen Informatika Akademik Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika (AMIK BSI) Jalan RS Fatmawti no.24 Pondok Labu Jakarta12450 1 [emailprotected],[emailprotected] ABSTRAK Saat ini perkembangan sistem informasi yang berbasis web dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan informasi dihampir semua bidang usaha. Pemanfaatan tersebut akan mempermudah suatu pekerjaan seperti halnya pengolahan data lebih cepat, keputusan yang akan diambil lebih tepat, menghemat tempat atau ruang penyimpanan data. Selain itu, sistem informasi yang berbasis web juga dapat menjadi sarana promosi yang efisien dan sumber informasi yang dapat diakses oleh pengguna internet yang semakin lama semakin luas. Penggunaan sistem informasi sebagai wadah untuk mengembangkan informasi secara online sekarang ini sangat dibutuhkan terutama pemanfaatan apotek hidup bagi para ibu–ibu rumah tangga di wilayah perkotaan atau pedesaan. Karena pentingnya sistem informasi pemanfaatan apotek hidup secara online bagi kesehatan sekarang ini, maka diperlukan suatu sistem informasi yang besar yang mencakup semua unsur mulai dari informasi tanaman, khasiat, penyakit, gejala penyakit, obat dan metode pengobatannya. Perancangan sistem informasi pemanfaatan apotik hidup menggunakan metode forward chaining dikarenakan metode ini mempunyai referensi pakar yang bersumber dari nenek moyang zaman dulu misalnya jamu – jamu tradisional yang ditujukan untuk masa depan.
Kata Kunci: Sistem Informasi, Apotek Hidup, Forward Chaining ___________________________________________________________________________________________
memiliki banyak data yang hampir selalu terupdate, serta dalam pengembangan jasa lainnya untuk memperluas promosi dalam bentuk penyampaian informasi kepada masyarakat luas misalnya informasi tentang pelayanan jasa penggunaan obat-obatan tradisional. Obat – obat tradisional ini adalah apotek hidup yaitu memanfaatkan sebagian tanah untuk ditanami tanaman obat-obatan untuk keperluan sehari-hari. Obat-obatan tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Obat tradisional umumnya lebih aman karena bersifat alami dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan obat-obat buatan pabrik. Itulah sebabnya sebagian orang lebih senang mengkonsumsi obat-obat tradisional.
PENDAHULUAN Saat ini perkembangan sistem informasi yang berbasis web dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan informasi dihampir semua bidang usaha, baik bidang perdagangan, industri maupun jasa. Pemanfaatan tersebut akan mempermudah suatu pekerjaan seperti halnya pengolahan data lebih cepat, keputusan yang akan diambil lebih tepat, menghemat tempat atau ruang penyimpanan data. Selain itu, sistem informasi yang berbasis web juga dapat menjadi sarana promosi yang efisien dan sumber informasi yang dapat diakses oleh pengguna internet yang semakin lama semakin luas. Pada perkembangannya sebuah situs web selalu dituntut agar menyajikan informasi yang up to date. Apabila situs tidak dirancang dengan sistematis maka programer akan mengalami kesulitan dalam proses pemeliharaannya. Salah satu solusinya adalah dengan melakukan penambahan atau perubahan dalam database. Pelayanan jasa dibidang kesehatan (medical) juga semakin meningkat yang merupakan salah satu bidang usaha untuk kebutuhan user selain 288
Pada awalnya situs web (website) merupakan suatu layanan sajian informasi yang menggunakan konsep hyperlink atau menghubungkan satu halaman ke halaman lainnya . TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah merancang dan menganalisis sistem informasi pemanfaatan apotek hidup, untuk mengetahui
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
informasi tanaman, tumbuhan yang digunakan bagi kesehatan. Khususnya untuk pengobatan secara tradisional. MANFAAT Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah memudahkan dan mempercepat pengaksesan informasi pemanfaatan apotek hidup bagi para user (khususnya ibu – ibu rumah tangga) bagi kesehatan.
•
•
•
Research (studi kepustakaan) mengumpulkan fakta-fakta dan data-data dengan membaca buku-buku referensi yang menguatkan pendapat dan landasan teori yang berhubungan dengan sistem informasi pemanfaatan apotek hidup bagi kesehatan
•
Keluaran Sistem (Output) Merupakan bentuk pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran yang berguna.
•
Pengelolahan Sistem (Process) Merupakan bentuk pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran.
•
Sasaran Sistem (Objective) Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem sangat menentukan masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.
Metode perancangan Pada tahapan ini dilakukan perancangan sistem dengan menggunakan analisa desaign berbasis object dengan UML (Unified modeling Language)
•
Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang menyamai (emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini dan mendatang. Adapun kualitas dari suatu informasi tergantung pada tiga hal : 1.
ANALISA Sistem adalah himpunan atau group dari elemen atau komponen yang berhubungan atau saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik Sistem antara lain adalah : •
•
Komponen sistem (Components) Suatu sistem terdiri dari sejumlah kerangka atau komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama membentuk satu kesatuan. Batas Sistem (Boundary) Ruang lingkup sistem atau batasan sistem merupakan daerah yang membatasi sistem dengan lingkungan .
antar
Masukan Sistem (Input) Merupakan satu energi yang menjadi masukan bagi suatu sistem.
Interviewing yaitu dilakukan wawancara dengan pakar terdahulu (Tukang jamu (jamu gendong), ibu – ibu rumah tangga, pakar tumbuhan tradisional)
•
Penghubung Sistem (Interface) Merupakan media penghubung subsistem ke subsistem yang lain.
•
METODE PENELITIAN Metode analisis terdiri dari: •
Lingkungan Luar Sistem ( Environment ) Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempergaruhi sistem.
2.
3.
Akurat, berarti informasi harus bebas dari suatu kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi merupakan landasan di dalam mengambil keputusan. kepada akuntan perusahan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditunjukkan kepada ahili teknik perusahan.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
289
4.
Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakaianya. Relevasi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan lainya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab terjadinya kerusakan mesin produksi. Sistem Informasi, adalah sekumpulan prosedur organisasi yang saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan untuk mengendalikan organisasi. Sistem informasi terdiri dari komponenkomponen bangunan yang sering disebut dengan komponen bangunan (building block), yaitu blok masukan (input block), blok model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology block), blok basis data (database block) dan blok kendali (control block). Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya. Dalam perancangan sistem informasi pemanfaatan apotek hidup ini menggunakann sistem pakar dengan metode forward chainging, dimana sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut.
2. 3. 4. 5. 6.
Komponen Sistem Pakar 1.
2.
Keuntungan sistem pakar 1. 290
Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli
Lingkungan pengembangan, digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar Lingkungan konsultasi, digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar (Arhami.2005).
Teori Forward Chaining (Pelacakan ke depan) Pelacakan ke depan adalah pendekatan yang dimotori data (data-driven). Dalam pendekatan ini pelacakan dimulai dari informasi masukan, dan selanjutnya mencoba menggambarkan kesimpulan. Pelacakan ke depan mencari fakta yang sesuai dengan bagian IF dari aturan IF-THEN. Forward chaining atau runut maju memiliki arti mempergunakan himpunan kaidah kondisi aksi. Dalam metode ini kaidah interpreter mencocokkan fakta atau statement dalam pangkalan data dengan situasi yang dinyatakan dalam anticendent atau kaidah if. Bila fakta dalam pangkalan data telah sesuai dengan kaidah if maka kaidah distimulasi. Proses ini diulang hingga didapatkan hasil.
Adapun cirri-ciri yang dimiliki sistem pakar sebagai berikut: 1. Terbatas pada bidang yang spesifik. 2. Dapat memberikan penalaran terhadap data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti. 3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan diberi tahukan dengan cara yang dapat dipahami. 4. Berdasarkan pada rules dan kaidah tertentu. 5. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap. 6. Output bersifat anjuran atau nasihat. 7. Output tergantung dengan user. 8. Knowledge based dan inference engine terpisah.
Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis. Mampu berorientasi dalam lingkungan berbahaya Menghasilkan output dan meningkatkan kualitas Sebagai media pelengkap pelatihan Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
Pemanfaatan apotek hidup ini dirancang untuk bekerja dalam system operasi windows dan terintegrasi dengan suatu web server dan database server. Aplikasi system ini berada dalam satu pc atau laptop yang sama. Bahasa pemprograman yang dipilih adalah php mysql yang digunakan untuk membangun aplikasi php disebabkan oleh kemampuan PHP merupakan suatu bahasa script yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya, PHP dapat berjalan pada web server yag dirilis oleh Microsoft.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
-
Penyebab(id, nama, nama_latin, keterangan) Khasiat(id, nama, keterangan) Gejala(id, nama, keterangan) Jabatan (id, nama, keterangan) User (id, nama, username, password, alamat, email, id_jabatan, isi) Berita (id, waktu_isi, judul, isi) Sequence diagram, menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri antar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objekobjek yang terkait). Statechart diagram Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state ke state lainnya).
Gambar 1. Entity Relationship Diagram Secara garis besar, langkah – langkah yang dilakukan dalam proses pemodelan ini mengunakan identifikasi kelas serta indentifikasi interaksi antar kelas dan diagram – diagram yang terdapat pada UML. Use case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. ERD (Entity Relationship Diagram) ERD adalah suatu pemodelan dari basisdata relasional yang didasarkan atas persepsi di dalam dunia nyata, dunia ini senantiasa terdiri dari sekumpulan objek yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Atributenya adalah -
Bagian_tanaman (id, nama, keterangan) Ramuan (id, nama, cara_pembuatan, dosis, keterangan) Tanaman (id, nama, keterangan) Nama_latin (id, nama, pemberi_nama, waktu_pemberian, keterangan) Jenis_pupuk_sumber(id,nama, keterangan) Jenis_pupuk_fungsi(id,nama, keterangan) Pupuk (id, nama, keterangan) Obat (id, nama, keterangan) Penyakit(Id, Nama, Nama_latin, keterangan)
Component Diagram menggambarkan struktur dan hubungan antar komponen piranti lunak, termasuk ketergantungan. Komponen piranti lunak adalah modul berisi code, baik berisi source code maupun binary code, baik library maupun executable baik yang muncul pada compile time, link time, maupun runtime. Deployment diagram digunakan untuk melayani pemodelan hardware yang digunakan dalam imlpementasi system dan asosiasinya antara komponen-komponen tersebut. Package adalah pengelompokkan konstruksi yang memungkinkan untuk mengambil konstruksi tersebut di UML dan mengelompokkan elemen-elemen tersebut secara bersama-sama menjadi level yang lebih tinggi. Collaboration Diagram menggambarkan interaksi antar objek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masingmasing objek dan bukan pada waktu penyampaian message.
6.
ANALISA SISTEM PAKAR
Implementasi system pakar terhadap apotek online mempunyai karakteristis sebagai wadah atau tempat untuk meletakkan tanaman, obat dan penyakit serta gejala yang dilakukan. Proses implementasi system pakar apotek hidup secara umum sebagai berikut :
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
291
Gambar 2. Pohon Keputusan Lambang bulat pada pohon keputusan melambangkan sebagai node akar atau cabang (bukan daun) sedangkan kotak melambangkan node daun. Kaidah Produksi secara umum pada penelitian ini adalah: -
-
Rule (A, B, C, D, E, F, G .........seterusnya) menunjukkan Penyakit yang diderita leh member. JIKA ....DAN (A1, A2 ..... seterusnya) menunjukkan Gejala penyakit. MAKA (AA, ..GG seterusnya) menujukkan kesimpulan penggunaan apotek hidup sebagai salah satu obat alternatif
-
Gambar 3. Tabel relasi pakar
Gambar 4. Web perancangan sistem informasi pemanfaatan apotek hidup HASIL PENELITIAN Setelah perancangan sistem informasi pemanfaatan apotek hidup dibuat, maka langkah selanjutnya adalah penerapan aplikasi tersebut terhadap objek penelitian, yaitu dalam hal ini ibu – ibu rumah tangga yang ingin mencari informasi pengobatan yaitu: Menetapkan item-item kuesioner yang nantinya dijadikan sebagai parameter penilaian penelitian, a.
292
Observasi lapangan untuk menentukan lembaga pendidikan yang dapat dijadikan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
sebagai tempat penelitian, Melakukan survei awal terhadap 12 responden ibu – ibu rumah tangga melalui pengisian kuesioner Penerapan web pemanfaatan apotek hidup sebagai alat bantu informasi obat alternatif bagi kesehatan Melakukan survei untuk mendapatkan data melalui pengisian kuesioner oleh ibu – ibu rumah tangga Melakukan analisa hasil pengukuran penelitian
b. c. d. e.
Hasil kuesioner tersebut diolah dengan menggunakan SPSS menggunakan metode Bivariate Pearson (korelasi produk momen pearson) adalah analisis dengan cara mengorelasi masing – masing skor item dengan skor total. Hasil pengujian berdasarkan isian responden sebagai berikut :
Pada saat peneliti melakukan riset menggunakan media quesioner untuk mengetahui apakah penelitian ini bermanfaat atau diinginkan oleh para ibu – ibu rumah tangga dengan 12 responden dengan 5 pertanyaan yang berkaitan langsung dengan penelitian. Hasil Pengamatan penggunaan web sistem informasi pemanfaatan apotek hidup bagi kesehatan. Tabel 1. Hasil kuesioner Skor Pertanyaan Responden
1
2
3
4
5
Skor Total
1
4
3
4
4
3
18
2
4
3
4
2
3
16
3
4
3
2
4
3
16
4
4
4
3
4
4
19
5
4
2
4
4
4
18
6
4
4
3
4
4
19
7
4
3
4
4
4
19
8
2
3
4
1
4
14
9
3
4
2
4
2
15
10
4
3
2
4
3
16
11
4
4
3
4
4
19
12
4
2
4
4
4
18
Jumlah
37
32
32
35
34
170
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini dibandingkan dengan nilai r tabel pada signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data responden (n) = 12, maka didapat r tabel sebesar 0,576. Berdasarkan hasil analisis didapat nilai korelasi untuk item 1, 3, 5 memiliki nilai item lebih dari 0,576 dan dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan yang diajukan pada saat melakukan riset tersebut signifikan dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Pertanyaan No
Pertanyaan
Hasil SPSS
Kemandirian
1
Apakah anda setuju, penggunaan web pemanfaatan apotek hidup dapat membantu mencari informasi kesehatan
0,725
Kecepatan 2
Apakah anda setuju bahwa adanya Web pemanfaatan apotek hidup
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
0,108 293
mempercepat proses pencariian informasi tanaman, penyakit dan gejalanya dapat mempercepat pencarian informasi secara cepat dan efesien Kemudahan
3
Apakah anda setuju, bila penggunaan internet web pemanfaatan apotik hidup memudahkan dalam proses pencarian untuk membudidayakan apotek hidup di pekarangan rumah
0,253
7.
Apakah anda setuju web pemanfaatan apotik hidup dapat dijadikan alternatif pengganti metode membaca buku secara manual
Munawar, 2005. Pemodelan Visual dengan UML. Jakarta: Garaha Ilmu. 0,634
Apakah anda setuju dengan adanya web pemanfaatan apotik hidup dapat memotivasi para ibu - ibu rumah tangga untuk memanfaatkan tanaman apotek hidup dilingkungan tempat tinggal
Nugroho, Bunafit, 2007. Trik dan Rahasia Mebuat Aplikasi Web dengan PHP. Yogyakarta: Gaya Media Jogjakarta. Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Motivasi
5
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, H., Dr., Prof. 2004. Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.
Kegunaan
4
para ibu – ibu rumah tangga khususnya secara cepat dan efisien. Penggunaan web informasi ini diharapkan mampu memenuhi penggunaan tanaman tradisional untuk menyembuhkan penyakit – penyakit ringan sebelum pengomatan secara medis baik untuk keluarga dan sekitar lingkungan tempat tinggal. Melihat banyaknya manfaat dari apotek hidup, tentu dapat menggerakkan para ibu – ibu rumah tangga untuk memanfaatkan lahan yang ada di rumah. Taman dapat memberikan efek psikologis bagi orang yang sedang sakit sehingga lebih cepat sembuh.
Kusrini. Sistem pakar teori dan aplikasinya. Yogyakarta : Andi offset yogya. 0,573
KESIMPULAN Web pemanfaatan apotek hidup ini dirancang untuk memenuhi informasi yang sangat dibutuhkan oleh
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48artikel-kesehatan/185-apotek-hidup-tanamanobat-sehat-cantik.html/ diunduh pada tanggal 29 Mei 2010. http://tahugezrot.blogspot.com/2009/08/apotekhidup.html/ diunduh pada tanggal 1 Juni 2010 http://apotekhidup.blogspot.com/ tanggal 1 Juni 2010.
pada
http://indohijau.net/archives/jadikan-perkarangansebagai-apotik-hidup/ diunduh pada tanggal 1 Juni
2010.
294
diunduh
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
PENGEMBANGAN CETAK BIRU DENGAN METODE BUSINESS SYSTEM PLANNING STUDI KASUS PDAM
Mira Musrini1, Suprapto, Falahah2 Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Nasional Bandung1 Jurusan Teknik Informatika, Universitas Widyatama Bandung 2 [emailprotected]
ABSTRAK Analisa BSP dilakukan dengan tujuan agar dapat mengidentifikasi proses bisnis, masalah, dan dukungan informasi yang telah tersedia di sebuah perusahaan untuk kemudian digunakan sebagai landasan usulan arsitektur informasi. Tujuan akhir dari BSP ini agar dapat menyediakan pedoman pada pengembangan sistem informasi di perusahaan secara keseluruhan (enterprise) yang mengacu pada dukungan terhadap strategi bisnis perusahaan. Perusahaan yang dipilih sebagai obyek penelitian adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tingkat kabupaten. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unit bisnis produksi dan layanan air bersih yang didistribusi melalui instalasi pipa ke konsumen. Proses analisa dilakukan secara top-down, yaitu mulai dari mengevaluasi visi, misi dan strategi bisnis perusahaan, memetakan proses bisnis dan organisasi, identifikasi data dan identifikasi peluang masalah di pihak manajemen. Hasil analisa adalah berupa usulan arsitektur informasi perusahaan, khususnya yang mendukung produk layanan air bersih, serta kriteria prioritas pengembangan.
Kata Kunci : Bussiness System Planning, Proses bisnis, Cetak Biru
1.
Pendahuluan PDAM adalah suatu perusahaan daerah yang memiliki aktivitas bisnis melayani pelanggan terutama dalam menyediakan distribusi air minum, produksi. Dengan berjalannya waktu PDAM Kabupaten makin memperluas daerah distribusi air minum dan makin memiliki banyak pelanggan. Perusahaan ini belum terdapat suatu sistem apapun yang mendukung semua aktivitas bisnis. Untuk memperluas distribusi air minum secara optimal dan efisien diperlukan suatu data, pemrosesan data dan pelaporan standard tentang distribusi, produksi dan komersial.
Masalah yang teridentifikasi adalah sulitnya untuk mengumpulkan data yang akurat tentang distribusi air minum, produksi, dan pemasaran. Tidak adanya pelaporan yang standard untuk bagian pemasaran, produksi dan distribusi untuk manajerial yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah dapat menyediakan pedoman pada pengembangan sistem informasi secara keseluruhan yang terintegrasi yang sesuai dan selaras dengan kebutuhan bisnis dari perusahaan.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
295
kepada perusahaan, maka sebagian besar keuntungan tersebut dapat digunakan untuk peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat.
2. Profil perusahaan Struktur organisasi Direktur Utama
Direktur Air Buangan
Bag. Pengolahan dan Pelayanan
Bag. Laboratorium
Sub Bag. Pengolahan Air Buangan
Sub Bag. Analisa Kimia dan fisika
Sub Bag. Pelayanan Air Buangan
Sub bag. Lab Analisa bakteriologi
Bag. Perawatan dan pemeliharaan Sub Bag. Pemeliharaan Instalasi Air Buangan Sub Bag. Peralatan Air Buangan
Direktur Umum
Direktur Air Bersih
Bag. Eksploitasi Wilayan I Sub Bag. Eksploitasi Wilayah I Sub Bag. Distribusi Wilayah I Bag. Eksploitasi Wilayan II Sub Bag. Eksploitasi Wilayah Ii Sub Bag. Distribusi Wilayah II
Bag. Perawatan & Pemeliiharaan Elektrikal dan mekanikal
Keuangan Akuntansi
Meter air
Hubungan Langganan
Kendaraan
Umum dan Logistik
Bag. Perencanaan & Pengembangan Pengawasan & Pengendalian Perencanaan Bag. Kepegawaian Satuan Pengawas Intern
Bag. Eksploitasi Wilayan III Sub Bag. Eksploitasi Wilayah III Sub Bag. Distribusi Wilayah III
Visi “Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan air bersih dan air kotor melalui pengelolaan yang berwawasan lingkungan, serta berorientasi pada penyempurnaan pelayanan terhadap pelanggan.”
Meningkatkan kompetensi perusahaan dalam mengelola sumber daya air yang memenuhi syarat kesehatan dan lingkungan, dengan memberikan fasilitas pelatihan bagi para karyawan dan pemeriksaan fasilitas pengolahan secara berkala. Memperluas area distribusi dengan perencanaan pembangunan jalur distribusi baru dan penataan dan optimalisasi jalur distribusi yang sudah ada Melakukan pemeliharaan sumber daya yang ada secara optimal, yang meliputi sumber daya produksi (fasilitas pengolahan air) dan sumber daya manusia (tenaga peneliti, tenaga pengawas produksi, dan tenaga manajemen inti). Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dalam hal penelitian dan pengembangan kualitas pengolahan air, misalnya kerjasama dengan institusi pendidikan, institusi penelitian milik pemerintah maupun lembaga yang bertugas mengawasi pengelolaan lingkungan.
Misi
3. Analisa ”as is”
-
Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:
-
-
Memberikan pelayanan dan kemanfaatan umum kepada seluruh masyarakat melalui pelayanan air bersih dan pengelolaan air kotor yang berwawasan lingkungan. Mewujudkan pengelolaan keuangan perusahaan secara mandiri melalui pendapatan yang diperoleh dari masyarakat dan dikembalikan lagi kepada masyarakat guna peningkatan pelayanan dan penyediaan air bersih maupun pengelolaan sarana air kotor. Meningkatkan pengolahan kualitas air bersih dan air kotor yang sesuai dengan standar kesehatan dan lingkungan. Mewujudkan penambahan cakupan pelayanan air bersih dan pengelolaan air kotor yang disesuaikan dengan pertambahan penduduk kabupaten.
Dokumen/arsip masih bersifat manual. Pemanfaatan dan penggunaan pengolahan data belum optimal.
peralatan
Penyebaran dan pemanfaatan komputer masih bersifat stand-alone. Komunikasi Data Komunikasi data antara satu bagian dengan bagin yang lain sering membutuhkan waktu yang relatif lama (masih bersifat manual). Pengambilan Keputusan
Strategi bisnis Meningkatkan kualitas produk baik dari segi kualitas material maupun kualitas distribusi Mengelola aliran keuangan dalam perusahaan sehingga selain dapat memberikan keuntung 296
Pemanfaatan Sistem Komputer
Belum tersedianya paket-paket aplikasi bagi para Direksi yang secara cepat, tepat, dan informatif. Kelalaian Pekerjaan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Kemungkinan terjadinya beberapa kelalaian terhadap pelaksanaan prosedur yang berlaku.
5. Metodologi BSP
Kemungkinan kurang sempurnanya dokumen masukan.
Rincian Tugas: Bagian Hubungan Langganan
Kurang Training Adanya prosedur-prosedur baru yang belum dipahami masing-masing bagian /sub bagian/seksi. Kemungkinan terjadi kesulitan dalam pengisian formulir masukan (input). Integrasi Data Penyampaian data dalam arsip yang menyebar (belum terpusat). Belum adanya arsip induk (bank data) yang berisi data PDAM Kabupaten Dati II Bandung secara lengkap dan rinci. Akurasi Data Informasi yang dihasilkan kadang-kadang masih belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Terjadinya penyimpangan informasi. Kemungkinan informasi yang ada dalam tiap arsip kurang sesuai dengan fungsinya. Kekinian Data Kemungkinan terjadinya penundaan pengolahan data disebabkan tidak hadirnya personil yang ditunjuk/ditugaskan. Kemungkinan belum terdapatnya data-data yang harus dan perlu diremajakan. Redundansi Data Kemungkinan adanya redundansi (kerangkapan) data. Kemungkinan belum terdapatnya suatu formulir untuk keperluan peremajaan arsip induk. 4. Analisa ”to be” Adanya suatu cetak biru dari arsitektur sistem informasi yang dapat mendukung seluruh aktivitas bisnis dari operasional hingga ke manajerial. Diharapkan sistem informasi yang terwujud nanti dapat mempermudah proses pengolahan, pengumpulan dan pelaporan data.
Mencatat/merekapitulasi sambung & perbaikan
pelaksanaan
putus-
Melakukan pemrosesan bea balik nama Melakukan proses penagihan ke pelanggan Melakukan pemrosesan permohonan putussambung Mencatat dan memproses pengaduan pelanggan Memproses pengajuan pengaktifan Bagian Keuangan Melakukan pemrosesan perhitungan terhadap tagihan pelanggan Menetapkan anggaran untuk setiap unti kerja PDAM Melakukan verifikasi terhadap biaya anggaran Melakukan pemrosesan terhadap arus kas yang keluar dan masuk Bagian Akuntansi Melakukan proses perhitungan terhadap gaji pegawai (termasuk piutang, bisnis, dan lain-lain) Melakukan pelanggan
pemrosesan
terhadap
piutang
Melakukan pencatatan dan perhitungan terhadap aset perusahaan Membuat laporan penyesuaian keuangan dan G/L (General Ledger) Bagian Kepegawaian Menetapkan dan melakukan rekruitmen pegawai
perencanaan
Menetapkan dan melakukan rencana pengembangan, evaluasi dan kompensasi pegawai Melakukan pencatatan dan pemrosesan perhitungan penggajian dan lembur
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
297
Bagian Rumah Tangga
Rencana Explorasi
Melakukan proses pemeliharaan dan pengelolaan terhadap pemakaian kendaraan dinas
Perencanaan
Melakukan proses pemeliharaan pengelolaan terhadap absensi karyawan
Eksplorasi dan produksi
dan
Rencana Produksi Prediksi kapasitas dan kebutuhan Explorasi
Pengolahan Distribusi
Distribusi
Penutupan saluran distribusi
Melakukan proses pemeliharaan dan pengelolaan terhadap pemakaian ruang rapat Layanan
Melakukan pengelolaan dana kerja
Permintaan Pelanggan Baru
Layanan Pelanggan
Pemeliharaan Instalasi Distribusi
Pembayaran
Pelanggan Permintaan Pindah Nama
Bagian Logistik Menyelenggarakan proses penerimaan pengeluaran serta pengiriman barang
dan
Melakukan proses pengendalian inventory
dan
pengelolaan
Menyelenggarakan proses pembelian Bagian Eksploitasi Wilayah Melakukan pencatatan pemakaian bahan dari bagian sumber air dan reservoir
Pencatatan Pemakaian
Permintaan Penghentian Langganan
Evaluasi
Evaluasi efektivitas Instalasi Saluran per area
Penutupan saluran Instalasi per area
Pengelompokan proses Bedasarkan proses bisnis di atas, kemudian dilakukan identifikasi dan pengelompokkan proses untuk memudahkan analisa terhadap kelas data. Pengelompokkan proses ini meliputi proses utama dan proses pendukung
Melakukan pencatatan produksi dan bagian sumber air dan reservoir Melakukan pencatatan servis dari bagian sumber air dan reservoir Melakukan pencatatan konsumsi / penggunaan air pelanggan Melakukan pencatatan kerusakan terhadap stand meter pelanggan Menyelenggarakan penyusunan perawatan / perbaikan
rencana
Melaksanakan kegiatan putus sambung dan perbaikan
Kepegawaian -Perencanaan -Penerimaan -Penggajian -PHK -Pensiun
Produksi -Perencanaan -Pengadaan bahan -Eksplorasi -Produksi -Uji Kualitas
Distribusi -Perencanaan -Pemasangan -Pemeliharaan -Penghapusan
Layanan Pelanggan -Perencanaan -Permohonan pelanggan -Penagihan -Pengaduan
Administrasi dan Keuangan -Perencanaan -Akuntansi umum -Akuntansi Anggaran -Akuntansi biaya -Penggajian
Logistik -Perencanaan -Pengadaan -Pembelian -Pengeluaran -Pengiriman
Identifikasi proses bisnis utama Diagram Proses
298
konsumen
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Proses utama seperti produk dan layanan dipetakan kedalam siklus hidup sebagai berikut Requirem ent Perencana an Eksplorasi
Accquisiti on Pelaksana an eksplorasi
Perencana an produksi
Pengolaha n sumberday a air
Perencana an kapasitas Perencana an distribusi Kebutuha n material Inisialisasi kerjasama
Pemasang an/ Pemutusan distribusi air bersih Pembelian peralatan Melaksana kan kerjasama pengelolaa n sumberday a air
Stewardsh ip Manajeme n inventori Penerimaa n dan pengeluara n material Pencatatan pemakaian Pemelihara an instalasi pengolaha n dan distribusi Pengujian kualitas sumberday a, kualitas produksi dan kualitas air yang didistribusi kan
Retirem ent Penutupa n eksploras i suatu lokasi sumberda ya Penutupa n distribusi ke suatu area Pemutusa n distribusi ke pelangga n. Penagiha n dan pembaya ran. Penutupa n kerjasam a.
Identifikasi data Berdasarkan proses bisnis kemudian dilakukan identifikasi sumber data beserta elemen data yang terkait dengan sumber tersebut. Elemen-elemen ini dibagi menjadi 4 kategori yaitu data inventory, transaction, plans/model dan statistical sumary. Untuk selanjutnya pada tahap metode BSP ini dikembangkan sejumlah matriks yang dapat dilihat pada lampiran sebagai berikut : - matriks organisasi vs strategi (lampiran1 ) - Matriks organisasi vs proses bisnis (lampiran 2) - Matriks data class proses bisnis (lampiran 3) - Matriks problem berdasarkan ekspektasi manajemen (lampiran 4) - Arsitektur Informasi (lampiran 5) Arsitektur Informasi Berdasarkan matriks data-class vs proses bisnis, kemudian dibuat saling keterkaitan antar
kelompok data yaitu dengan menghubungkan antara kelompok yang menghasilkan data (create) dengan yang menggunakan data (use). Dengan melakukan penataan terhadap sebaran ‘c’ dan ‘u’ serta melihat pola penggunaan data, beberapa kelompok data yang tadinya tersebar kemudian disatukan. Skala prioritas pengembangan sistem Sistem
Subsistem
Production
Planning Exploration Processing Quality Control Customer Customer Service and Administration Distribution Billing Complaint Distribution – management Maintenance Scheduled maintenance Repair Periodic quality control Procurement Material Management Supplier Management Inventory Control Finance Budgeting Cost Accounting Control and Reporting management Planning and Control Risk Management Executive Information System Partnership HRM Absence and Payroll Assessment Training Recruiting
Potential Benefit 15 20 20 20 20
Impact
Success
Demand
15 20 20 15 20
20 20 20 15 20
15 20 20 20 20
Total Score 65 80 80 70 80
20 20 15
20 20 20
20 20 15
20 20 20
80 80 70
20
15
15
15
65
20 15
20 15
20 15
20 15
80 60
15
15
15
15
60
15
15
15
10
55
15 20 20 15
10 20 20 15
10 15 20 15
15 15 20 20
50 70 80 70
10
10
10
10
40
20 10
10 10
10 10
20 10
60 40
15 20 10 10 10
15 15 10 10 5
15 15 10 10 5
15 20 10 10 10
60 60 40 40 30
Berdasarkan penskalaan prioritas seperti di atas, maka sub sistem informasi yang mendapatkan prioritas sesuai urutan adalah sebagai berikut : • Exploration • Processing • Customer administration • Billing • Complaint • Repair • Cost accounting • Quality Control • Distribution management • Budgeting 6. Kesimpulan BSP dapar dijadikan alternatif dalam menganalisa keadaan bisnis yang sedang berlangsung pada sebuah perusahaan dan dapat dijadikan landasan pemikiran pada perancangan arsitektur informasi perusahaan. Dalam melakukan BSP kita perlu memandang data, proses bisnis dan organisasi sebagai komponen-komponen yang saling terkait
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
299
dan dapat digambarkan dalam berbagai sudut pandang. Dengan BSP untuk studi kasus PDAM 1. Studi kasus BSP yang dilakukan pada PDAM Kabupaten menunjukkan bahwa ada beberapa kelompok data yang dapat dibuat menjadi satu kelompok data karena adanya keterkaitan dan saling mendukung dalam elemen tersebut. Hasil studi BSP berupa rekomendasi arsitektur informasi dan skala prioritas pengembangan sistem informasi yang dibuat dengan pertimbangan dukungan sistem tersebut terhadap strategi bisnis perusahaan.
7. Referensi [1]. Baschap, Jon, “The Executive’s guide to information technology”, John willey and sons, 1st edition, 2003 [2]. Business System Planning, Systems Planning Guide, 1981, IBM
Information
[3].Laporan Pendahuluan SIM-PDAM, PDAM Kabubaten X, 1999.
300
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Lampiran 1 Matriks Organisasi vs Strategi Strategi
Strategy *)
Organisasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Direktur Utama Keuangan Akuntansi Pengawas Intern Kepegawaian Hubungan Langganan Laboratorium Eksploitasi Wilayah Rumah Tangga Logistik Perencanaan dan Pengembangan Perawatan dan Pemeliharaan *) Keterangan : 1. Identifikasi sumber daya air alternatif
6. Menyediakan paket kompensasi untuk karyawan
2 . Identifikasi Resiko Potensial dan antisipasi resiko
7. Evaluasi efektifitas distribusi per area
3. Kerjasama antar Instansi
8. Penetapan aturan administrasi pelanggan
4. Peningkatan Kualitas Produk
9. Perbaikan administrasi pembayaran
5. Mekanisme pelaporan penyimpangan kualitas
10.Perencanaan distribusi untuk musim kemarau 11.Sosialisasi perubahan pola distribusi
Major responsibility and decision maker
Keterlibatan :
Major involvement in the process Some involvement in the process
Lampiran 2 Matriks organisasi vs proses bisnis
Kompensasi Prestasi
Administrasi Karyawan
Perencanaan SDM
Kepegawaian
Penerimaan kry.baru
Penggajian
Akuntansi biaya
Akuntansi Anggaran
Akuntansi umum
Administrasi Keuangan Evaluasi Kinerja Peralatan
Pemeliharaan Peralatan
Pengiriman
Kontrol Pergudangan
Penerimaan
Pengadaan
Perencanaan Pengadaan
Tata letak instalasi
Manajemen Fasilitas
Manajemen Material
Pengolahan air
Permintaan Material
Perencanaan Kapasitas
Produksi
Uji Kualitas
Penelitian Kualitas
Litba ng Administrasi Pelanggan
Penawaran Produk
Operasi Lapangan
Manajemen Resiko
Evaluasi dan Kontrol
Analisa Organisasi
Perencanaan Bisnis
Organisasi
Layanan Pelanggan
Manajemen
Proses
Direktur Utama Keuangan Akuntansi Pengawas Intern Kepegawaian Hubungan Langganan Laboratorium Eksploitasi Wilayah Rumah Tangga Logistik Perencanaan dan Pengembangan Perawatan dan Pemeliharaan Keterangan
Major responsibility and decision maker Major involvement in the process Some involvement in the process
Lampiran 3 matrisk data type vs business resources
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
301
Lampiran 3 matriks data class vs proses bisnis
litbang
produk
Sumber daya air Pelanggan
distribusi
kebijakan perusahaan kerjasama antar instansi rencana kerja prediksi anggaran Perencanaan Resiko evaluasi kinerja penelitian standar kualitas usulan anggaran produk operasi jadwal kapasitas perencanaan
c c c c c c u u u u
u u
u
kapasitas perencanaan eksplorasi eksplorasi data pelanggan sambung-putus pengaduan mutasi data instalasi pipa kapasitas distribusi pencatatan pemakaian sambung-putus distribusi kerusakan instalasi
u u u u
u u u u
Pemeliharaan instalasi pengolahan dan distribusi inventarisasi peralatan perbaikan pemeliharaan pemakaian fasilitas penjadwalan Manajemen material
supplier
keuangan
karyawan
data material pengadaan pengeluaran inventory data supplier penagihan pembayaran anggaran pemasukan pengeluaran realisasi anggaran data karyawan peraturan kerja dan karir kehadiran prestasi
u c u u u u
u u u u u c u
u u
c c c
u
u u u u
u
u
u u
u u u
u
u
u u
u u u u u u c u u
u u u
u u u
u u
u u
u u u c c
u u
u u
u
u
u
u
u u
u u u
u u u u u
u u u u u
u
u
u
u u
u
Kompensasi Prestasi
Perencanaan SDM
Penerimaan kry.baru
Administrasi Karyawan
Kepegawaian
Penggajian
Akuntansi biaya
Akuntansi Anggaran
Akuntansi umum
Evaluasi Kinerja Peralata
Pemeliharaan Peralatan
Tata letak instalasi
Pengiriman
Kontrol Pergudangan
Penerimaan
Pengadaan
u
Administrasi Keuangan
u
u u u c c u u
c c c c
u
u
u
u u
u u u u
u u
u u u
u
u
u
u
u u
u u
u
u u u u u
u c c
u u u
u
u
u
u
c c
u u
u u u u
u u
u
u u
u
u
u
c c u u
u
u
Perencanaan Pengadaan
Pengolahan air
Permintaan Material
Perencanaan Kapasitas
u u
u
u
u
Manajemen Fasilitas
Manajemen Material
u u u
u
u u
Uji Kualitas
c
u u
Penelitian Kualitas
Penawaran Produk
u u u u u
u
u u
u
Produksi
u
u
u
u
Operasi Lapangan
Manajemen Resiko
Evaluasi dan Kontrol
Data Class manajemen
Analisa Organisasi
Perencanaan Bisnis
Business Resource
Litb ang
Administrasi Pelanggan
Layanan Pelanggan
Manajemen
Proses
u
u
c u u u u
u
u c u u c
u u c u c u
u u u c u
c
u
u u c c u c
u u u u
u
u
u
u u
u u u u
u u u u u u u u u c u c c c u
c u
u
u
u c u u u
u u u u u u u u c c c u
u u c u
u c
c u
c u c u
u u u c
302
1 1 1 1 1 1 6
2 1 3 1 2 1 2 1 13
1 1
1
1 4
Bandung, 9 Oktober 2010
Human Resource
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
2 1 1 1 2 1 10
1 1 1 1 1 7
1 1 1 1 1 7
1 1 1 1 1 7
1
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Finance Administratio
Production
R&D
Management
PROBLEM Pemanfaatan Sistem Komputer Komunikasi Data Pengambilan Keputusan Kelalaian Pekerjaan Kurang Training Integrasi Data Akurasi Data Kekinian Data Redundansi Data Total
Sales Operation
PROCESS GROUP
Facility Management
Material Managemen
Lampiran 4 Matriks problem berdasarkan ekspektasi manajemen
2 5
Lampiran 5 Arsitektur Informasi
litbang
produk
Sumber daya air Pelanggan
distribusi
kebijakan perusahaan kerjasama antar instansi rencana kerja prediksi anggaran Perencanaan Resiko evaluasi kinerja penelitian standar kualitas usulan anggaran produk operasi jadwal kapasitas perencanaan kapasitas perencanaan eksplorasi eksplorasi data pelanggan sambung-putus pengaduan mutasi data instalasi pipa kapasitas distribusi pencatatan pemakaian sambung-putus distribusi kerusakan instalasi
Kompensasi Prestasi
Administrasi Karyawan
Perencanaan SDM
Penerimaan kry.baru
Kepegawaian
Penggajian
Akuntansi biaya
Akuntansi Anggaran
Administrasi Keuangan
Akuntansi umum
Evaluasi Kinerja Peralata
Pemeliharaan Peralatan
Tata letak instalasi
Pengiriman
Kontrol Pergudangan
Penerimaan
Pengadaan
Perencanaan Pengadaan
Pengolahan air
Permintaan Material
Perencanaan Kapasitas
Uji Kualitas
Penelitian Kualitas
Administrasi Pelanggan
Penawaran Produk
Manajemen Resiko
Manajemen Fasilitas
Manajemen Material
3
4
Manajemen material
data material pengadaan pengeluaran inventory data supplier penagihan pembayaran anggaran pemasukan pengeluaran realisasi anggaran data karyawan peraturan kerja dan karir kehadiran prestasi
karyawan
Produksi
2
instalasi pengolahan dan distribusi inventarisasi peralatan perbaikan pemeliharaan pemakaian fasilitas penjadwalan
keuangan
Litb ang
1
Pemeliharaan
supplier
Evaluasi dan Kontrol
Data Class manajemen
Analisa Organisasi
Perencanaan Bisnis
Business Resource
Operasi Lapangan
Layanan Pelanggan
Manajemen
Proses
5
6
7
Keterangan :
1 2 3 4 5 6 7
Management Production Customer Service and Distribution Maintenance Procurement Finance HRM
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
303
THE EFFECTIVENESS OF COMPUTER ASSISSTED LANGUAGE LEARNING (CALL) IN VOCABULARY BUILDING FOR COMPUTER SCIENCE STUDENTS Pikir Wisnu Wijayanto Program Studi Manajemen Informatika Politeknik Telkom, Bandung [emailprotected], Abstract Vocabulary learning is often perceived as boring by learners, especially for those who are non English department students. In order to alleviate the problem, computer-assisted language learning (CALL) systems often use multimedia to engage learners more in the learning process. Based on the problem identified and limited, the writer would like to formulate the research question as how does a set of software apllication in term of vocabulary comprehension improve the computer science students’ in their language proficiency. Computer Assisted Language Learning (CALL) offers the language teacher and learner a number of activities that when carefully planned as part of the pedagogical room will help the learner learn a language. Keywords: Vocabulary, CALL 1.
Introduction
Vocabulary learning is often perceived as boring by learners, especially for those who are non English department students. For many learners, studying English as a foreign language, vocabulary learning is considered as boring, as they have to memorize unfamiliar words and spelling (Nguyen & Khuat, 2003) and are typically asked to complete lots of exercises. Learners find it hard to engage in such rote learning of vocabulary activities. In order to alleviate the problem, computerassisted language learning (CALL) systems often use multimedia to engage learners more in the learning process. CALL is often considered a language teaching method; however, this is not really the case. In traditional CALL the methodology was often claimed to be based on a behaviouristic approach as in “programmable teaching” where the computer checked the student input and gave feedback or moved on to an appropriate activity exercise. But now in modern era, CALL emphasis on communication and tasks. In this study the writer would like to design a set of software application of vocabulary comprehension in term of English in order to improve the vocabulary building for the students of Computer Science field in TELKOM POLYTECHNIC BANDUNG. This software is based on students’ need of learning English for their study period and future work. Before investigating whether the software application could facilitate learners’ English vocabulary building, it is important to ensure that the chosen vocabulary sources were satisfactorily designed for 304
educational purposes. is designed for students who wish to learn how to increase their English vocabulary. The learning materials for each introduced word include an explanation of its meaning, an example of the use of the word in a sentence or a passage and its pronunciation. 1.2 Problem Formulation Based on the problem identified and limited above, the writer would like to formulate the research question as follows: a. How does a set of software apllication in term of vocabulary comprehension improve the computer science students’ in their language proficiency? b. What does the software application look like? 1.3 Research Goals and Objectives In particular, the fact that there are distinct sets of users of CALL software, teachers and learners affects the approach. Different sets of requirements have to be alanced and, indeed, even within a group there are differing requirements as teachers can be authors of new material, users of the end product, or both. The initial objectives of the project aimed at extending the use of Computer Assisted Language Learning (CALL) by developing web-based interactive language-learning exercises in term of vocabulary skill comprehension. By developing this project, the requirement specification tells how the project should be build,
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
and is divided into functional requirements that specify what the system should do and nonfunctional requirements that specify or constrain how the system will be implemented. The process of determining requirements can be seen as a modelling exercise based on three processes; deletion, distortion, and generalisation, the same filters that Chomsky identified as shaping natural language (Chomsky, 2002). 1.4 Research Benefits and Contributions a.
b.
c.
This research will be beneficial for the lecturers so that they will pay more attention toward the students’ vocabulary skill in learning the language. They will know how to treat the students in learning foreign language so that the students will learn better. This project will be usefull for the students to evaluate their own progress in vocabulary bulding based on the target determined for each level. The institution is also will get beneficial by having a software application for measuring the language proficiency in term of vocabulary comprehension.
2. Literature Review 2.1 Vocabulary Building Channell (1988) argued for the need for teaching approaches for vocabulary learning as a separate learning activity since the lexicon that organizes the mental vocabulary in a speaker’s mind appears to be an independent entity in processing. A similar view was expressed by Carter (1992, pp. 152–153), that ‘the need for much more vocabulary to be taught and learned as a separate activity rather than, say, part of a grammar or reading lesson’. However, Carter did not suggest separating vocabulary learning from communication and pointed to the need for both a static approach (i.e. word semantics) and a dynamic approach (i.e. word usage) in vocabulary teaching and learning. The importance of learning word meanings as well as words in contexts has also been stressed (Allen, 1983; DeCarrico, 2001). 2.2. CALL Computer Assisted Language Learning (CALL) offers the language teacher and learner a number of activities that when carefully planned as part of the pedagogical room will help the learner learn a language. Therfore, the application of software
lifecycle theory to the specific needs of Computer Assisted Language Learning (CALL) research and development is really need to be considered as one of the ways of the skills improvement in teaching and learning practice. The role of the computer in CALL has moved from the “input – control – feedback” sequence to management of communication, text, audio, and video. Future domestic appliances will integrate and merge video, television, audio, telephone, graphics, text, and Internet into one unit as can in 2006 be seen on newer generations of “mobile telephones / communicators”. 3.
Methodology
The research methods employed in this study include a quasi-experiment (by conducting subjects, study procedure, pretest, learning process. posttest), survey questionnaires and interviews 4.
Research Findings
The learning condition for vocabulary class had been conducted without sets of CALL software. Teachers provide students with specific instructions to complete the tasks. Students only can produce a few words what they read, or hear. They can produce sentence by their own. So it’s like an ‘imitating class’ even they are adults learners. By the evaluation identified above, then, the class conducted by using Web quests as sets of CALL software. In this strategy, teachers provide students with specific Web sites that can help them complete the same tasks. Teachers must thoroughly review each source for relevance and credibility. Students can produce a written report or multimedia presentation, which may include folk songs, fictional diary entries, a pictorial history, or essays. The progress or improvement in vocabulary building increased significantly. The respond from students interest and motivation was also increased, and they can perfom their own skill in producing sentences or develop their own ideas with their own words to express some information asked in the intruction taks. 5.
Conclusions and Recommendations
The main objective in this paper has been to introduce the CALL efficacy model to ensure the quality of CALL programs improved the students’ proficiency in vocabulary comprehension. The model is constructed by identifying four main components, theory, computer technology, user
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
305
actions, and learner information, and integrating them into a whole. The students proficiency in vocabulary has increased significantly, and also their interest and motivation in studying vocabulary comprehension.
[5].
[6].
Bibliography [7]. [1]. [2]. [3]. [4].
306
Allen, V. F. (1983) Techniques in teaching vocabulary (New York, Oxford University Press). Brown, Douglas. 1994. Principles of language learning and teaching (3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Carter, R. (1992) Vocabulary: Applied linguistic perspectives (New York, Routledge). Channell, J. (1988) Psycholinguistic considerations, in: R. Carter & M. McCarthy (Eds) Vocabulary and language teaching (London, Longman), 83–97.
[8].
[9].
Cushion, S., & He´mard, D. (2003). Designing a CALL package for Arabic while learning the language ab initio. Computer Assisted Language Learning, 16(2 – 3), 259 – 266. He´mard, D., & Cushion, S. (2000b). From access to acceptability: exploiting the web to design a new CALL environment. Computer Assisted Language Learning, 13(2), 1 – 16. He´mard, D., & Cushion, S. (2001). Evaluation of a web-based language learning environment: the importance of a user-centred design approach for CALL. ReCALL, 13(1), 129 – 142. He´mard, D., & Cushion, S. (2002). Sound authoring on the web: meeting the users’ needs. Computer Assisted Language Learning, 15(3), 281 – 295. He´mard, D., & Cushion, S. (2003). Design and evaluation of an online test: assessment conceived as a complementary CALL tool. Computer Assisted Language Learning, 16(2 – 3), 119 – 139.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Asisten Manajer Nia Kumaladewi1, Zainuddin Bey Fananie2, Nur Aeni Hidayah3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Jakarta [emailprotected], [emailprotected] Abstrak Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan teknologi ini tidak hanya pada perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS). PT. Huda Express adalah sebuah perusahaan jasa yang sedang berkembang pesat. Dalam waktu tertentu perusahaaan ini melakukan promosi jabatan bagi karyawannya. Namun fokus pada penelitian ini adalah promosi jabatan untuk asisten manajer. Tidak adanya suatu sistem perhitungan khusus yang terkomputerisasi dalam proses pemilihan asisten manajer pada PT. Huda Express mengakibatkan lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan serta terjadinya subyektifitas pengambilan keputusan ketika proses evaluasi (penilaian), terutama jika para kandidat asisten manajer yang ada memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda. Untuk mengatasi permasalahan di atas maka dibuatlah sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan asisten manajer dengan menggunakan metodologi pengembangan model Analytical Hierarchy Process (AHP). Metodologi pengembangan sistem terstruktur dengan model Waterfall. Teknologi yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak sistem menggunakan PHP 5.2.4 sebagai bahasa pemrograman, Apache 2.2.6 sebagai web server, dan MySQL 5.0.45 sebagai database. Dengan adanya sistem ini diharapkan pengambil keputusan dapat dengan cepat melakukan penilaian terhadap para kandidat asisten manajer. Key Words : Decision Support System, DSS, Waterfall, assistant manager selection and AHP (Analytical Hierarchy Process) 1.
PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan teknologi ini tidak hanya pada perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) atau Decisions Support System (DSS). Menurut McLeod (Turban, 2005), SPK dimaksudkan sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. Informasi sebagai output dari SPK, dapat disajikan dalam bentuk laporan yang dihasilkan melalui perhitungan atau model matematika. Ada banyak contoh penerapan SPK, dalam penelitian ini SPK digunakan untuk menentukan seorang asisten manajer. Menentukan seseorang untuk menempati posisi asisten manajer di dalam sebuah perusahaan tidak dapat di lakukan dengan mudah begitu saja. Diperlukan seseorang yang
benar-benar kompeten dan memenuhi kriteria yang diperlukan oleh perusahaan. Masalah tidak terstruktur pada penelitian ini timbul ketika ada promosi jabatan untuk asisten manajer pada perusahaan yang memiliki lebih dari satu orang yang berpotensi dan memenuhi kriteria, namun perusahaan tidak memiliki suatu sistem penilaian khusus dalam proses pemilihan tersebut. Pengambil keputusan memutuskan seseorang untuk menjadi asisten manajer hanya dengan menggunakan intuisi dan data terkait kandidat yang ada. Perusahaan memiliki kriteria yang telah ditetapkan untuk proses pemilihan, tetapi tidak adanya sistem penilaian khusus yang terkomputerisasi menyebabkan terjadinya subyektifitas pengambilan keputusan ketika proses evaluasi (penilaian), terutama jika para kandidat asisten manajer yang ada memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda. Dengan adanya masalah tersebut, disinilah peran teknologi informasi berfungsi sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan (Simon dalam Subekti, 2009).
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
307
Jika proses pengambilan keputusan ini dibantu oleh sebuah sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi diharapkan subyektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dikurangi dan dapat diganti dengan pelaksanaan seluruh kriteriakriteria untuk seluruh kandidat, sehingga diharapkan kandidat dengan kemampuan terbaik yang terpilih. Dari uraian singkat di atas sangat menarik untuk melakukan penelitian dan pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Web pada PT. Huda Express dengan PHP dan MySQL. Serta memberikan solusi untuk menangani permasalahan tersebut dengan cara memberikan suatu usulan rancangan Sistem Pendukung Keputusan dengan tema “Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Asisten Manajer.” 2. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data untuk pengembangan sistem ini dilakukan dengan cara : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Pustaka 2.2 Metode Pembuatan Sistem Dalam pembuatan Sistem Pendukung Keputusan ini, dengan menggunakan metodologi waterfall development system (Whitten, 2004) dan Metode Analytical Hierarchy Process /AHP (Kusrini, 2007) untuk pengembangan model pendukung keputusan. Tahap-tahap pengembangan sistem yang dilakukan, yaitu: 1. Permulaan sistem (system initiation) 2. Analisis sistem (system analysis) 3. Desain sistem (system design) 4. Implementasi sistem (system implementation) 2.3 Kerangka Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan tahapan-tahapan kegiatan dengan mengikuti rencana kegiatan yang tertuang dalam kerangka penelitian meliputi metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem. Berikut ini dapat dilihat gambaran kerangka berpikir penelitian.
Gambar 1. Kerangka Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permulaan Sistem 1. Identifikasi Masalah Pada sistem yang berjalan saat ini, ketika perusahaan melakukan penilaian terhadap kandidat asisten manajer, direktur selaku pengambil keputusan mengadakan rapat dengan staff dan jajaran terkait untuk memutuskan siapa yang layak untuk menjadi asisten manajer. Dengan cara ini keputusan yang diambil akan bersifat subjektif karena proses evaluasi (penilaian) dilakukan hanya berdasarkan pandangan-pandangan perseorangan dan data-data seadanya. Hal ini akan menimbulkan masalah ketika para kandidat asisten manajer yang ada memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda, disinilah subjektifitas keputusan akan terasa. Dari permasalahan diatas, dapat disimpulkan bahwa diperlukannya sebuah sistem pendukung keputusan dalam pemilihan asisten manajer yang terkomputerisasi sehingga subjektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dikurangi dan dapat digantikan dengan pelaksanaan penilaian kriteria-kriteria untuk seluruh kandidat asisten manajer, sehingga hasil yang diharapkan adalah kandidat dengan kemampuan terbaik yang terpilih. 2.
Identifikasi Lingkup Sistem Pada tahap ini dijelaskan kriteria-kriteria yang dijadikan acuan dalam proses pemilihan asisten manajer. Kriteria-kriterianya adalah :
308
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
a) Tingkat Pendidikan Seorang koordinator yang dikandidatkan menjadi asisten manajer sebaiknya memiliki tingkat pendidikan akhir Strata 1 (S1). b) Keahlian Keahlian disini adalah kemampuan yang dimiliki seorang kandidat asisten manajer baik dalam segi berkomunikasi maupun kemampuan dalam menggunakan komputer. c) Kedisiplinan Kedisiplinan dalam hal ini dilihat dari kehadiran, perilaku, dan penampilan kandidat asisten manajer. d) Kualitas Kerja Kualitas kerja dilihat dari baik atau tidaknya prestasi si kandidat asisten manajer selama menjabat menjadi koordinator wilayah. e) Tanggung Jawab Penilaian tanggung jawab seorang akandidat asisten manajer dilihat dari kemampuan dirinya dalam mengemban tugas yang diberikan oleh perusahaan. B. Analisis Sistem 1. Analisis Persyaratan Sistem Analisis persyaratan sistem yang terbagi ke dalam dua bagian, yaitu Pesyaratan fungsional dan persyaratan non-fungsional (Whitten, 2004). a. Persyaratan Fungsional Input dalam sistem ini adalah : 1) Data Kandidat Data ini diinput dengan tujuan untuk mengetahui secara jelas data-data yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan, seperti nama lengkap, alamat, tempat dan tanggal lahir, nomor telepon dan lain sebagainya. 2) Data Kualitas Kandidat Tujuan input data ini adalah untuk mengetahui nilai kualitas dari seorang kandidat asisten manajer berdasarkan kriteria yang digunakan. 3) Perbandingan AHP Perbandingan AHP ini berfungsi untuk mengetahui konsistensi keputusan dari perhitungan yang terjadi dalam sistem. Data yang diinput berupa nilai antara 1 sampai dengan 9. output dari sistem ini adalah : 1) Biodata Kandidat Output ini diperlukan oleh pengambil keputusan untuk mengetahui berapa banyak kandidat yang terdaftar serta data-data pribadi kandidat tersebut. 2) Rasio Konsistensi Rasio konsistensi ini merupakan ukuran kekonsistenan suatu keputusan dari
perbandingan AHP yang dilakukan oleh sistem pendukung keputusan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui seberapa konsisten keputusan yang dihasilkan sistem, jika rasio konsistensi kurang dari 10% maka keputusan bisa dikatakan konsisten atau dapat dipercaya, jika kebalikannya maka tidak konsisten atau kurang bisa dipercaya. 3) Hasil perhitungan nilai akhir Hasil perhitungan ini merupakan output yang dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam sistem pemilihan asisten manajer ini. Data yang dikeluarkan sistem berupa perhitungan dari seluruh nilai kriteria masing-masing kandidat dalam bentuk angka dan grafik. Proses yang terjadi di dalam sistem pendukung keputusan ini meliputi : 1) Verifikasi Data Kandidat Proses yang dilakukan pertama kali oleh sistem ketika nama kandidat asisten manajer diinput adalah melakukan verifikasi atau pengecekan terhadap kelengkapan pengisian data, jika lengkap maka akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu simpan di dalam database. Namun jika tidak lengkap, maka sistem akan memberikan notifikasi bahwa data yang dimasukan belum lengkap. 2) Menyimpan Data ke Dalam Database Setelah proses input nama kandidat dilakukan sukses, maka sistem akan menyimpan data tersebut ke dalam database kandidat asisten manajer. 3) Edit Data Kandidat Setelah data disimpan dalam database, maka sistem juga dapat melakukan proses edit data apabila terjadi kesalahan-kesalahan. 4) Simpan perbandingan AHP Ketika pengambil keputusan melakukan input perbandingan AHP, maka sistem akan melakukan penyimpanan data tersebut untuk dijadikan sumber bagi perhitungan AHP selanjutnya. 5) Perhitungan AHP Setelah dilakukan penyimpanan perbandingan AHP, maka sistem akan menghitung AHP tersebut sesuai standar, seperti menghitung lamda, eigenvector, dan yang terakhir adalah rasio konsistensi. 6) Perhitungan Nilai Kriteria Kandidat Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai keseluruhan dari seorang kandidat, dengan cara melakukan perkalian antara nilai kriteria dengan sub-kriteria berdasarkan hasil perhitungan AHP.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
309
7) Pembuatan Nilai Akhir Setelah dilakukan perhitungan nilai kriteria dari tiap kandidat, maka proses selanjutnya dari sistem adalah melakukan pengurutan dari nilai yang paling tinggi sampai nilai yang paling bawah. Data dalam database pada sistem ini diberi nama database asisten manajer yang terdiri dari beberapa entitas diantaranya : 1) Admin, merupakan data admin pada sistem pendukung keputusan ini. 2) Direktur, merupakan data dari direktur selaku pengambil keputusan. 3) Kandidat, merupakan data-data kandidat asisten manajer yang terdiri dari beberapa atribut diantaranya nama lengkap, alamat, nomor telp, jenis kelamin, dan lain-lain. 4) AHP inti, merupakan data perhitungan AHP dari kriteria – kriteria yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pada sistem ini. 5) Nilai Prioritas AHP Subkriteria, merupakan data perhitungan AHP dari subkriteria yang digunakan pada sistem ini. 6) Kualitas Kandidat, merupakan data yang berisi nilai kualitas kandidat. 7) Nilai Akhir, merupakan data yang berisi nilai akhir hasil dari perhitungan proses AHP dan kualitas kandidat. b. Persyaratan Non Fungsional Sistem pendukung keputusan ini dibangun dengan berbasis web. 2.
Flowchart Sistem Berjalan Gambar 2 menggambarkan flowchart sistem berjalan pada PT Huda Express.
3.
Flowchart Sistem Usulan
Gambar 3. Flowchart Sistem Usulan
4.
Perbandingan Sistem Keseluruhan Tabel 1 menjelaskan perbandingan antara sistem berjalan, sistem pada literatur sejenis serta pada sistem usulan. Tabel 1. Perbandingan Sistem Keseluruhan Sistem Berjalan Sistem Sejenis Sistem Usulan 1. Sistem belum 1. Tidak ada 1. Sistem telah terkomputerisasi. proses login terkomputerisasi, 2. Sistem belum pada sistem, sehingga memiliki kriteria sehingga pengolahan data khusus dalam keamanan data menjadi lebih pemilihan asisten pada sistem baik. manajer. tidak terjamin. 2. Sistem telah 3. Proses 2. Tampilan memiliki kriteria pengambilan aplikasi kurang khusus dalam keputusan menarik proses pemilihan berlangsung lebih asisten manajer. lama. 3. Proses pengambilan keputusan lebih cepat. 4. Hasil dari keputusan yang diambil lebih bersifat obyektif.
C. Desain Sistem 1. Pemodelan Proses Gambar 4 dan 5 menggambarkan diagram konteks dan diagram zero untuk sistem usulan.
Gambar 2. Flowchart Sistem Berjalan Gambar 4. Diagram Konteks
310
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Gambar 7. STD Menu Utama Account Admin
STD Menu Utama Direktur
Gambar 5. Diagram Zero
2. Pemodelan Database Gambar 6 memperlihatkan hubungan antara tabeltabel yang membangun sistem pendukung keputusan pemilihan asisten manajer.
Gambar 8. STD Menu Utama Direktur
STD Modul Input AHP Untuk Direktur
Tingkat Pendidikan
Gambar 6. Entity Relationship Diagram
Keahlian
Kedisiplinan
Kualitas Kerja
Tanggung Jawab
Tingkat Pendidikan
1
2
2
2
Keahlian
1/2
1
2
2
2
Kedisiplinan
1/2
½
1
2
2
Kualitas Kerja
1/2
½
1/2
1
2
Tanggung Jawab
1/2
½
1/2
1/2
1
Jumlah
3
4.5
6
7.5
9
2
3. State Transition Diagram (STD) Dalam perancangan aplikasi ini rancangan yang dibuat terdiri dari Rancangan Modul Menu utama. Rancangan Modul Menu Utama Rancangan modul Menu berfungsi untuk memanggil sub-program lain (modul-modul lain) untuk dijalankan. Terdapat 2 rancangan modul Menu utama, yaitu untuk account Admin dan Direktur. STD rancangan modul Menu dapat digambarkan di bawah ini: STD Menu Utama Account Admin
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
311
1. Penyusunan Hierarki Ada lima kriteria yang menjadi dasar dalam pemilihan asisten manajer yaitu Tingkat Pendidikan, Keahlian, Kedisiplinan, Kualitas Kerja, dan Tanggung Jawab.
Gambar 10. Struktur Hirarki AHP Pemilihan Asisten Manajer Tabel 2. Perbandingan Nilai Kriteria Gambar 9. STD Menu Input AHP Untuk Direktur
4.
Perancangan Antarmuka Menggambarkan halaman rancangan antarmuka yang akan dibuat. 1. Rancangan Halaman Untuk Account Admin a. Menu Login b. Input Data Kandidat
Tingkat Pendidi kan Keahlia n Kedisip linan Kualita s Kerja Tanggu ng Jawab
2.
5. 312
Tingkat Pendidik an
Keahli an
Kedisi plinan
Kualita s Kerja
Tangg ung Jawab
Jml
Priorit as
0.3333
0.4444
0.3333
0.2667
0.2222
1.59
0.32
0.1667
0.2222
0.3333
0.2667
0.2222
1.21
0.2422
0.1667
0.1111
0.1667
0.2667
0.2222
0.93
0.1867
0.1667
0.1111
0.0833
0.1333
0.2222
0.71
0.1433
0.1667
0.1111
0.0833
0.0667
0.1111
0.53
0.1078
c. Lihat Kandidat d. Ganti Password Rancangan Halaman Untuk Direktur a. Menu Login b. Input AHP Kriteria c. Input AHP Subkriteria Tingkat Pendidikan d. Input AHP Subkriteria Keahlian e. Input AHP Subkriteria Kedisiplinan f. Input AHP Subkriteria Kualitas Kerja g. Input AHP Subkriteria Tanggung Jawab h. Input Kualitas Kandidat i. Nilai Per Kandidat j. Nilai Akhir
6.
Penentuan Kriteria Tingkat Pendidikan dua kali lebih penting jika dibandingkan dengan Keahlian, Kedisiplinan, Kualitas Kerja, dan Tanggung Jawab. Sedangkan Keahlian, Kedisiplinan, Kualitas Kerja, dan Tanggung Jawab pada baris Tingkat Pendidikan memiliki nilai kepentingan yang sama. Sedangkan nilai 1/2 pada tabel di atas merupakan nilai kebalikan.
7.
Penentuan Bobot Prioritas Tabel 3. Penentuan Bobot Prioritas
Nilai 0.3333 pada perbandingan tingkat kedisiplinan diperoleh dari nilai perbandingan pada tabel sebelumnya (nilai 1) yang dibagi dengan jumlah kolom kedisiplinan pada tabel 2 (nilai 3). Begitupun dengan nilai-nilai yang lainnya. Sedangkan nilai 1.59 pada kolom jumlah baris tingkat pendidikan didapat dari penjumlahan tiap baris. Nilai prioritas diperoleh dari perhitungan nilai jumlah baris dibagi dengan banyaknya kriteria. Misalnya dalam hal ini ada 5 kriteria maka nilai prioritas kriteria Tingkat Pendidikan adalah 1,59 / 5, yaitu 0.32, begitu juga untuk nilai prioritas subkriteria Keahlian, Kedisiplinan, Kualitas Kerja, dan Tanggung Jawab. 8.
Menghitung Konsistensi a. Matriks Penjumlahan Tiap Baris Tabel 4. Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Model AHP
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Tingkat Pendidika n
Keahlia n
Kedisiplin an
Kualita s Kerja
Tanggu ng Jawab
Jml
Tingkat Pendidikan
0.32
0.4844
0.3734
0.2866
0.2156
1.68
Keahlian
0.16
0.2422
0.3734
0.2866
0.2156
0.16
0.1211
0.1867
0.2866
0.2156
0.16
0.1211
0.0934
0.1433
0.2156
0.16
0.1211
0.0934
0.0717
0.1078
Kedisiplina n Kualitas Kerja Tanggung Jawab
1.27 0.97 0.73 0.55
Nilai diatas diperoleh dari perkalian matrik perbandingan pada tabel 2 dengan Nilai prioritas pada tabel 3. Misalnya nilai 0.32 pada perbandingan tingkat pendidikan didapat dari nilai prioritas tingkat pendidikan pada tabel 3 yaitu 0.32 dikalikan dengan nilai perbandingan tingkat pendidikan pada tabel 2 yaitu 1. Sedangkan kolom jumlah didapat dari penjumlahan baris pada tabel tersebut, misalnya 0.32 + 0.4844 + 0.3734 + 0.2866 + 0.2156 = 1.68 b. Jumlah baris dibagi dengan Prioritas
1.68 0.32 5.25 1.278 0.2422 5.2758 0.97 : 0.1867 = 5.1955 0.733 0.1433 5.1179 0.554 0.1078 5.1391 c.
Menghitung Lamda Maksimum
5.25 + 5.2758 + 5.1955 + 5.1179 + 5.1391 5 25.9783 = = 5.1957 5 d.
Menghitung Indeks Konsistensi (C.I)
CI = =
.
= 0.0489 e. Menghitung Rasio Konsistensi (C.R) CR =
=
. .
= 0.0437
Nilai 0.0437 ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil penilaian perbandingan diatas mempunyai rasio 4.37 % hal ini berarti perhitungan tersebut dapat diterima karena nilai CR kurang dari 10%. D. Implementasi Sistem 1. Pemrograman Pada tahap ini dilakukan pemrograman dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL yang terdapat dalam XAMPP. XAMPP merupakan sebuah paket instalasi untuk PHP, APACHE dan MySQL. Dengan menggunakan XAMPP, instalasi ketiga software tersebut tidak perlu dilakukan terpisah karena dalam XAMPP sudah memiliki ketiganya.
Alasan menggunakan aplikasi ini karena gratis dan juga sangat mudah dalam proses penginstalannya. Source code pemrograman tersimpan secara default dalam folder htdocs. 1). Spesifikasi Perangkat Keras Dalam Pengembangan Sistem Processor : Intel Pentium 4 3.02 GHz. Memory : 1 GB DDR2 Hardisk : 80 GB HDD VGA : Mobile Intel (R) 965 Express 384 MB. 2). Spesifikasi Perangkat Lunak Dalam Pengembangan sistem Sistem Operasi : Windows XP Professional Servis Pack 2 Pemrograman : PHP Database : MySQL Desain : Dreamweaver 8, Adobe Photosop CS3. Web Browser : Mozilla Firefox 2. Spesifikasi Sistem Usulan 1) Hardware untuk Server Pada sistem yang diusulkan menggunakan satu perangkat komputer server dengan tipe IBM Server System X3200. 2) Hardware untuk User Pada sistem yang yang diusulkan menggunakan komputer di tiap unit kerja dengan spesifikasi sebagai berikut : Processor : Intel Pentium Core 2 Duo @ 2, 8 GHz Memory : 1 GB RAM Harddisk : 160 GB Monitor : LCD Samsung 17” Printer : CANON PIXMA MP 198 3) Software untuk Server Pada sistem yang diusulkan kebutuhan akan perangkat lunak sistem operasi, adalah sebagai berikut : Sistem Operasi : Linux / Windows 2003 Server Web Server : Apache Web Server Versi 2.0.59 DBMS : MySQL Database versi 5.0.24a Engine : PHP Script Language version 4.4.4 Browser : MS Explorer/Mozilla Firefox/ Opera Reader : Acrobat Reader, MS Office, Open Office 4) Software Untuk User Sistem Operasi : Linux / Windows 2003 Server
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
313
5)
Brrowser : MS S Explorer/M Mozilla Firefoox/ Opera Reeader : Accrobat Readeer, MS Officce, Oppen Offfice Peerancangan Jarringan Paada penelitian ini komputer yang terhubuung anntara yang satuu dengan yangg lain terhubuung deengan jaringaan intranet, karena sisteem haanya digunnakan didaalam internnal peerusahaan sajaa. Gambar 12. Data a Kandidat
Pada halam man ini admin meng-input data d kandidat assisten manajerr. Selain itu ad dmin juga dapat melakukan proses edit apabila terjadi t d input data. kesalahan dalam b. Halaman Input AHP Kriteeria
Gam mbar 11. Konfiguurasi Jaringan Sisstem Usulan
3.
Penggujian P Pengujian aplikasi dilakukan dengan black box testing g. Pengujia an black box b berfoku us pada persyaratan n fungsion nal perang gkat lunakk. Dengan n demikia an, an pengujian blackk box m memungkink pereka ayasa peran ngkat lunak mendapatkan serang gkaian kondissi input yang sepenuhnya mengg gunakan sem mua persyara atan fungsion nal untuk suatu s program. (Pressma an, 2007). P Pengujian black bo ox berusaha menem mukan kesalahan dalam kategori sebaga ai berikut (Prressman, 200 07): 1. Fungsi-fungsi F i yang tidaak benar attau h hilang. 2. Kesalahan K inteerface. 3. Kesalahan K daalam struktur data atau aksses d database eksteernal. 4. Kesalahan K kinnerja. 5. Inisialisasi I dann kesalahan teerminasi.
Gambar 13. In nput AHP Kriteria a
h ini diirektur meng--input Pada halaman nilai peerbandingan A AHP kriteria pada p sistem m.
c. Input Kualittas Kandidat
4. Disp play Hasil Beriku ut adalah tam mpilan pada SP PK Pemilihan Asisteen Manajer. a.
H Halaman data Kandidat G Gambar 14. Inputt Kualitas Kandid dat
314
Seminaar dan Call Fo or Paper Munas Aptikom m Politeknik Telkom ng, 9 Oktobe er 2010 Bandun
Pada halaman ini direktur memberikan nilai kualitas bagi tiap kandidat yang akan menjadi asisten manajer.
d. Lihat Kualitas Kandidat
Gambar 15. Lihat Kualitas Kandidat
Pada halaman ini direktur dapat melihat kualitas masing-masing kandidat yang telah diinput sebelumnya.
e. Hasil Nilai Akhir
4.KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa: 1. Telah dilakukannya suatu perancangan sistem pendukung keputusan yang dapat memfasilitasi pengambil keputusan dalam pemilihan asisten manajer. 2. Sistem pendukung keputusan dalam pemilihan asisten manajer dirancang dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh perusahaan untuk merepresentasikan kualitas kandidat asisten manajer, seperti tingkat pendidikan, keahlian, kedisiplinan, kualitas kerja, dan tanggung jawab. 3. Sistem pendukung keputusan ini dibangun dengan menggunakan teknologi komputer dengan model AHP, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan perhitungan kriteria yang digunakan sehingga mengurangi subyektifitas keputusan. 4. Dengan sistem yang terkomputerisasi pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat. 5. Pengguna pada sistem ini adalah Direktur selaku pengambil keputusan. 5.
Gambar 16. Hasil Nilai Akhir Merupakan hasil perhitungan pada sistem ini. Hasil yang tampak berupa nilai yang berurut dari nilai kandidat terbesar sampai yang terkecil serta rekomendasi kandidat terbaik yang diusulkan sistem.
REFERENSI [1] Albahra, Ladjamudin. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. [2] Brian, 2009. Tujuan Studi Literatur. http://komunitasmahasiswa.info/2009/07/ tujuan-studi-literatur/, diakses 12 Januari 2010. [3] Bonczek, R. H., C.W. Holsapple, and A. B. Whinston. 1980. Foundation of Decision Support Systems. New York: Academic Press. [4] Connolly, Thomas. Carolyn. 2002. Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation and Management 4th Edition. Swiss: Pearson. [5] Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [6] Elmasri, Ramez. Navathe. 2001. Fundamentals of Database Systems. Kanada: Versaware Inc. [7] Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo. [8] Imbar, Radian V. 2007. Decision Support System Architechture, Hardware, and Operating System Platforms. Jurnal Sistem Informasi, Vol. 2, No.1: 41-50.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
315
[9] Jogiyanto. 2005. Analisis dan Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi. [10] Kadir, Abdul. 2008. Tuntunan Praktis Belajar Database Menggunakan MySQL. Yogyakarta: Andi. [11] Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Penerbit Andi. [12] Little, J. D. C., 1970. Models and Managers: The Concept of a Decision Calculus. Management Science, vol. 16, no. 8, pp. B466-485. [13] Munawar. 2005. Pemodelan Visual Dengan UML. Yogyakarta: Graha Ilmu. [14] Nugroho, Bunafit. 2008. Membuat Sistem Informasi Penjualan Berbasis Web Dengan PHP Dan MySQL. Yogyakarta: Gava Media. [15] Pressman, Roger S. 2007. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta:Andi. [16] Simon, H.A. 1960. The New Science of Management Decision. New York: Harper & Row. [17] Subekti, Dayat. 2009. Sistem Pendukung Keputusan Dalam Managerial Pembuatan Keputusan. Teknomatika : Jurnal Informatika dan Komputer, Vol. 2, No.1 : 75 - 82 [18] Turban, Efraim. McLean, James. 2005. Decission Support System and Intelligent Systems. Yogyakarta: Penerbit Andi. [19] Whitten, Jeffery L. Bentley, Lonnie D. Dittman, Kevin C. 2004. Metode Desain dan Analisis Sistem Yogyakarta: Penerbit Andi.
316
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Audit Sistem pada Digital Library System (Studi Kasus Universitas A) Inne Gartina Husein Program Studi Manajemen Informatika, Politeknik Telkom, Bandung [emailprotected]
Abstrak Penelitian ini akan menganalisis Audit Sistem Informasi pada Digital Library System, dengan studi kasus Digital Library System di Universitas A di Bandung, Indonesia. Digital Library System dibangun berbasis Web sejak tahun 2005, dan sejak saat itu mahasiswa dapat membaca dan mengunduh materi perkuliahan dan bahan tugas akhir mahasiswa yang sudah lulus, di mana saja dan kapan saja. Analisis dilakukan dengan cara pengumpulan bukti, evaluasi bukti dan memberikan rekomendasi. Bukti dikumpulkan dengan cara menyebarkan angket kepada 40 mahasiswa, sebagai responden acak. Evaluasi bukti dengan memeriksa Kendali Aplikasi yang terdiri dari analisis Kendali Input, Kendali Pemrosesan, Kendali Komunikasi, Kendali Basis Data dan Kendali Output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Digital library System di Universitas A kurang atau tidak memiliki kendali yang cukup, sehingga menyebabkan Digital Library System tidak memiliki keamanan data, data tidak terintegrasi, sistem yang tidak efektif dan tidak efisien. Hasil temuan bukti menyatakan bahwa sebagian kecil responden menyukai dan puas dengan Digital Library System. Namun sebagian besar responden menyatakan tidak atau kurang puas terhadap sistem tersebut. Hasil temuan yang menyatakan tidak adanya kendali adalah antara lain, lambatnya mengakses e-Book, tidak lengkap materi e-Book yang disediakan di Web Site, fasilitas searching yang tidak memadai, serta tampilan e-Book tidak nyaman dibaca. Rekomendasi yang diberikan penulis adalah meningkatkan kendali, antara lain menambah ketersediaan materi e-Book dari berbagai jurusan dan bidang minat yang ada di universitas tersebut, bahkan dibuat perkategori tertentu atau persub topik, agar pencarian e-Book cepat dan tepat.
Kata kunci : Digital Library System, Audit Sistem Informasi, Kendali, Bukti, Rekomendasi
1.
Pendahuluan Digital library merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi, dimana saat ini dibutuhkan ketersediaan dokumen dalam bentuk digital sehingga dapat digunakan kembali atau dimodifikasi oleh pengguna untuk tujuan tertentu, misalnya untuk penyusunan karya ilmiah. Sampai saat ini sudah banyak universitas dan perguruan tinggi yang memiliki digital library yang dapat diakses dimanapun oleh mahasiswanya. Universitas A merupakan universitas di Bandung yang sejak 5 tahun yang lalu memiliki digital library dengan tujuan menyediakan dokumen-dokumen yang dibutuhkan mahasiswanya
seperti materi-materi kuliah, dokumen tugas akhir mahasiswa yang telah selesai sidang, dengan demikian mahasiswa dapat membaca dan/atau mengunduh dokumen digital tersebut sesuai keperluan mereka. Sistem informasi merupakan aset bagi suatu perusahaan yang bila diterapkan dengan baik akan memberikan kelebihan bagi perusahaan/organisasi untuk berkompetensi. Sistem informasi diimplementasikan untuk meningkatkan kesuksesan suatu perusahaan. Dalam mengimplementasikan sistem informasi tersebut harus adanya suatu tolak ukur untuk mencegah terjadinya hal-hal di luar
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
317
318 rencana organisasi, dan agar pengoperasian sistem informasi bisa dilakukan secara efektif dan efisien. Tujuan pengukuran terhadap sistem informasi adalah untuk meyakinkan manajemen bahwa apakah kinerja sistem informasi yang ada pada organisasi nya sesuai dengan perencanaan dan tujuan usaha yang dimilikinya. Audit Sistem pada Digital Library merupakan wujud dari pengukuran tersebut. Secara umum kegiatan di dalam audit sistem adalah mengumpulkan bukti dan mengevaluasi bukti, yang dimaksud bukti adalah data yang menggambarkan kondisi nyata. Adapun cara yang digunakan penulis untuk pengumpulan bukti adalah dengan menyebarkan kuisioner (angket) kepada 40 orang mahasiswa secara acak di Universitas A. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Sedangkan dari berbagai macam kendali, penulis membatasi hanya membahas kendali aplikasi.
2.
Landasan Teori
2.1.
Audit Sistem Informasi
Pengertian Audit Sistem Informasi adalah (Ron Weber, 1999) : “The process of collecting and evaluating evidence to determine wether a computer system safeguards assets, maintains data integrity, allow organizational goals to be achieved effectively and uses resources efficiently”. Dapat disimpulkan bahwa audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Tujuan audit sistem informasi adalah (1) meningkatkan keamanan aset organisasi, (2) meningkatkan integritas data, (3) meningkatkan efektifitas sistem, dan (4) meningkatkan efisiensi sistem. Pada awalnya audit hanya dilakukan untuk bidang keuangan dan akuntansi saja, namun seiring perkembangan teknologi informasi organisasi merasakan perlunya audit sistem informasi. Hal-hal yang melatar belakangi adanya audit sistem informasi adalah : a. Kerugian biaya dikarenakan hilangnya data organisasi, seperti hilangnya data kredit yang menyebabkan organisasi kehilangan banyak dana piutang yang seharusnya masuk ke dalam organisasi; b. Kerugian biaya dikarenakan manajemen salah mengambil keputusan, hal ini antara lain karena tidak didukung oleh data yang berkualitas yang menyebabkan kerugian yang dialami oleh organisasi; c. Kerugian biaya karena penyalah-gunaan komputer, seperti hacking, virus dan akses 318
d.
e.
f.
g.
ilegal terhadap komputer seseorang yang menyebabkan bocornya data-data organisasi; Nilai dari sumber daya manusia, perangkat lunak dan perangkat keras. Saat ini sudah banyak organisasi-organisasi yang menginvestasikan hardware dan software sebesar miliaran rupiah. Demikian pula biaya yang dikeluarkan untuk rekrutasi dan pengembangan pegawai banyak menguras dana organisasi. Apabila tidak dikendalikan akan menyebabkan pengeluaran dana yang sia-sia. Tingginya biaya untuk penanganan error. Sebuah error sederhana dapat mengakibatkan kerugian besar bagi organisasi, misalkan penggunaan komputer untuk memonitor kondisi pasien apabila terjadi error pada komputer (atau aplikasi) tersebut dapat menyebabkan hilangnya nyawa pasien. Pemeliharaan privasi komputer. Saat ini setiap orang di dalam organisasi (idealnya) memiliki komputer masing-masing, seperti kepala bagian dan para staf nya. Hal ini untuk memelihara privasi dalam penggunaan komputer. Dapat dibayangkan membengkaknya biaya untuk pemeliharaan privasi ini. Pengendalian perkembangan terhadap penggunaan komputer. Dari waktu ke waktu terjadi konflik bagaimana teknologi komputer seharusnya digunakan oleh manusia. Ada yang memanfaatkan komputer untuk tujuan kemanusiaan ada pula yang menggunakannya sedemikian sehingga menyebabkan kerusakan bagi manusia dan lingkungan. Penggunaan teknologi, bagaimanapun, menyebabkan masalah sosial yang membutuhkan pengendalian mengenai bagaimana komputer seharusnya digunakan di masyarakat. Baik pemerintah, badan profesi, grup, organisasi dan individu harus mengendalikan dan memonitor penggunaan teknologi komputer di masyarakat.
Auditor adalah orang atau organisasi yang menetapkan kendali pada suatu hal yang akan di audit. Setelah itu mengumpulkan bukti mengenai adanya kendali di dalam organisasi untuk dievaluasi. Auditor dapat saja pihak internal organisasi, atau pihak dari luar organisasi, selama auditor dapat menilai dengan obyektif dan independen maka akan menghasilkan laporan audit yang sebenar-benarnya. Kendali adalah suatu alat atau sistem yang mencegah, mendeteksi atau memperbaiki kejadian yang tidak seharusnya terjadi. Contoh kendali adalah password. Password adalah suatu alat atau
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
sistem yang dapat mencegah dan mendeteksi kejadian yang salah. Pada saat mengumpulkan bukti, seorang auditor dapat mengumpulkannya dengan cara wawancara atau menyebarkan angket. Untuk wawancara, auditor membuat daftar pertanyaan yang ‘menyelidiki’ adanya kendali atau tidak. Pertanyaan yang diajukan umumnya membutuhkan jawaban yang panjang dan detil, daftar pertanyaan pun dapat berkembang selama tidak melenceng dari topik pertanyaan. Untuk angket, auditor membuat daftar pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban panjang dari responden. Angket biasanya berupa pertanyaan pilihan ganda, mencentang, mengarsir, mengisi jawaban singkat dan menyilang pilihan Ya atau Tidak.
organisasi, seperti komponen fisik, pengiriman data error, topologi jaringan dan akses jaringan.
2.2. Kendali Manajemen dan Aplikasi
2.3. Digital Library
Menurut Ron Weber, kendali pada organisasi terbagi menjadi dua bagian yaitu kendali manajemen dan kendali aplikasi. Penulis menitikberatkan penelitian pada kendali aplikasi, namun demikian akan dijelaskan secara singkat mengenai kendali manajemen.
Digital Library adalah kumpulan dokumen yang disusun dalam bentuk elektronis, dapat disimpan dalam bentuk CD-ROM disk dan/atau ditampilkan di sebuah situs web. Umumnya digital library menyediakan artikel majalah, buku, jurnal, gambar, file audio dan video bagi pengunjung perpustakaan tersebut.
Kendali manajemen adalah kendali manajemen atas, kendali manajemen pengendalian sistem, kendali manajemen pemrograman, kendali sumber daya data, kendali manajemen keamanan, kendali manajemen operasional, dan kendali manajemen pemastian kualitas (QA). Contoh kendali manajemen atas adalah (1) apakah terdapat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk sistem informasi di organisasi tersebut, (2) bagaimana pengorganisasian sistem pada organisasi tersebut, (3) bagaimanakan memimpin staf-staf di unit sistem informasi? Dan (4) bagaimana mengendalikan staf unit sistem informasi. Kendali aplikasi adalah kendali ruang lingkup aplikasi, kendali input pada aplikasi, kendali komunikasi, kendali pemroresan pada aplikasi, kendali basis data dan kendali output. Kendali ruang lingkup membahas mengenai personal identification number (PIN) user, digital signature, id card. Kendali input membahas berbagai metode input data, seperti apakah aplikasi melakukan validasi untuk setiap data yang diinput ke aplikasi. Kendali komunikasi membahas mengenai pengiriman data antar subsistem di dalam
Kendali pemrosesan membahas mengenai proses data seperti sorting, klasifikasi, ringkasan data. Juga dibahas mengenai central processor, memory, operating system dan application program. Kendali basis data membahas mengenai pendefinisian, pembuatan, perubahan, penghapusan dan pembacaan data dari suatu basis data. Kendali output membahas mengenai konten data yang akan disediakan bagi user, bagaimana format data dan bagaimana penyajian keluaran kepada user.
3. Pengumpulan Bukti Pengumpulan bukti dilakukan dengan menggunakan angket, yang terdiri dari 11 pertanyaan dan disebarkan kepada 40 orang mahasiswa secara acak di Universitas A. Pertanyaan yang ada pada angket terdiri dari pertanyaan pilihan ganda, arsiran, dan mencentang pilihan. Daftar pertanyaan tidak ditampilkan di sini, tetapi langsung kepada hasil angketnya saja. Pertanyaan yang diajukan mulai dari pertanyaan umum sampai pertanyaan yang berkaitan dengan kendali aplikasi. Kendali yang akan diaudit adalah kendali aplikasi yang terdiri dari kendali input, kendali komunikasi, kendali pemroresan, kendali basis data dan kendali output Di bawah ini adalah pertanyaan yang diajukan berikut hasil jawaban : 1.
Apakah anda tahu tentang adanya Digital Library di kampus ini? Hasil : 90% responden menjawab Ya, dan 10% menjawab Tidak.
2.
Apakah anda pernah mencoba Digital Library kampus ini?
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
319
320 10% (4 orang) menjawab Tidak Berpendapat
Hasil : 80,6% menjawab Pernah, dan 19,4% menjawab Tidak Pernah. 3.
Apabila anda pernah mencoba Digital Library, maka seberapa seringkah dalam seminggu? Hasil : 27,6% menjawab 1 kali seminggu, 24,1% menjawab 2-5 kali seminggu, 6,9% menjawab 6-8 kali seminggu dan 41,1% menjawab lebih dari 8 kali seminggu.
4.
Apakah anda mengetahui prosedur login untuk mengakses Digital Library di kampus ini? Hasil : 86,1% menjawab Ya, dan 13,9% menjawab Tidak.
5.
Apakah anda mengetahui penggunaan fasilitas searching dalam Digital Library? Hasil : 66,7% menjawab Ya, dan 33,3% menjawab Tidak.
6.
Pertanyaan mengenai User Friendly. Hasilnya adalah : 48% (17 orang) mengatakan Style font sudah sesuai
27% (10 orang) menjawab Kurang Puas 30% (11 orang) menjawab Sangat Tidak Puas. 9.
16,7% (6 orang) menjawab Tidak Terlalu Mudah tapi juga Tidak Sulit 33,3% (12 orang) menjawab Sulit Melakukan Pencarian e-Book. 10. Pertanyaan mengenai menu-menu e-Book pada Digital Libray (atau kelengkapan e-Book). Hasilnya adalah : 30,5% (11 orang) mengatakan Menunya Lengkap atau Cukup Lengkap 41,7% (15 orang) mengatakan Menunya Biasa Saja
72% (26 orang) mengatakan Warna font dan background sudah sesuai 52% (19 orang) mengatakan Penempatan daftar e-book sudah rapi 48% (17 orang) mengatakan Penempatan link sudah sesuai dan jelas. 7.
11. Pertanyaan mengenai tampilan e-Book (output dari link-link) yang ada pada Digital Library. Hasilnya adalah : 2,8% (1 orang) menjawab Sangat Puas 30,6% (11 orang) menjawab Puas
25% (9 orang) mengatakan bahwa Portal Digital Library sangat strategi bagi kampus
4. Evaluasi Bukti dan Rekomendasi
33% (12 orang) mengatakan link dan e-book pada Digital Library sudah sesuai. Pertanyaan mengenai kecepatan akses saat membuka e-book. Hasilnya adalah : 3% (1 orang) menjawab Sangat Memuaskan 30% (11 orang) menjawab Puas 320
27,7% (10 orang) mengatakan Menunya Tidak Lengkap.
Pertanyaan mengenai kesesuaian dan keterhubungan link dengan e-book yang ada pada Digital Library. Hasilnya adalah : 42% (15 orang) mengatakan bahwa jaringan untuk Digital Library telah terhubung dengan baik
36% (13 orang) mengatakan bahwa telah tersedia forum komunikasi antar mahasiswa dengan admin Digital Library
8.
Pertanyaan mengenai pencarian e-book di Digital Library. Hasilnya adalah : 50% (18 orang) menjawab Pencarian e-Book Sangat Mudah
22,2% (8 orang) menjawab Tidak Berpendapat 41,7% (15 orang) menjawab Kurang Puas 2,8% (1 orang) menjawab Sangat Tidak Puas
Berdasarkan hasil pengumpulan bukti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Kendali Input. Bagi mahasiswa yang sudah pernah menggunakan Digital Library, sebagian besar sudah mengetahui cara untuk login. Hal ini dikarenakan adanya validasi user yang tidak rumit (menggunakan NIM mahasiswa) dan validasi password yang baik dari aplikasi. b. Kendali Komunikasi. Kesesuaian link dan ebook memuaskan atau sangat memuaskan, hal ini dikarenakan judul link tepat dengan e-book (isi e-book). Untuk kecepatan akses e-book
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
tidak/kurang memuaskan dikarenakan lambatnya jaringan komunikasi. Hal ini dapat dikarenakan desain web yang tidak efektif atau kapasitas media penyipanan yang kecil dari web hosting nya atau dapat juga dikarenakan penyimpanan data di tabel yang tidak efisien menyebabkan aplikasi lama dalam mengakses data di basis data. c. Kendali Pemrosesan dan Basis Data. Sebagian menjawab fasilitas pencarian Search pada Digital Library memuaskan dikarenakan mudah pengoperasiannya, sedangkan sebagian lagi menjawab sulit hal ini dapat dikarenakan pengoperasiannya atau filtering datanya kurang baik. Mengenai kelengkapan menu e-book (atau ketersediaan sumber e-book) sebagian besar menjawab ketersediaan e-book biasa saja, namun ada juga yang menjawab lengkap. d. Kendali Output. Mengenai pertanyaan user friendly, sebagian besar menyatakan sudah sesuai dan jelas. Sedangkan mengenai tampilan e-Book sebagian besar menjawab kurang puas, namun sebagian lagi mengatakan sudah puas. Hal ini dapat dikarenakan tampilan e-Book tidak nyaman dibaca, dapat karena font e-Book terlalu kecil sehingga dalam 1 halaman user harus menggeser-geser scrollbar agar dapat membaca 1 halaman penuh. Berdasarkan hasil evaluasi di atas, maka terdapat beberapa rekomendasi di bawah ini : 1. Kecepatan akses e-Book masih dirasakan lambat. Disarankan untuk membuat desain web yang lebih efisien, menambah media penyimpanan saat hosting web dan/atau memperbaiki struktur tabel. 2. Kecepatan search e-Book masih dirasakan lambat. Dikarenakan fasilitas search yang tidak menggunakan filtering yang efektif dan efisien. Sebaiknya pada fasilitas search dibolehkan menginputkan satu kata atau lebih dari satu kata dan pencarian tidak hanya berdasarkan judul eBook melainkan dapat dikategorikan ke beberapa subtopik. 3. Kelengkapan e-Book masih dirasa biasa saja. Disarankan untuk menambah koleksi materi kuliah dan tugas akhir, dari berbagai jurusan dan dikategorikan lagi ke dalam bidang minat, mata kuliah dan dosen. 4. Tampilan e-Book dirasakan masih kurang. Disarankan agar menyiapkan e-Book dalam bentuk interaktif, misalkan ada tombol next,
previous, down dan top. Sehingga memudahkan pembacaan e-Book bagi mahasiswa. 6. Kesimpulan Audit Sistem Informasi mulai dibutuhkan oleh organisasi dikarenakan perkembangan teknologi informasi yang pesat. Audit Sistem Informasi adalah kegiatan mengumpulkan bukti dan mengevaluasi bukti untuk akhirnya diberikan rekomendasi dari auditor kepada organisasi. Auditor adalah individu atau sekelompok individu yang melakukan kegiatan audit. Audito dapat merupakan pihak internal atau eksternal perusahaan, selama dapat melakukan audit secara obyektif dan independen bagi organisasi yang diperiksanya. Audit Sistem Informasi terbagi menjadi dua bagian yaitu Kendali Manajemen dan Kendali Aplikasi. Kendali adalah alat atau sistem yang dapat mencegah, mendeteksi dan memperbaiki sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Pada Kendali Aplikasi terdapat Kendali Ruang Lingkup, Kendali Input, Kendali Pemrosesan, Kendali Komunikasi, Kendali Basis Data dan Kendali Output. Pada saat mengumpulkan bukti, seorang auditor dapat mengumpulkannya dengan cara wawancara atau menyebarkan angket. Untuk wawancara, pertanyaan yang diajukan umumnya membutuhkan jawaban yang panjang dan detil, daftar pertanyaan pun dapat berkembang selama tidak melenceng dari topik pertanyaan. Untuk angket, daftar pertanyaannya biasanya tidak membutuhkan jawaban panjang dari responden. Angket biasanya berupa pertanyaan pilihan ganda, mencentang, mengarsir, mengisi jawaban singkat dan menyilang pilihan Ya atau Tidak. Kedua cara pengumpulan data di atas memiliki tujuan yang sama yaitu mencari tahu mengenai adanya kendali dalam aplikasi yang sedang diaudit. Setelah pengumpulan bukti, maka auditor melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi kepada organisasi. 7.REFERENCES [1] Weber, Ron. Information Systems Control and Audit. Prentice Hall. 1999. [2] Dube, Gulati. Information System Audit and Assurance. Tata McGraw-Hill. 2005 [3] Netaonline. Digital Library. Available online : www.netaonline.org/pd-digitalglossary.rtf . Diambil September 2010.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
321
SMS-GATEWAY SEBAGAI MEDIA LAYANAN AKSES NILAI SISWA 1
Moehamad Aman, 2Nuryanto, 3Sugondo 1,2,3
Program Studi Teknik Informatika
Universitas Muhammadiyah Magelang 1
[emailprotected] , [emailprotected]
Abstrak Manajemen nilai siswa saat ini masih berorientasi pada masing-masing guru mata pelajaran. Sehingga untuk pengintegrasian data sangatlah sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Terlebih lagi untuk penyampaian informasi nilai yang ada kepada orang tua sangatlah tidak up to date. Penyampaian hasil nilai siswa langsung kepada orang tua hanya dilakukan pada akhir semester. Untuk itu sangat diperlukan sebuah sistem informasi yang dapat dijadikan sebagai media layanan tersebut. Sistem informasi dengan fasilitas SMS-Gateway ini dilengkapi dengan interface untuk memasukkan nilai siswa, sehingga nilai siswa tersebut dapat dimasukkan oleh setiap guru mata pelajaran melalui komputer yang terkoneksi ke Lokal Area Network dari sekolah dimaksud. Data yang terpadu dalam satu server data, memungkinkan data mudah dicari, digunakan, dan diubah sesuai kebutuhan. SMS-Gateway inilah yang nantinya akan menghubungkan basis data dan orang tua siswa. Cukup dengan mengirimkan sebuah SMS ke server basis data, orang tua siswa akan mendapatkan informasi nilai siswa secara cepat dan akurat. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dengan fasilitas SMS-Gateway ini, informasi nilai siswa akan mudah dan cepat dapat diakses oleh orang tua siswa.
Kata Kunci : Akses Nilai Siswa, SMS ke server basis data, kecepatan akses
1. Pendahuluan Sekolah adalah intansi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Bentuk pelayanan tersebut antara lain menyusun rencana program pengajaran, pelaksanaan pengajaran, dan pelaporan hasil atau nilai dari proses pengajaran tersebut kepada orang tua. Pelaporan nilai siswa merupakan salah satu unsur penting dari layanan pihak sekolah kepada siswa dan orang tua/wali siswa. Untuk itu diperlukan suatu metoda pengolahan nilai yang memadai. Sampai saat sekarang ini, guru terutama walikelas yang ada masih mengisi dan mengolah nilai siswanya masing-masing. 322
terpusat pada satu server. Walikelas harus mengumpulkan hasil pengolahan nilai dari masingmasing guru mata pelajaran. Setelah itu, walikelas harus mengolah nilai-nilai tersebut, kemudian menyerahkan kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Proses itu sangatlah rumit, selain menyita waktu, kesalahan pengolahan nilai sangat sulit terlacak. Dengan adanya sistem informasi yang berbasis web, diantaranya komputer dan jaringan lokal atau Local Area Network (LAN), semua data yang ada terpusat pada satu database di server, sehingga semua pihak yang membutuhkan data nilai tersebut dapat dengan cepat melihat dan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
Meskipun sudah menggunakan sistem informasi berbasis komputer, namun sistem informasi ini masih berbasis desktop, jadi data yang ada masih terpisah dan belum tersimpan pada satu database yang Salah satu fasilitas yang bisa dimanfaatkan dalam penyampaian informasi nilai siswa secara cepat dan akurat kepada orang tua/wali siswa adalah dengan Sort Message Service (SMS). Yaitu dengan mengkombinasikan sistem informasi nilai siswa dengan fasilitas SMS-Gateway. Fasilitas SMS-Gateway memungkinkan orang tua/wali siswa yang notabene sebagian besar telah memiliki perangkat handphone (telepon genggam), dapat mengakses dan melihat nilai siswa dengan mengirim sms ke server sistem informasi nilai siswa dengan format tertentu. Server yang menerima sms dari orang tua/wali siswa akan mengolah sms yang masuk, kemudian merespon sms tersebut dan mengirimkan balasannya sesuai dengan format yang telah dikirim.
menggunakan sesuai dengan keperluannya masingmasing. Orang tua/wali siswa juga dapat mengakses dan melihat data nilai siswa tersebut secara cepat. Data dari Administrator dan Guru tersebut akan masuk dalam proses pengolahan nilai, yang selanjutnya data disimpan dalam storage Nilai Siswa dan akhirnya akan masuk dalam proses Informasi Nilai. User (siswa dan orang tua/wali siswa) dapat melihat/mengakses Data Nilai Siswa baik dengan menggunakan fasilitas web interface maupun SMS-Gateway dengan terlebih dahulu masuk dalam proses autentikasi user, yaitu proses validasi nis dan password yang dimasukkan. 2.2
Data Flow Diagram (DFD) Level 0
Data Flow Diagram Level 0 dapat dilihat dalam Gambar 2.2 berikut ini:
2. Metodologi 2.1 Data Flow Diagram (DFD) Konteks Data Flow Diagram menggambarkan hubungan antara elemen yang mempengaruhi sistem dalam operasionalnya untuk mencapai tujuan. Yang digambarkan adalah pelaku, aliran data (data flow) dan prosesnya. DFD hanya terdiri dari satu proses beserta eksternal entity yang dibutuhkan tanpa simpanan (data store). Gambar 2.2 adalah DFD konteks.
Gambar 2. DFD Level 0 Gambar 1. DFD Konteks Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa semua data yang dibutuhkan dalam sebuah sistem informasi nilai (Data Siswa, Data Guru, Data Mapel, Data Kelas) semua diinputkan oleh Administrator sistem. Selanjutnya Guru Mata Pelajaran berdasarkan data-data yang telah dimasukkan oleh Administrator, memasukkan Data Nilai siswa dengan terlebih dahulu login ke sistem dengan menggunakan username (kd_guru) dan password. User (siswa dan orang tua/wali siswa) dapat memperoleh informasi Nilai Siswa dengan cara
Isi atau struktur dari file basis data tergantung dari alir data masuk dan alir data keluar dari file tersebut. Diagram yang dapat menggambarkan aliran data dalam basis data di namakan DFD. Dalam DFD level 0 menerangkan lebih jelas dari diagram level konteks. Dimana dalam level ini menggambarkan system yang terdapat dalam diagram level konteks. Semua alir data yang terjadi di dalam system diterangkan dengan jelas. Dalam DFD level 0 terdapat dua proses, proses Penginputan Data dan proses Pengolahan Nilai. 2.3 Pembuatan Basis Data
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
323
mengirimkan sebuah Sort Message Servise (SMS) dengan format tertentu yang menyertakan Nomor Induk Siswa (nis) dan password. Tampak dalam gambar di atas, bahwa semua data yang dimasukkan baik oleh Administrator (Data Siswa, Data Guru, Data Mapel, dan Data Kelas) ataupun Guru (Data Nilai), akan disimpan dalam media penyimpan masing-masing.
Pembuatan basis data dilakukan dengan menggunakan phpMyAdmin, yaitu dengan memilih tombol ‘Admin’ MySQL pada jendela ‘XAMMP Control Panel Application’. Atau dengan memanggil alamat http://localhost/phpmyadmin/ pada address bar Web Browser (Opera). Basis data yang dibuat ada dua macam, yaitu basis data sim_nilai yang memuat tabel-tabel yang
berkaitan dengan siswa, guru, mata pelajaran, dan nilai siswa. Basis data yang kedua adalah log_sms, yang memuat tabel-tabel yang berkaitan dengan sirkulasi sms yang ada, misal inbox, outbox, sentitems, dll.
2.4 Tampilan / Interface dalam Web Browser
Pengiriman SMS dengan format yang benar akan direspon dan dibalas oleh server. Ada beberapa jenis balasan dari server, salah satunya adalah balasan informasi nilai siswa jika nis dan password yang dikirimkan sesuai dan terdaftar. Jika nis dan password tidak sesuai/terdaftar, maka balasannya adalah pesan kesalahan. Begitu juga jika request berupa penggantian password, balasan yang dikirimkan adalah informasi penggantian password. Berikut ini adalah contoh tampilan balasan informasi nilai siswa (Gambar 2.3.).
Tampilan atau interface ini digunakan untuk memasukkan data nilai siswa oleh guru mata pelajaran dan mengakses nilai siswa melalui web browser yang ada dalam komputer yang terjaring dalam jaringan lokal oleh siswa.
2.5 Aplikasi SMS-Gateway Instalasi software Gammu dalam Windows merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengaplikasikan SMS-Gateway. Langkah selanjutnya adalah inisialisasi handphone yang digunakan dan membuat basis data SMS-Gateway, yaitu basis data dengan nama log_sms. Sistem dibuat otomatis dalam membalas setiap SMS yang masuk (Autoreply) dengan membuat script program dengan PHP. Seorang user (siswa/orang tua) dapat mengakses nilai siswa dengan cara mengirim SMS dengan format tertentu ke nomor yang dipakai oleh server untuk berhubungan dengan operator seluler. Format pengiriman SMS harus benar, karena jika SMS yang dikirim tidak sesuai dengan format yang ada, maka akan dibalas dengan pesan kesalahan. Format pengiriman SMS tampak pada tabel berikut ini. Tabel 1. Format Pengiriman SMS No 1 324
Format NILAI<spasi>je nis
Contoh SMS NILAI HARIAN
Keterangan Meminta informasi
Gambar 3. Informasi Nilai Siswa 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Efisiensi Sistem Informasi Nilai Sistem informasi berbasis web ini memungkinkan guru untuk memasukkan, mengubah, dan mengakses nilai siswa secara cepat dari komputer-komputer yang terhubung dalam jaringan lokal. Pengolahan nilai siswa yang ada selama ini masih dilakukan oleh guru mata pelajaran dengan pola dan caranya masing-masing. Ada yang sudah memanfaatkan teknologi komputer dengan berbagai fasilitas yang ada. Tapi ada juga guru yang mengolah nilai siswa secara konvensional dengan menulis dalam lembar-lembar nilai dan menghitung/mengolah nilai tersebut dengan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
2
3
nilai<spasi>nis< spasi>password
12050 12050
PASSWORD<s pasi>password baru<spasi>nis< spasi>password lama
PASSWOR D nabil 12050 12050
HELP
HELP
Nilai Harian Siswa dengan NIS 12050 dengan password 12050 Penggantian Password siswa dengan NIS 12050 dan password 12050 dengan password baru yaitu nabil Meminta informasi bantuan format pengiriman SMS
menggunakan data tersebut. Resiko hilangnya data juga dapat diminimalisir. Selain itu dengan sistem informasi ini, guru mata pelajaran menggunakan satu sistem yang sama, sehingga ada keseragaman penggunaan sistem. Kondisi yang selama ini terjadi adalah masingmasing guru mempunyai storage/media penyimpan masing-masing, sehingga data mudah hilang dan sulit dicari ketika data tersebut dibutuhkan. Mempertimbangkan keadaan diatas, maka sangat diperlukan sebuah server yang dapat menyimpan basis data nilai siswa, sehingga data yang ada mudah untuk diinputkan, diubah, dan diakses. 3.3 Kecepatan Akses Nilai Siswa SMS-Gateway memungkinkan siswa/orang tua mengakses secara cepat data nilai siswa. Cukup dengan mengirim SMS ke server, data nilai yang diharapkan dapat diperoleh. Keadaan yang selama ini ada, untuk mengetahui nilai siswa, orang tua harus datang ke sekolah dan menghubungi guru atau walikelas yang terkait dengan putra mereka. Setelah itu, guru harus mencari arsip nilai, baik berupa arsip tertulis dalam kertas, atau arsip yang ada dalam komputer. Kondisi seperti itu sangatlah tidak nyaman dirasakan, proses sulit, lambat, bahkan yang paling fatal, data tidak ditemukan. Mempertimbangkan kondisi seperti itulah, sangat dibutuhkan media informasi yang mudah dan cepat sebagai sarana penyampaian informasi kepada orang tua.
hanya menggunakan alat bantu sebuah kalkulator. Berdasar keadaan seperti itulah sangat diperlukan sebuah sistem informasi yang terpusat dalam sebuah server. Sistem informasi bisa diakses oleh guru melalui jaringan lokal yang ada untuk melihat, memasukkan, dan mengubah data yang ada. 3.2 Manfaat Sistem Informasi SMS-Gateway Basis data yang terpusat dalam server memudahkan guru mata pelajaran dan pihak terkait dalam mencari, mengakses dan
4. Penutup Sistem informasi memungkinkan basis data yang terpusat, sehingga kehilangan data dapat dihindari. Selain itu, data dapat diakses secara cepat oleh pihak yang membutuhkan. SMS-Gateway mempercepat akses nilai siswa oleh user (siswa/orang tua), cukup dengan mengirim SMS ke server dengan format tertentu, user dapat memperoleh informasi nilai siswa yang diharapkan. Proses autentikasi user merupakan satu langkah pengamanan data dari orang yang tidak mempunyai hak akses. Hanya orang yang mempunyai NIS dan password sajalah yang bisa mengakses data. Saran yang dapat disampaikan untuk perkembangan sistem informasi ke arah yang lebih maju adalah mengembangkan sistem informasi yang dihosting dalam jaringan internet, sehingga sistem informasi nilai ini dapat diakses melalui jaringan internet. Penerapan SMS-Gateway sangat tepat jika diterapkan dengan model tarip premium, yaitu dengan bekerja sama dengan operator seluler. Tarip premium bisa menekan biaya operasional sekolah untuk pengelolaan sistem informasi ini, karena beban pengiriman SMS, baik dari user ke server maupun dari server ke user dibebankan kepada user. Daftar Pustaka [1] Andri, 2009, Membangun SMS Gateway Untuk Informasi Nilai Siswa Menggunakan GNU Linux, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
325
Sistem informasi yang dipadukan dengan fasilitas SMSGateway menjadi satu pilihan solusi guna menunjang kebutuhan akses nilai secara cepat dan akurat. Orang tua dapat melihat dan mengakses nilai siswa cukup dengan mengirim sebuah SMS request ke server. 3.4 Keamanan Sistem Sistem informasi yang dilengkapi dengan proses autentikasi user, sangatlah diperlukan guna menjaga keamanan dari data yang ada. Jangan sampai data dapat dilihat, diinput, atau diubah oleh orang yang tidak mempunyai hak untuk itu. Sistem yang selama ini berjalan, data nilai siswa tersebar disetiap guru, baik dalam bentuk tulisan dalam kertas, maupun data dalam bentuk softcopy, yang notabene mudah hilang dan dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sistem informasi yang dibangun ini dilengkapi dengan dua macam autentikasi, yaitu autentikasi akses nilai oleh user dan autentikasi input nilai oleh guru mata pelajaran. User ketika akan mengakses nilai haruslah memasukkan Nomor Induk Siswa (NIS) dan password. Guru mata pelajaran untuk memasukkan nilai harus harus memasukkan kode guru dan password.
326
Komputer Widya Samarinda
Cipta
Dharma
Samarinda,
[2] Jogiyanto, H.M, 2003, Sistem Teknologi Informasi Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan, Andi Offset, Yogyakarta [3] Marlinda, Linda, 2004, Sistem Basis Data, CV Andi Offset, Yogyakarta [4] Miska Aulia, 2010, Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Nilai Siswa SMP Muhammadiyah 2 Depok Yogyakarta, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer AMIKOM Yogyakarta, Yogyakarta [5] M. Irsan Parinduri, 2008, Sistem Informasi Nilai Siswa Pada SMU Negeri 2 Medan, Universitas Sumatera Utara, Medan [6] Nugroho, Bunafit, 2006, Menjual Aplikasi Penjualan Dengan PHP dan MySQl. Ardana Media ,Yogyakarta
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
APLIKASI E-TUGAS BERBASIS WEB CMS STUDI KASUS AMIK TUNAS BANGSA PEMATANGSIANTAR Dedy Hartama1, Muhammad Zarlis2 1
Staff Program Studi Manajemen Informatika AMIK Tunas Bangsa,Pematangsiantar & Mahasiswa Program Magister (S2) Teknik Informatika Komputer, FMIPA USU 2 Staff Pengajar Program Magister (S2) Teknik Informatika Komputer, FMIPA USU 1 [emailprotected];[emailprotected] 2 [emailprotected]; [emailprotected]
Abstrak Dalam melakukan Proses Belajar Mengajar ( PBM ) Tugas Kuliah mempunyai peranan penting untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam mempelajari satu bidang ilmu khususnya ilmu komputer. Dalam aplikasi e-Tugas ini akan dibangun aplikasi yang menghubungkan komunikasi tugas Dosen kepada mahasiswa. Dengan aplikasi ini Dosen dapat melihat tugas dan memberikan nilai tugas kepada mahasiswa melalui internet. Penelitian ini dibuat dengan konsep CMS ( Content Manajemen System ) yaitu perangkat lunak yang memungkinkan seseorang untuk menambahkan dan/atau memanipulasi (mengubah) isi dari suatu situs Web. Software yang digunakan adalah Macromedia Dreamweaver. Bahasa Pemrograman yang digunakan adalah PHP dan MYSQL sebagai Database. Kata kunci: e-tugas, CMS, aplikasi.
2.
1. Pendahuluan Perkembangan informasi saat ini menuntut suatu teknologi untuk mampu berinteraksi dengan data berkapasitas tinggi. Apalagi dengan berkembangnya informasi berbasis multimedia. Selain itu semakin beragam pula berkembangnya berbagai sarana untuk mengemas solusi dari masalah tersebut. Kompatibilitas juga menjadi perhatian di sini. Hal-hal seperti ini jangan sampai menjadi hambatan untuk manusia saling bertukar informasi. Salah satu teknologi yang mampu menjawab masalah itu adalah web. Selain lebih mudah dijangkau, internet/intranet web site memiliki akses informasi dengan penyebaran terluas. Saling bertukar file dalam dunia internet saat ini sangat semarak, ini terbukti dengan melejitnya popularitas situs-situs seperti YouTube, Metacafe, GudangUpload™, dan sejenisnya. Dalam proses belajar mengajar antara dosen dengan mahasiswa pertukaran informasi Tugas Kuliah wajib dilakukan, Tugas Kuliah yang dilakukan Dosen kepada Mahasiswa bertujuan : 1. Melatih Mahasiswa mempelajari ilmu yang diberikan dosen.
Mengembangkan ilmu dengan banyaknya permasalahan yang di kerjakan.
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun system berbasis web dalam menangani pengiriman file tugas kuliah antara dosen dengan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah membantu dosen untuk memberikan penilaian tugas kepada mahasiswa dan mahasiswa dapat mencari tugas kuliah dari dosen serta dapat melihat nilai dari hasil tugas kuliah yang telah dikirim melalui web. Dengan adanya system ini Dosen tidak lagi membawa banyak lembaran tugas kuliah, seorang dosen cukup melihat file-file tugas melalui internet dan memberikan nilai kepada mahasiswa yang memberikan tugas kuliah. 2. Penelitian e-Tugas e-Tugas adalah Tugas Kuliah yang diberikan oleh seorang dosen kepada mahasiswa, dimana pemberian tugas dilakukan melalui media internet sebagai median perantaranya. Tugas kuliah dapat
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
327
berupa jurnal, karya ilmiah, laporan praktikum dan laporan hasil belajar. Berdasarkan studi kasus dan pengambilan contoh data yang dilakukan di AMIK Tunas Bangsa Pematangsiantar tempat penulis bekerja sebagai dosen, maka untuk perancangan dan pembuatan aplikasi e-Tugas pada penelitian ini, terdapat beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Bagi mahasiswa: a. Mahasiswa dapat melakukan upload tugas kuliah berdasarkan nim Mahasiswa melalui halam web user mahasiswa. b. Mahasiswa dapat melakukan manipulasi data berupa menambah, mengedit dan menghapus upload tugas kuliah, melalui halam web user mahasiswa. c. Mahasiwa dapat mencari tugas kuliah yang diberikan dosen melalui menu Front-End Web Site. d. Mahasiswa dapat mencari nilai tugas kuliah yang telah diupload dan diperiksa oleh dosen pengampuh mata kuliah. 2. Bagi Dosen : a. Dosen dapat melakukan upload tugas kuliah berdasarkan Kode Dosen melalui halam web user Dosen. b. Dosen dapat melakukan manipulasi data berupa menambah, mengedit dan menghapus upload tugas kuliah, melalui halam web user Dosen c. Dosen dapat melihat atau membuka tugas yang diupload mahasiswa dan memberikan nilai kepada mahasiswa yang telah mengirimkan tugas kuliah melalui halam web user Dosen
3. Bagi Admin: a. Admin dapat melakukan manipulasi data terhadap table yang terdapat dalam database e-tugas. b. Admin dapat mengatur menu dan modul yang akan ditampilkan pada menu FrontEnd halaman website. c. Admin merupakan user tertinggi dari halaman web site. 328
3. Landasan Teori Sistem manajemen konten (Inggris: content management System, disingkat CMS), adalah perangkat lunak yang memungkinkan seseorang untuk menambahkan dan / atau memanipulasi (mengubah) isi dari suatu situs Web. Umumnya, sebuah CMS (Content Management System) terdiri dari dua elemen: 1. 2.
aplikasi manajemen isi (Content Management Application, [CMA]) aplikasi pengiriman isi (content delivery application [CDA]).
Elemen CMA memperbolehkan si manajer isi yang mungkin tidak memiliki pengetahuan mengenai HTML (HyperText Markup Language), untuk memanajemen pembuatan, modifikasi, dan penghapusan isi dari suatu situs Web tanpa perlu memiliki keahlian sebagai seorang Webmaster. Elemen CDA menggunakan dan menghimpun informasi-informasi yang sebelumnya telah ditambah, dikurangi atau diubah oleh si empunya situs web untuk meng-update atau memperbaharui situs Web tersebut. Kemampuan atau fitur dari sebuah sistem CMS berbeda-beda, walaupun begitu, kebanyakan dari software ini memiliki fitur publikasi berbasis Web, manajemen format, kontrol revisi, pembuatan index, pencarian, dan pengarsipan. 3.1. Manfaat CMS Selain dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas, CMS juga dapat memberikan sejumlah manfaat kepada penggunanya yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Manajemen data Mengatur siklus hidup website Mendukung web templating standarisasi Personalisasi website Sindikasi Akuntabilitas
3.2. Pemanfaatan CMS
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
dan
CMS pada prinsipnya dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dan dalam berbagai kondisi, seperti untuk: a. Mengelola website pribadi. b. Mengelola website perusahaan/bisnis. c. Portal atau website komunitas. d. Galeri foto, dan lain sebagainya. e. Forum. f. Aplikasi E-Commerce. g. Dan lain-lain. 3.3. Mengenal PHP PHP merupakan singkatan dari Php Hypertext Preprocessor. Ia merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server. Hasilnyalah yang dikirmkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser. PHP memiliki kelebihan yaitu dapat disisipkan tag-tag HTML, tetapi dengan adanya kelebihan tersebut PHP juga dapat berjalan sendiri tanpa disela-sela program yang lain. [2]
N o
Field Name
Type Data
Size
Constraint
1
Username
Varchar
12
Primary key
2
Password
Varchar
12
-
3
Namamhs
Varchar
25
-
4
Alamat
Varchar
30
-
5
Telp
Varchar
12
-
b.
Tabel userdosen Tabel userdosen digunakan untuk masuk kedalam halaman login user dosen untuk melakukan upload tugas ke mahasiswa dan memberikan nilai dari tugas yang telah di upload oleh mahasiswa Tabel 2. userdosen
3.4. Mengenal Mysql Mysql merupakan salah satu jenis database server yang terkenal. Mysql termasuk jenis RDBMS ( Relational Database manajement System ). Itulah sebabnya istilah table, baris dan kolom digunakan pada Mysql. [2]
N o
Field Name
Type Data
Size
Constraint
1
Username
Varchar
12
Primary key
2
Password
Varchar
12
-
3
Namadosen
Varchar
25
-
4
Pendidikan
Varchar
30
-
5
Bid_ilmu
Varchar
20
-
3.5. Mengenal Apache Apache merupakan salah satu web server yang berfungsi sebagai pengendali program yang berbasis internet. [2] 4. Analisa Pembahasan Database yang digunakan pada proses Aplikasi E-Tugas berbasis web CMS kasus AMIK Tunas Bangsa Pematangsiantar adalah:
c.
Tabel matakuliah Tabel matakuliah digunakan untuk mengisi data matakuliah yang diambil oleh dosen.
Database : etugasdb
Tabel 3. matakuliah
Tabel yang digunakan adalah a.
Tabel usermhs Tabel usermhs digunakan untuk masuk kedalam halaman login user mahasiswa untuk melakukan upload tugas ke dosen dan melakukan manipulasi data upload tugas kuliah berdasarkan username mahasiswa
N o
Field Name
Type Data
Size
Constraint
1
Kdmatkul
Varchar
6
Primary key
2
Nmmatkul
Varchar
25
-
3
sks
int
4
semester
Varchar
4
-
Tabel 1. usermhs
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
329
5
d.
TA
Varchar
5
-
Tabel kelas Tabel kelas digunakan untuk mengisi data kelas yang ditempati oleh mahasiswa dan dosen pada saat proses pbm. Tabel 4. kelas N o
Field Name
Type Data
Size
1
Kdkelas
Varchar
2
Primary key
2
Nmkelas
Varchar
8
-
3
kapasitas
int
e.
Id
int
Primary key
2
Waktu
Varchar
3
Kelas
int
4
Dosen
Varchar
2
-
5
Ruang
Varchar
2
-
6
Nmmatkul
varchar
25
8
g.
-
Tabel uploadmhs Tabel uploadmhs digunakan untuk mengisi data file tugas kuliah yang diupload mahasiswa ke dosen. Tabel 7. uploadmhs
-
Tabel 5. Ruang N o
Field Name
Type Data
Size
Constraint
1
Kdruang
Varchar
2
Primary key
2
Nmruang
Varchar
8
-
3
Kapasitas
int
4
Gedung
Varchar
2
5
Lantai
Varchar
2
-
Tabel matriks Tabel matriks digunakan untuk mengisi data matriks yaitu berupa jadwal dosen berdasarkan kelas dan waktu kuliah.
N o
Field Name
Type Data
Size
1
Id
int
Primary key
2
Name
varchar
-
3
Type
Varchar
-
4
Size
Int
-
5
Dateupload
Date
-
6
content
longblo
7
Sesi
varchar
6
8
Kelas
varchar
8
9
Dosen
varchar
15
10
Semester
varchar
3
11
Matkul
varchar
25
12
pertemuan
varchar
2
13
nilai
int
14
Keterangan
Text
15
username
varchar
Tabel 6. matriks N o
330
Field Name
Type Data
Size
-
Constraint
Tabel Ruang Tabel Ruang digunakan untuk mengisi data Ruang yang ditempati oleh mahasiswa dan dosen pada saat proses pbm.
f.
1
Constraint
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
20
Constraint
Menu bagian admin h.
Tabel uploaddosen Tabel uploaddosen digunakan untuk mengisi data file tugas kuliah yang diupload dosen ke mahasiswa. Tabel 8. uploadosen N o
Field Name
Type Data
Size
Constraint
1
Id
int
Primary key
2
Name
varchar
-
3
Type
Varchar
-
4
Size
Int
-
5
Dateupload
Date
-
6
content
longblo
7
Sesi
varchar
6
8
Kelas
varchar
8
9
Semester
varchar
3
10
Matkul
varchar
25
11
pertemuan
varchar
2
12
Keterangan
Text
13
username
varchar
(a)
(b) Gambar 1. (a)(b). Menu administrator untuk mengelolah menu dan manajemen database 5.2. Bagian Front-End Bagian Front End digunakan untuk melihat data berita, agenda, pengumuman, mencari data tugas dan mencari data nilai oleh mahasiswa. Menu Front End terdiri dari 20
Menu bagian Front-End terdiri dari :
5. Implementasi Berikut adalah cara kerja dari apliaksi e-tugas
berbasis web cms studi kasus amik tunas bangsa pematangsiantar adalah :
1.
Halaman depan atau home
2.
Halaman pencarian tugas
3.
Halaman pencarian nilai
seperti pada gambar sebagai berikut. (a)
5.1. Bagian Admin ( Back-End ) Bagian
admin
digunakan
untuk
memanipulasi data e-tugas yang akan digunakan oleh mahasiswa dan dosen. Menu admin terdiri dari file index dan menu modul e-tugas, seperti pada gambar sebagai berikut.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010
331
(b) (b b)
(c)
(c c) (d)
Gambar G 3. (a)(bb)(c). Menu U User Mahasisw wa
(e)
5..4. Bagian Usser Dosen Bagiann
user
dossen
digunakaan
untuk
melihat m data tuugas, menguppload file tugas kepada mahasiswa m daan memberikaan nilai tug gas kuliah mahasiswa m yanng disesuaikaan dengan maata kuliah yaang di ampuh oleh dosen. Gambar 2. 2 (a)(b)(c)(dd)(e). Menu Front F End unttuk menampiilakan data dann mencari datta. (a)
332
.M Menu bagian user u dosen (aa)
Seminaar dan Call Fo or Paper Munas Aptikom m Politeknik Telkom ng, 9 Oktobe er 2010 Bandun
6..1. Kesimpulaan 1. 1 Aplikasi e-Tugas e berbasis CMS Web W dapat digunakan
untuk
meengurangi
peenggunaan
bahan kertaas yang digunnakan oleh maahasiswa. 2. 2 Aplikasi e-Tugas e dapatt dimanfaatkaan sebagai
(b)
komunikassi pembelajarran antara mahasiswa m dan dosen. 3. 3 Aplikasi e-Tugas e dapaat diterapkan di dunia maya ( internet ) agar pemanfaatan nnya lebih maksimal. 6..2. Saran 1. 1 Aplikasi e-Tugas ini dapat dikem mbangkan (c)
m gunakann laporan yaang dapat dengan meng dieksport dalam d bentuk ppdf. 2. 2 Walaupun banyak kelem mahan dari aplikasi a egas dapat tugas ini,, namun applikasi e-tug dijadikan sebagai s sumbber pemahamaan konsep dasar pem mbangunan applikasi e-tugass berbasis web yang lebih l baik lagii
(d)
3. 3 Tulisan inii masih banyaak kekurangan nnya, oleh karena itu penulis berhaarap agar pem mbaca bisa mengembaangkan
tulissan
ini
lag gi
untuk
perbaikan yang y lebih meendekati ke seempurna Daftar D Pustaka [1 1] http://id.wiikipedia.org/w wiki/Sistem_m manajemen _konten [2 2] Kadir, Abddul, 2002, Daasar Pemrograaman Web Dinamis
menggunakkan
PHP,
Andi,
Yogyakartta [3 3] Kemas Yunus Y Antonnius, 2003 Pengantar 4 (a)(b)(c)(d). Menu User Dosen D Gambar 4.
6.
Content Management M System (CMS) Kuliah Umum Ilm muKomputer.C Com.
Penu utup
Semin nar dan Call For Paper Munas M Aptikom Politteknik Telkom Bandung, 9 Oktober 201 10
333
[4] Purbo, Onno W. 2003. E-Learning dan Pendidikan.
Artikel
Dalam
Cakrawala
Pendidikan Universitas Terbuka.
Situs WEB SMKN 2 Tasikmalaya dengan System
Template
PHP.
Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta [6] Nurcahyono, Macromedia
N.
2007.
Dreamweaver
Offset [9] Kurniawan, Y. 2002. Aplikasi Web Database
[5] Iriansyah, D. 2005. Analisis dan Perancangan Menggunakan
dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta: Andi
dengan PHP dan MySQL. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo [10] Waller, Vaughan and Wilson., (2001), A Definition for E-Learning” in Newsletter of
PHP
dengan
Open and Distance Learning Quality Control.
MX.
Jakarta:
http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html).
Ardana Media [7] Sunarfrihantono, B. 2002. PHP dan MySQL Untuk Web. Yogyakarta: Andi Offset [8] Jogiyanto, HM. 1999. Analsis dan Desain Sistem Informasi: pendekatan terstruktur teori
334
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010